AS Menyewa Pesawat untuk Mendeportasi Imigran Gelap dari Tiongkok, Pertama Kali Sejak 2018

oleh Xia Yu

Pada Selasa (2 Juli), Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS (United States Department of Homeland Security. DHS) menyatakan bahwa pada akhir pekan lalu Amerika Serikat telah menyewa penerbangan untuk memulangkan warga Tiongkok yang mencoba masuk AS secara ilegal. Ini merupakan peristiwa repatriasi besar-besaran yang pertama sejak 2018.

Meskipun DHS tidak merinci berapa banyak orang yang berada di dalam pesawat tersebut, tetapi mengatakan bahwa akan ada lebih banyak penerbangan repatriasi yang dijadwalkan di hari-hari mendatang. Associated Press melaporkan bahwa ada 116 orang imigran ilegal dari Tiongkok yang dideportasi kali ini.

“Kami akan terus menegakkan undang-undang imigrasi dan mengeluarkan individu yang tidak memiliki dasar hukum untuk tetap tinggal di Amerika Serikat”, kata Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro N. Mayorkas dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu menyebutkan bahwa Kementerian Keamanan Dalam Negeri menegakkan undang-undang imigrasi AS dan menerapkan hukuman berat bagi mereka yang tidak memiliki dasar hukum untuk tinggal, sesuai dengan kewajiban internasional. Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS telah mengoperasikan lebih dari 120 penerbangan repatriasi internasional ke lebih dari 20 negara, termasuk Tiongkok.

Kementerian Keamanan Dalam Negeri secara rutin menjalin hubungan dengan rekan-rekan kami di belahan bumi barat dan di seluruh dunia untuk bekerja sama dengan negara-negara agar menerima warga negara yang dideportasi karena mereka tidak memiliki dasar hukum untuk tetap tinggal di Amerika Serikat. Selain itu mengambil langkah-langkah lain untuk mengurangi imigrasi ilegal, dan mendorong pelaksanaan imigrasi melalui jalur yang aman, legal dan tertib, dan meminta pertanggungjawaban jaringan kriminal transnasional yang menyalahgunakan sistem perdagangan dan perjalanan Amerika yang sah untuk menyelundupkan dan mengeksploitasi populasi rentan. Demikian pernyataan DHS.

Menurut Associated Press, Thomas Cartwright dari Witness at the Border, sebuah kelompok advokasi yang melacak penerbangan deportasi, mengatakan bahwa awal tahun ini, sebuah penerbangan sewaan menuju Kota Shenyang, Tiongkok telah membawa sejumlah kecil warga asal Tiongkok yang dideportasi.

Pejabat Keamanan Dalam Negeri tidak mengatakan berapa banyak orang yang berada dalam penerbangan pada 30 Maret tersebut, namun Thomas Cartwright mengatakan bahwa pesawat Gulfstream V biasanya dapat menampung 14 orang. Selain itu, pesawat tersebut juga singgah di Korea Selatan sebelum kembali ke Amerika Serikat.

Di sisi lain, Akibat hubungan yang terus memburuk, semakin sulit bagi warga Tiongkok untuk mendapatkan visa AS. Ditambah dengan fakta bahwa banyak warga meninggalkan Tiongkok karena blokade ketat PKT selama epidemi dan meningkatkan sensor di dalam negeri, yang berdampak pada memburuknya perekonomian Tiongkok. Hal tersebut menyebabkan jumlah warga Tiongkok yang secara ilegal memasuki Amerika Serikat lewat perbatasan Meksiko meningkat tajam.

Menurut data pemerintah AS, hingga Mei tahun ini, sudah tercatat hampir 56.000 orang imigran Tiongkok berada di pelabuhan masuk di perbatasan barat daya AS – Meksiko dan perbatasan AS – Kanada. Jumlah tersebut lebih banyak dari 52.700 orang untuk seluruh tahun fiskal 2023 yang berakhir bulan Oktober.

Antara Januari dan Mei tahun ini, sekitar 10.171 orang migran Tiongkok melintasi Darién Gap di Panama, sebuah wilayah berbahaya sepanjang 60 mil yang menghubungkan Amerika Selatan dan Tengah. Sebagai perbandingan, menurut data imigrasi Panama, jumlah imigran sepanjang 2023 adalah 25,565 orang, dan jumlah total imigran dari tahun 2010 hingga 2022 adalah 2,381 orang. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2024, warga negara Tiongkok merupakan kelompok terbesar keempat yang datang ke Provinsi Darien, Panama lewat Kolombia.

Pada 2023, Ekuador telah menjadi titik transit penting bagi puluhan ribu warga Tiongkok yang berencana pergi ke perbatasan AS – Meksiko. Banyak dari mereka yang akhirnya melintasi perbatasan menuju California.

Banyak migran Tiongkok melakukan perjalanan lebih dari 3.000 mil dari Ekuador ke Tijuana dan titik-titik lain di Baja California, termasuk perlu melintasi hutan, gurun dan kota-kota untuk mencapai San Diego County di Amerika Serikat. Kebanyakan imigran Tiongkok menyerahkan diri ke Patroli Perbatasan AS untuk meminta suaka.

Pada 18 Juni Ekuador mengumumkan bahwa Ekuador telah menangguhkan perjanjian bebas visa bagi warga negara Tiongkok dengan alasan meningkatnya jumlah imigrasi ilegal hingga tahap yang “mengkhawatirkan”. Namun, para analis percaya bahwa rute alternatif baru akan segera ditemukan, namun biayanya mungkin meningkat, dan masyarakat Tiongkok akan terus menempuh jalur tersebut menuju Amerika Serikat di waktu mendatang.

Dalam sebuah wawancara dengan Jordan Schneider, pembawa acara media mandiri “China Talk” pada awal bulan April tahun ini, Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok menangkap pengusaha dan mengusir pengusaha Tiongkok keluar dari Tiongkok. Saat ini para wirausahawan  tidak lagi berbisnis, angka pengangguran di kalangan muda terus membumbung tinggi, dan banyak modal yang keluar dari negara tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan Gzeromedia pada 2023, Rahm Emanuel mengatakan bahwa warga dan dana Tiongkok sedang lari ke luar negeri. Fenomena tenang di dalam negeri Tiongkok yang tampak dari luar, sebenarnya tidaklah demikian. “Itu adalah sebuah mimpi buruk”. (sin)