Pengalaman Perawat Hospice : 3 Hal Paling Mengejutkan dari Pasien Menjelang Akhir Hidup

EtIndonesia. Seorang selebriti internet AS berusia 41 tahun yang sebelumnya bekerja sebagai perawat hospice selama bertahun-tahun telah melihat sendiri bagaimana pasien melewati tahap akhir kehidupannya. Melalui rekaman video pendek yang dibuat baru-baru ini, dia mencoba untuk membagikan 3 hal paling mengejutkan dari pasien menjelang akhir hayatnya.

Julie McFadden, sering berbicara tentang masalah kematian di saluran YouTube-nya, dia juga sering membantu orang untuk tidak takut dalam menghadapi kematian.

Sebuah rekaman video pendek yang berjudul “Yang Paling Mengejutkan Saya Tentang Akhir Kehidupan dan Mengapa Itu Penting” dirancang untuk memperkenalkan hal-hal yang berkaitan dengan urusan menjelang kematian, yang bertujuan untuk mendidik dan menghibur masyarakat.

Dalam film pendek tersebut, dia mengungkap tiga fakta tentang kematian, termasuk cara mempersiapkan fisik dan mental untuk menghadapi kematian, yang mungkin saja belum diketahui banyak orang.

  1. Pasien yang tidak sadar masih dapat mendengar

Bahkan jika orang yang kita cintai tidak sadarkan diri atau sekarat, mereka masih dapat mendengar suara kita, kata Julie McFadden.

Karena fungsi yang memproses informasi pendengaran di dalam otak manusia adalah yang paling akhir dimatikan. Jadi Julie McFadden menyarankan orang-orang yang berada di sekitar pasien sakit parah yang mereka cintai untuk tetap berbicara seolah-olah pasien masih dapat diajak berkomunikasi, walau sesungguhnya dia tidak dapat berbicara atau sudah hampir putus napas.

Namun, Julie McFadden juga mengatakan bahwa ini berarti orang harus tetap “menghormati” pasien, bukan dengan nada berdebat atau mengeluarkan ucapan yang menyakitkan.

Dia mengatakan : “Tolong jangan berdebat dan jangan membicarakan mereka seolah-olah mereka tidak ada karena kami percaya bahwa mereka dapat mendengar apa yang diucapkan. Sebagai perawat hospice, saya selalu mencoba berbicara dengan orang yang tidak sadarkan diri, seolah-olah dia akan merespons kata-kata saya.”

Dia menyebutkan bahwa dia telah berbicara dengan seorang yang siuman dari koma. Dia mengatakan bahwa meskipun dalam keadaan koma, tetapi dirinya “bisa merasakan” apa yang terjadi di sekeliling.

Julie juga menambahkan : “Kami pikir hal yang sama juga terjadi pada orang-orang yang sedang sekarat. Jadi, menjelang akhir hidupnya, sangat penting bagi kita untuk menghiburnya, menciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman bagi orang yang kita cintai yang sedang menghadapi maut.”

  1. Fenomena ranjang kematian

Julie McFadden menggunakan istilah “fenomena ranjang kematian” (deathbed phenomenon)untuk menggambarkan apa yang dialami seseorang menjelang kematiannya. Fenomena ini mencakup “penglihatan menjelang kematian” (deathbed visioning), yang sering kali melibatkan orang-orang terkasih yang telah meninggal dunia. Hal ini berbeda dengan halusinasi yang disebabkan oleh psikosis atau delirium.

Julie McFadden juga menyebutkan kejernihan terminal (terminal lucidity) , yaitu pasien yang sakit kritis tiba-tiba mengalami perbaikan sementara kondisi kesehatannya sebelum meninggal.

Beberapa orang meyakini fenomena ini disebabkan oleh lonjakan kortisol atau hormon lainnya. Hormon-hormon dari pasien sakit kritis ini muncul di saat-saat terakhir menjelang padamnya kehidupan untuk “menyemangati” pasien. Namun McFadden mengaku dirinya tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi.

Meskipun dia menggambarkan fenomena tersebut sebagai sesuatu yang “mengejutkan” dan “tidak dapat dipercaya”, tetapi dia mengatakan bahwa hal tersebut juga cukup “menghibur”.

“Saya pikir penting bagi saya sebagai perawat hospice untuk mendidik masyarakat bahwa hal-hal ini terjadi. Kami tidak tahu mengapa, tapi itu memang terjadi,” katanya.

  1. Dehidrasi berkontribusi terhadap kematian yang damai

Julie McFadden mengatakan bahwa dehidrasi dapat membantu orang yang sekarat meninggalnya lebih tenang. Ini sangat aneh. Untuk itu dirinya membutuhkan waktu lama untuk memberitahu orang-orang.

Dia mengatakan : “Tubuh yang sekarat tidak dapat menampung cairan yang dapat diberikan oleh tubuh yang sehat. Jadi jika kita mencoba untuk merehidrasi tubuh orang yang sekarat, maka tubuhnya akan kelebihan cairan. Cairan tidak akan tinggal di pembuluh darah. Cairan akan keluar, menyebabkan pembengkakan yang akhirnya menimbulkan kesulitan bernapas.”

Dia menjelaskan bahwa ketika mendekati waktu kematian seseorang, tubuh orang bersangkutan dengan sendirinya akan membantu meninggal dengan dehidrasi. Jadi semakin banyak mengalami dehidrasi, semakin nyaman dirasakan oleh orang bersangkutan.

Dia mengatakan : “Orang bersangkutan akan memasuki keadaan ketosis (ketika tubuh memecah lemak untuk menghasilkan badan keton, yang merupakan sumber energi utama). Dan tubuh orang bersangkutan juga akan melepaskan endorfin, yang akan memberikan perasaan senang dan membantu meringankan rasa sakit yang dia rasakan sehingga benar-benar terasa nyaman.”

Di akhir kesimpulannya Jelie McFadden mengatakan bahwa sering melihat orang lain meninggal dunia membuat rasa takutnya terhadap kematian menjadi berkurang. Dia berharap pesan-pesan yang dia sampaikan ini juga dapat membantu masyarakat mengurangi rasa takut terhadap kematian.(sin/yn)