Korea Selatan Umumkan Keadaan Darurat, Mengambil Langkah untuk Memerangi Rendahnya Angka Kelahiran 

Lisa Bian dan Lynn Xu

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol baru-baru ini menyatakan kedaruratan nasional di bidang demografi, bersumpah untuk membuat peraturan-peraturan kebijakan untuk mengatasi angka kelahiran yang sangat rendah.

“Masalah yang paling fundamental dan fatal adalah krisis demografik yang disebabkan oleh angka kelahiran yang sangat rendah,” kata Yoon Suk Yeol pada  19 Juni, saat pertemuan Komite Presidensial mengenai Masyarakat yang Menua dan Kebijakan Populasi di Provinsi Gyeonggi.  

Korea Selatan mencatat angka kesuburan total 0,72 pada tahun lalu, keadaan rendah yang baru sejak tahun 1983. 

Angka kesuburan total Korea Selatan turun di bawah angka yang seharusnya dipertahankan, yaitu 2,1, untuk mempertahankan populasi Korea Selatan sebanyak 51 juta jiwa, menurut KOSIS, portal statistik-statistik nasional dari Badan Statistik Korea.

Yoon Suk Yeol berjanji untuk melaksanakan serangkaian pendekatan untuk mendorong angka kesuburan, dengan fokus pada tiga bidang utama, yaitu: keseimbangan waktu kerja dengan waktu untuk keluarga, penitipan anak, perumahan.

Langkah yang diusulkan mencakup tunjangan cuti orang tua, perpanjangan cuti untuk si ayah, jam-jam kerja yang fleksibel, peningkatan kredit pajak dan kemudahan beban pendidikan untuk kedua orang tua, menurut sebuah jumpa pers kebijakan pemerintah.

Lagipula, rencana pemerintah untuk memperkenalkan  pinjaman dengan bunga yang rendah untuk para pengantin baru  memiliki rumah dan dana sewa dengan suku bunga istimewa tambahan diperpanjang untuk setiap kelahiran.

Jumpa pers itu menyatakan sebuah kementerian yang baru akan dibentuk untuk melaksanakan kebijakan anggaran yang diusulkan dan menyelesaikan krisis demografik tersebut.

Sejak wabah COVID-19 pada tahun 2020, jumlah kematian melewati jumlah kelahiran, yang mengakibatkan penurunan populasi total secara alami selama empat tahun berturut-turut.

Karena angka kelahiran terus-menerus menurun, populasi yang menua menjadi sebuah tantangan yang signifikan.

Pada tahun 2023, jumlah total penduduk lanjut usia yang berusia 70 tahun ke atas melebihi jumlah total anak muda yang berusia 20 tahun sampai 29 tahun untuk pertama kalinya, menurut sebuah survei oleh Kementerian Administrasi & Keamanan Korea Selatan. Karena populasi Korea Selatan terus-menerus menua, terjadi peningkatan kebutuhan untuk meningkatkan standar usia untuk orang-orang lanjut usia. Korea Selatan mempromosikan pilihan untuk menaikkan usia standar untuk bekal berbagai keuntungan kesejahteraan untuk orang-orang lanjut usia yang berusia 60 tahun sampai 70 tahun ke atas.

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Kota Seoul pada t 17 Juni, per tahun 2026, jumlah orang-orang yang berusia 65 tahun di Seoul akan melebihi 20 persen populasi total Kota Seoul, yang berpotensi menyebabkan Kota Seoul menjadi sebuah metropolis dengan penduduk yang sangat tua. 

Proporsi orang-orang yang berusia 70 tahun yang bekerja di Korea Selatan juga meningkat. Data KOSIS menunjukkan per  Januari tahun ini, 24,5 persen populasi yang berusia 70 tahun ke atas masih tetap bekerja. Data tersebut lebih lanjut menunjukkan proporsi total populasi yang berusia 70 tahun ke atas yang masih tetap bekerja meningkat sampai 5,6 persen, meningkat dari 5,1 persen pada  Januari 2023. (Vv)