Penjualan Rumah di Tiongkok Merosot Lebih dari 30 Persen dalam 5 Bulan Terakhir Upaya Penyelamatan Beijing

Mary Hong – The Epoch Times

Pasar perumahan Tiongkok mengalami penurunan lebih lanjut pada Mei, menurut sebuah laporan oleh Biro Statistik Nasional Beijing yang dirilis pada  17 Juni. Para ahli mengatakan langkah baru yang diambil Beijing adalah tidak efektif dalam meningkatkan sektor properti yang sedang mengalami kesulitan. 

Data menunjukkan bahwa selama lima bulan pertama pada 2024, penjualan rumah anjlok 30,5 persen tahun ke tahun, dan investasi pengembang turun 10,1 persen tahun demi tahun. Namun, karena catatan pihak berwenang Tiongkok yang tidak melaporkan secara memadai dan menutupi informasi, adalah sulit untuk menilai kebenaran data perumahan Beijing saat ini.

Meskipun demikian, menurut angka-angka Biro Statistik Nasional, harga rumah terus-menerus turun pada Mei, di mana angka penurunan tahunan yang sedikit memburuk. Kota-kota tingkat pertama mengalami harga rumah baru turun 0,7 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, dan semakin memburuk sebesar 0,1 persen poin dari  April. Harga jual rumah baru di kota-kota tingkat pertama menurun sebesar 3,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,7 peningkatan persen poin dalam angka penurunan dari April, kata Biro Statistik Nasional.

Liu Aihua, juru bicara Biro Statistik Nasional, mengatakan pada konferensi pers bahwa data baru menunjukkan bahwa sektor real estat telah menunjukkan beberapa perubahan positif sejak saat Beijing memperkenalkan langkah-langkah baru pada pertengahan  Mei untuk meningkatkan pasar. Dari Januari hingga Mei, pendapatan penjualan bangunan tempat tinggal komersial yang baru dibangun turun sebesar 27,9 persen, sedikit peningkatan dari penurunan sebesar 28,3 persen terlihat pada empat bulan pertama, kata Liu Aihua.

Krisis Properti

“Masalah real estate Tiongkok adalah sangat sulit, bahkan mustahil, untuk diselesaikan. Pihak berwenang hanya dapat berpura-pura mengatasinya,” kata ekonom Taiwan, Wu Jialong, baru-baru ini mengatakan kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin.

Wu Jialong menunjukkan bahwa data menunjukkan terlalu banyak rumah yang sudah dibangun dan mempertanyakan strategi pembaruan perkotaan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok, seperti “meruntuhkan proyek yang belum selesai, menghancurkan properti  yang terbengkalai lebih cepat, atau meyakinkan orang-orang untuk membeli rumah yang sudah jadi.” Wu Jialong mengatakan bahwa pihak berwenang tidak memiliki solusi terhadap krisis real estate.

Beijing menerapkan langkah baru pada 17 Mei untuk meningkatkan pasar properti, seperti mendorong pemerintah daerah untuk membeli rumah yang tidak terjual dan mengubah rumah yang tidak terjual itu menjadi perumahan yang terjangkau dan mengurangi suku bunga hipotek dan uang muka. Namun, data awal menunjukkan bahwa langkah ini telah mengurangi dampak terhadap pasar.

Ekonom yang berbasis di Amerika Serikat, Davy J. Wong, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa pasar akan memerlukan waktu untuk menyesuaikan dengan langkah-langkah baru ini. Davy J. Wong juga menekankan perlunya reformasi mendasar dibandingkan perbaikan sementara.

Davy J. Wong mengatakan bahwa langkah yang signifikan harus mencakup pengurangan pajak pengalihan properti, meningkatkan jaminan sosial untuk membantu para keluarga berpenghasilan rendah dan berpenghasilan menengah untuk membeli rumah, dan meningkatkan manajemen sektor real estate.

‘Lingkaran Setan’

Laporan penelitian tahun 2023 oleh Bank of China menunjukkan pinjaman-pinjaman terkait dengan real estate secara konsisten menyumbang sekitar 40 persen kredit bank Tiongkok total dalam jangka panjang.

Mengenai penurunan pasar properti, Wu Jialong menyatakan: “Tidak hanya berdampak pada keamanan pinjaman hipotek bagi bank-bank namun juga mempunyai implikasi yang lebih luas. Hal ini akan sangat berdampak pada seluruh industri real estate dan 56 industri terkait. Pada akhirnya, hal ini dapat meningkatkan angka pengangguran dan menurunkan profitabilitas bisnis, sehingga menurunkan margin keuntungan Tiongkok secara keseluruhan dari bisnis yang relevan.”

Wu Jialong menekankan bahwa ketika krisis perumahan semakin parah, risiko menjangkau bank hingga pemerintah daerah yang menghadapi penurunan pendapatan dan pengembang swasta berada di risiko kebangkrutan atau PHK, yang mempengaruhi banyak industri yang terkait dengan real estate.

“Real estate selalu menjadi jaminan penting untuk pinjaman bank. Jika runtuhnya pasar agunan, maka akan menurunkan nilai pasar properti yang dimiliki bank-bank, yang mempengaruhi struktur aset mereka dan berpotensi menyebabkan risiko  sistemik,” ujar Wu Jialong.

Sektor real estate memberikan kontribusi secara signifikan terhadap Produk Domestik Bruto Tiongkok. Menurut sebuah laporan Bank Dunia, sektor real estate menyumbang sekitar 30 persen Produk Domestik Bruto Tiongkok.

“Dengan dampak yang begitu besar, keruntuhan sektor real estate dapat memicu bencana siklus kontraksi ekonomi,” Wu Jialong memperingatkan, seraya menambahkan bahwa “kemunduran terus-menerus dapat memperburuk ketegangan sosial.” (vv)