Boeing Mengaku Bersalah Atas Kecelakaan Pesawat Lion Air JT  610 pada 2018 dan Ethiopian Airlines 302 pada 2019 

Jacob Burg – The Epoch Times

Boeing  mengaku bersalah atas tuduhan pidana menipu pemerintah Amerika Serikat atas kecelakaan 737 Max yang mematikan pada 2018 dan 2019 yang menewaskan 346 orang. Hal demikian disampaikan oleh  Departemen Kehakiman Amerika Serikat dalam pengajuan pada  7 Juli.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat pertama kali mendakwa Boeing karena menipu pemerintah Amerika Serikat pada  7 Januari 2021, setelah dua kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8. Dalam kesepakatan penuntutan yang ditangguhkan, Departemen Kehakiman Amerika Serikat memberi waktu tiga tahun kepada Boeing, hingga  7 Januari 2024, untuk mematuhi kewajiban keselamatan baru untuk menghindari biaya-biaya.

Pada  5 Januari, hanya dua hari sebelum kesepakatan penuntutan yang ditangguhkan itu habis masa berlakunya, panel pintu Alaska Airlines pada Boeing 737 Max 9 meledak di udara. 

Departemen Kehakiman Amerika Serikat memutuskan pada  14 Mei bahwa insiden tersebut membuat Boeing melakukan pelanggaran kesepakatan tahun 2021 dan mengatakan akan mengumumkan pada  7 Juli bagaimana kelanjutannya. Boeing membantah melanggar kesepakatan itu.

Jaksa- memberi Boeing pilihan pada minggu lalu untuk mengaku bersalah dan membayar denda atau menghadapi persidangan atas tuduhan kejahatan menipu pemerintah Amerika Serikat dan Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat dengan cara menyembunyikan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver dari regulator federal sebelum kecelakaan 737 Max.

Seorang hakim federal harus menyetujui kesepakatan pembelaan tersebut agar dapat berlaku. Kesepakatan itu menyerukan agar Boeing membayar denda tambahan sebesar U$D 243,6 juta, penalti yang sama yang  dibayarkan pada tahun 2021 sebagai bagian kesepakatan penuntutan asli. Pada waktu itu, Boeing membayar total U$D 2,5 miliar untuk menghindari tuntutan pidana, yang mana mencakup U$D 500 juta untuk para keluarga dari korban kecelakaan 737 Max.

Boeing juga harus menginvestasikan setidaknya U$D 455 juta untuk program keselamatan dan  kepatuhan serta menjalani pemantauan independen selama tiga tahun atas kendali keamanan dan kualitasnya.

Tidak Ada Kekebalan terhadap Insiden Lain

Kesepakatan pembelaan baru ini hanya akan melindungi Boeing dari segala kesalahan yang dilakukan sebelum kecelakaan 737 Max pada tahun 2018 dan 2019, tetapi kesepakatan pembelaan baru ini tidak memberikan kekebalan terhadap insiden-insiden lainnya, termasuk insiden Alaska Airlines, kata seorang pejabat Departemen Kehakiman Amerika Serikat.

Kesepakatan pembelaan hanya mencakup korporasi, bukan para karyawan Boeing yang ada saat ini atau sebelumnya. Boeing, dalam sebuah pernyataan, mengatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat tetapi tidak memberi komentar lebih lanjut.

Dalam pengajuan pengadilannya pada  7 Juli, Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengatakan pihaknya berharap untuk menyerahkan kesepakatan pembelaan tertulis ke Pengadilan Distrik Texas di Amerika Serikat pada  19 Juli. Namun, para pengacara untuk beberapa keluarga korban kecelakaan 737 Max mengatakan mereka akan mendesak hakim untuk menolak kesepakatan pembelaan itu.

Seluruh 346 penumpang dan awak Lion Air Penerbangan 610 pada  2018 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302 pada  2019 tewas setelah perangkat lunak kendali penerbangan Boeing saat itu, Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, menyebabkan kedua pesawat kehilangan kekuatan di udara, menyebabkan kedua pesawat itu jatuh.

