Pasar Properti Tiongkok Merosot, Beijing Memangkas Suku Bunga Hipotek dan Rasio Uang Muka

Beijing baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menurunkan suku bunga KPR dan rasio uang muka, menjadikannya kota tingkat pertama terakhir di Tiongkok yang melonggarkan kebijakan perumahannya. Analisis menunjukkan bahwa langkah apa pun yang diperkenalkan oleh Pemerintah masih tidak akan dapat menghentikan  harga properti yang terus menerus menurun

Wang Yanqiao – NTD

Sebuah video menunjukkan seorang wanita menangis sambil duduk di jalan beredar luas di internet. Diwartakan NTDTV.com, Selasa (2/7/2024) judulnya menyebutkan bahwa pinjaman hipotek wanita tersebut adalah RMB. 3,68 juta, tetapi harga rumah anjlok dan dia hanya bisa menjualnya seharga RMB.2,68 juta.

Warga Tiongkok: “Bagaimana Anda ingin saya membayar kembali pinjaman sebesar RMB.3,68 juta ?”

Baru-baru ini, topik “Real estate Tianjin Wuqing turun dari RMB. 1,6 juta menjadi RMB.390.000 “menjadi perbincangan hangat. Artikel tersebut menyebutkan bahwa apartemen dua kamar tidur seluas 83 meter persegi di Tianjin terjual dengan harga puncak lebih dari RMB.1,6 juta . Sekarang Tipe yang sama apartemennya hanya bisa dijual seharga RMB.390.000 .

Xie Tian, ​​​​​​seorang profesor di Aiken School of Business di Universitas South Carolina di Amerika Serikat menilai masalah mendasar pasar perumahan ini sekarang terungkap selangkah demi selangkah. Langkah-langkah pemerintah untuk menyelamatkan pasar, seperti menurunkan uang muka, menurunkan suku bunga, mungkin tidak ada yang berhasil. Harga rumah terus menurun dan ketika masyarakat melihat harga rumah turun, mereka tidak berani membeli dikarenakan gelembungnya terlalu besar.”

Pada akhir  Mei, Shanghai, Guangzhou dan Shenzhen mengumumkan bahwa mereka akan menurunkan uang muka dan suku bunga hipotek. Baru-baru ini, Beijing juga menindaklanjuti kebijakan ini dan menjadi kota lapis pertama terakhir di Tiongkok yang menurunkan suku bunga hipotek dan uang muka rasio.

Xie Tian mengatakan  “Elit PKT memanfaatkan dan merampas kekayaan rakyat jelata. Ketika status Tiongkok sebagai pabrik dunia hilang, arus keluar manufaktur dan permintaan dalam negeri merosot, perekonomian melemah dan penurunan ini akan berlanjut dalam jangka waktu  lama, sehingga  industri real estat akan menanggung beban terbesarnya.”

Pada saat yang sama, Jiangsu, Anhui dan tempat-tempat lain baru-baru ini memperkenalkan langkah-langkah untuk “mendorong petani menyerahkan lahan mereka dan membeli rumah di kota.” (Hui)