Kelebihan Kapasitas Tiongkok: Propaganda Baik, Kenyataan Buruk, atau Keduanya?

Anders Corr

Pada  13 Juni, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan bahwa Tiongkok telah melakukan “rantai-rantai pasokan yang terlalu terkonsentrasi” yang mengancam lapangan kerja dan investasi di bidang energi hijau di Amerika Serikat. Hal ini menyusul komentar-komentarnya saat berada di Tiongkok yang menggarisbawahi “konsekuensi-konsekuensi ekonomi global dari kelebihan kapasitas industri Tiongkok.”

Kebijakan perdagangan yang agresif oleh rezim Tiongkok, termasuk subsidi dan dumping produk di bawah biaya produksi, “dapat mengganggu secara bermakna terhadap upaya kami membangun hubungan ekonomi yang sehat,” kata Janet Yellen.

Apakah klaim Tiongkok mengenai “kelebihan kapasitas” dalam investasi ramah lingkungan, termasuk kendaraan-kendaraan listrik, suatu bentuk propaganda perang dagang, nyata, atau gabungan dari keduanya? Dapatkah memilih Tiongkok dengan cara ini adalah akibat agresi Beijing yang tidak hanya masalah ekonomi tetapi juga militer dan diplomatik? Apakah ini adalah pentungan yang digunakan terhadap hambatan-hambatan perdagangan Tiongkok sendiri?

Dumping strategis menghancurkan persaingan internasional dengan harga-harga yang sangat rendah, sehingga nantinya harga dapat dipacu hingga ke tingkat monopoli. Kelebihan kapasitas adalah tingkat pemanfaatan pabrik di bawah 80 persen yang mengarah ke produksi yang lebih besar, bahkan di bawah biaya produksi. Hal ini biasanya disebabkan oleh subsidi-subsidi pemerintah dan menciptakan output industri lebih banyak daripada kondisi-kondisi pasar yang seharusnya–—sesuatu yang diharapkan akan diterima oleh Partai Demokrat untuk kasus teknologi ramah lingkungan. Namun, kelebihan kapasitas biasanya menurunkan harga ekspor yang berdampak pada penutupan pabrik di luar negeri, termasuk di Amerika Amerika.

Tiongkok mencapai apa yang disebut “hiper-industrialisasi” di mana tidak hanya dukungan pemerintah selama beberapa dekade yang menyebabkan deindustrialisasi di Amerika Serikat tetapi juga pengorbanan yang menyertai kesejahteraan warga negara Tiongkok. Berdasarkan Lingling Wei di The Wall Street Journal, kekurangan dana untuk layanan-layanan sosial di Tiongkok menyebabkan ketakutan konsumen untuk berbelanja.

Partai Komunis Tiongkok mempertaruhkan tabungan-tabungan yang dihasilkannya untuk industrialisasi yang berlebihan dan militerisasi yang pesat di Tiongkok. Beberapa industri yang disubsidi, seperti produksi baja, pada akhirnya dialihkan untuk pembangunan militer Tiongkok.

Hal ini sekaligus melemahkan kekuatan relatif dan kapasitas industri yang mandiri untuk Amerika Serikat dan sekutunya, membuat kita rentan jika terjadi keadaan darurat, seperti pandemi atau perang.

Para politisi Amerika Serikat dan Eropa kini memahami dan bertekad untuk menghindari hal serupa akan terjadi pada gelombang industri berikutnya, termasuk kendaraan listrik. Partai Komunis Tiongkok ingin hal yang sama–—sebanyak mungkin keuntungan dan lapangan kerja yang bernilai miliaran dolar yang dihasilkan kendaraan listrik. Untuk maju dalam persaingan, Amerika Serikat dan Tiongkok memberikan subsidi pada pengembangan kendaraan listrik mulai  2009, diikuti oleh Eropa setidaknya sejak 2021.

Meskipun negara-negara Barat mempunyai basis manufaktur mobil yang matang untuk membangun, produsen-produsen mobil Tiongkok memiliki tenaga kerja terampil yang murah dan kemauan yang kuat untuk mencuri kekayaan intelektual yang mereka perlukan. Untuk membela diri, pemerintahan Trump pada tahun 2018 mengenakan tarif umum sebesar 25 persen terhadap sebagian besar barang Tiongkok. Pemerintahan Biden mengenakan tarif sebesar 100 persen pada kendaraan listrik Tiongkok pada Mei.