“Kesepakatan manis ini gagal  mengakui hal itu karena konspirasi Boeing, 346 orang meninggal. Melalui pembelaan yang licik antara Boeing dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat, konsekuensi mematikan dari kejahatan Boeing disembunyikan,” kata Paul Cassell, pengacara yang mewakili beberapa keluarga dalam kasus pidana melawan Boeing.

Tuduhan awal Boeing untuk menipu pemerintah Amerika Serikat muncul setelah Departemen Kehakiman Amerika Serikat menuduh Boeing menyembunyikan perangkat lunak kendali penerbangan Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver dari Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat, maskapai penerbangan, dan para pilot. Hal ini menyebabkan dua kecelakaan mematikan, yang terjadi kurang dari lima bulan dua pesawat 737 Max 8 yang baru diproduksi.

Hakim yang mengawasi kasus ini sejak awal, Hakim Distrik Amerika Serikat Reed O’Connor, mengkritik tindakan Boeing sebagai “pelaku kejahatan yang mengerikan.” Hakim O’Connor dapat menerima kesepakatan pembelaan Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan mengusulkan hukumannya, atau ia dapat menolak kesepakatan itu. Sebuah penolakan cenderung memerlukan negosiasi baru antara Departemen Kehakiman Amerika Serikat dengan Boeing.

Perangkat Lunak Kendali Penerbangan 737 Max

Boeing mengembangkan 737 Max dengan mesin-mesin untuk terbang lebih tinggi dan sayap-sayap lebih canggih, menyebabkan hidung pesawat terangkat ke atas selama naik ketinggian.

Untuk mengatasi dampak ini, Boeing merancang perangkat lunak secara otomatis mengaktifkan dan menurunkan hidung pesawat jika sensor sudut antara sayap pesawat dengan udara yang mendekat memberitahu komputer itu bahwa pesawat berada pada sudut pendakian yang salah.

Boeing juga awalnya mengembangkan 737 Max untuk mempertimbangkan data dari sensor sudut antara sayap pesawat dengan udara yang mendekat yang tunggal pada suatu waktu. Sensor-sensor ini memberitahu komputer pesawat apa sudutnya selama penerbangan untuk mencegah kemacetan di udara.

Pesawat-pesawat sebelumnya (dan sejak itu) telah menggunakan banyak sensor, tetapi Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat menyalahkan kecelakaan-kecelakaan tahun 2018 dan 2019 karena ketergantungan Boeing pada sensor tunggal untuk Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver miliknya.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyalahkan Boeing karena menyembunyikan informasi mengenai sistem kendali penerbangan, yang tidak ada pada jet 737 lama, dari regulator-regulator Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat, maskapai-maskapai penerbangan, dan pilot-pilot. Selama dua kecelakaan tersebut, Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver diaktifkan karena sensor sudut antara sayap pesawat dengan udara yang mendekat yang salah di pesawat itu yang secara keliru mendeteksi hidung pesawat berada pada sudut yang tidak aman.

Dalam kedua kasus tersebut, komputer secara otomatis menurunkan hidung pesawat, dan pilot-pilot di kedua penerbangan itu tidak dapat menonaktifkan tindakan tersebut tepat waktu, sehingga menyebabkan kehilangan kekuatan untuk mengangkat yang membawa bencana.

Boeing menyalahkan dua pilot teknis penerbangannya karena menyembunyikan informasi mengenai Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver.

Pada  7 Januari 2021, kesepakatan penuntutan ditangguhkan, untuk menangkap pelaku kriminal itu dibatalkan di pengadilan, Boeing harus membayar penalti pidana sebesar U$D 2,5 miliar, mengakui kesalahannya, dan menahan diri dari insiden lebih lanjut hingga tanggal 7 Januari 2024. Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat juga melarang 737 Max terbang selama 20 bulan dan memaksa Boeing untuk memperlengkapi kembali perangkat lunak Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver dan mengurangi kendali perangkat lunak Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver terhadap pesawat. Pesawat-pesawat sejak itu telah mencatat ribuan penerbangan yang aman, dan pesanan pesawat baru meningkat menjadi hampir 1.000 pesawat pada tahun 2023.

Dua hari sebelum kesepakatan tahun 2021 berakhir, insiden penerbangan Alaska Airlines terjadi, mendorong Boeing 737 Max kembali menarik perhatian publik dan pengawasan peraturan.

Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat memberi Boeing waktu 90 hari pada bulan Februari untuk menyerahkan rencana keselamatan komprehensif, dan FBI memberitahu para penumpang Alaska Airlines 737 Max bahwa mereka mungkin saja adalah korban-korban suatu kejahatan.

Masalah Kontrak Pemerintah

Sekalipun Boeing menghindari pengadilan pidana, beberapa pakar hukum berpendapat pengakuan bersalah dalam hukuman pidana dapat membahayakan status Boeing sebagai kontraktor federal; 37 persen pendapatan Boeing pada tahun 2023 berasal dari kontrak-kontrak pemerintah Amerika Serikat. Sebagian besar berasal dari pekerjaan pertahanan, termasuk penjualan-penjualan militer untuk negara-negara lain diatur melalui Washington.

Kesepakatan pembelaan itu tidak menjawab pertanyaan tersebut, sehingga menyerahkannya kepada masing-masing lembaga pemerintah untuk menentukan apakah akan memberikan kontrak-kontrak kepada Boeing.

Sebelumnya, Angkatan Udara mengutip “kepentingan nasional yang memaksa” dalam mengizinkan Boeing terus bersaing untuk mendapatkan kontrak-kontrak setelah Boeing membayar denda U$D 615 juta pada tahun 2006 untuk menyelesaikan tuntutan pidana dan perdata atas pencurian informasi dari satu saingan untuk memenangkan kontrak peluncuran luar angkasa.

Berbasis di Arlington, Virginia, Boeing memiliki 170.000 karyawan di seluruh negeri. Baru-baru ini, Boeing mengembangkan sebuah kapsul luar angkasa berawak untuk NASA.

Starliner, yang berhasil diluncurkan dari Kennedy Space Center pada  5 Juni saat ini tertunda kembalinya ke Bumi. Starliner meninggalkan kedua astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional sementara pejabat-pejabat Boeing dan NASA melakukan pengujian keamanan pada pesawat ruang angkasa, yang mengalami banyak kebocoran pada sistem propulsinya sebelum dan sesudah lepas landas.

Beberapa kritikus Boeing telah menyatakan keprihatinan atas ketidakmampuan Boeing, yang merupakan kontraktor pertahanan utama Amerika Serikat.

“Boeing perlu sukses demi lapangan kerja yang disediakannya, demi kepentingan ekonomi-ekonomi setempat yang didukungnya, demi masyarakat Amerika yang melakukan perjalanan, demi militer kita,” kata Senator Richard Blumenthal (D-Conn.) dalam pidatonya di Sidang Senat pada  18 Juni yang mencakup kesaksian dari CEO Boeing saat ini Dave Calhoun.

Seorang pelapor pelanggaran Boeing mengajukan tuduhan beberapa jam sebelum sidang bahwa suku cadang yang rusak dapat digunakan pada jet 737 Max yang baru.

Pada sidang tersebut, Dave Calhoun membela kebudayaan keselamatan Boeing setelah meminta maaf kepada para keluarga dari korban kecelakaan 737 Max.

“Saya ingin meminta maaf atas nama seluruh rekan Boeing kami di seluruh dunia, dulu dan sekarang, atas kehilangan anda,” kata Dave Calhoun.

Para anggota keluarga telah mendorong agar pengadilan pidana dapat mengungkap apa yang diketahui orang-orang dalam Boeing mengenai perangkat lunak Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver dan apa saja upaya untuk menipu Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat mengenai pelaksanaannya  terhadap 737 Max. Mereka juga ingin Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengadili pejabat-pejabat tinggi Boeing selain perusahaan Boeing itu sendiri.

Ike Riffel dari Redding, California, yang kehilangan putra-putranya Melvin dan Bennett pada kecelakaan  Ethiopian Airlines, mengatakan bahwa meminta Boeing membayar denda “tampaknya tidak berhasil membuat perubahan apa pun.”

“Ketika orang-orang mulai masuk penjara, saat itulah anda akan melihat sebuah perubahan,” katanya. (Viv)