Rencana tarif yang diterapkan Eropa yang diumumkan pada 12 Juni adalah relatif rendah dan berkisar dari 17 persen menjadi 38 persen. Kemungkinan besar tarif yang diterapkan Eropa harus minimal 50 persen untuk melarang kendaraan listrik Tiongkok memasuki Eropa. Dengan demikian, tarif Uni Eropa yang baru lebih berupa sebuah peringatan untuk mendorong Beijing agar mendukung lebih banyak manufaktur di Eropa bila Tiongkok menginginkan akses bebas-tarif.

Produsen-produsen mobil Eropa dapat menderita karena manufaktur Tiongkok di Eropa, meskipun produsen mobil Eropa mungkin juga menderita akibat tarif-tarif Uni Eropa yang lebih tinggi jika Partai Komunis Tiongkok melakukan tindakan balasan.

Hal ini menjelaskan mengapa produsen mobil Eropa menentang tarif-tarif tersebut.

Beijing telah membalas klaim-klaim atas kelebihan kapasitasnya dengan menuduh Eropa juga melakukan  memiliki “kelebihan kapasitas” pada daging babi, yang saat ini sedang dalam penyelidikan anti-dumping per 17 Juni. Partai Komunis Tiongkok mengatakan bahwa klaim-klaim atas kelebihan kapasitas Tiongkok adalah bersifat selektif dan bahwa negara-negara lain juga mensubsidi kendaraan listriknya. Rezim Tiongkok menyiratkan bahwa konsep “kelebihan kapasitas” tidak ada artinya dalam dunia perdagangan dunia internasional yang dilakukan semua negara–—seperti Taiwan, yang mensubsidi pembangunan semikonduktornya–—memiliki “kelebihan kapasitas” dalam sesuatu yang mereka perdagangkan di pasar-pasar global.

Namun, beruntung bagi kami, Amerika Serikat dan Eropa tidak mempercayai argumen tersebut. Tarif-tarif Amerika Serikat dan Uni Eropa hanya mengoreksi harga kendaraan listrik Tiongkok, “menyamakan kedudukan” menjadi apa yang seharusnya terjadi jika kendaraan listrik Tiongkok tidak disubsidi, menurut para pendukungnya.

Hanya sedikit orang di Barat yang mengambil langkah mundur dari perang propaganda untuk bertanya apakah kita benar-benar menginginkan persaingan yang setara dengan Tiongkok komunis atau sebaliknya, dengan mengklaim kelebihan kapasitas, kita menyebabkan kebingungan di kalangan masyarakat kita sendiri dengan mati-matian mencari keuntungan apa pun yang melestarikan perdagangan tersamar sambil menghindari deindustrialisasi lebih lanjut.

Sebuah pernyataan sederhana mengenai fakta bahwa rezim Tiongkok adalah totaliter, ekspansionis, dan genosida akan menjadi alasan yang lebih benar dan lebih efektif untuk mengenakan tarif tersebut, belum lagi lebih banyak kendali ekspor, penghapusan tarif status Hubungan Perdagangan Normal Permanen oleh Tiongkok, dan masih banyak lagi.

Ini adalah nasihat yang harus diperhatikan oleh pemerintah Amerika Serikat, bukannya memprioritaskan untuk memaksimalkan akses perusahaan Amerika Serikat ke pasar Tiongkok dengan mengabaikan sifat jahat Partai Komunis Tiongkok.

Ketika perang dagang dengan Tiongkok meningkat, diperkirakan akan ada lebih banyak propaganda dari semua pihak. Biasanya ada beberapa unsur propaganda dalam setiap perang, dan propaganda yang paling efektif biasanya mencakup sebagian kebenaran. (Vv)

Anders Corr meraih gelar sarjana/master di bidang ilmu politik dari Universitas Yale (2001) dan gelar doktor di bidang pemerintahan dari Universitas Harvard (2008). Dia adalah kepala sekolah di Corr Analytics Inc., penerbit Journal of Political Risk, dan telah melakukan penelitian ekstensif di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Buku terbarunya adalah “The Concentration of Power: Institutionalization, Hierarchy, and Hegemony” (2021) dan “Great Powers, Grand Strategies: the New Game in the South China Sea)” (2018).