Beijing Memilih Bantuan Dana Lebih Rp 200 Miliar Buat Kepulauan Solomon Daripada Meringankan Penderitaan Rakyatnya Akibat Banjir

oleh He Yating

Pada saat sejumlah instansi dan pemerintah daerah mengalami krisis keuangan, dan banyak daerah menderita kerugian besar akibat bencana, otoritas komunis Tiongkok malahan memutuskan untuk menyediakan dana sebesar USD.20 juta (setara RMB.145 juta) atau sekitar Rp 323 miliar dalam bentuk bantuan keuangan kepada Kepulauan Solomon. Selain itu Beijing juga berjanji akan mendanai biaya perluasan bandara internasional di negara tersebut. Beredarnya berita tersebut menyebabkan ledakan komentar dan kritikan masyarakat Tiongkok.

Perdana Menteri baru Kepulauan Solomon Jeremiah Manele baru-baru ini berkunjung ke Tiongkok untuk bertemu dengan Sekjen Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang di Beijing. Setelah itu kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bersama.

Pada Selasa (16 Juli), Manele mengumumkan bahwa negaranya telah menerima dana bantuan dari Tiongkok sebesar USD.20 juta yang akan digunakan untuk mendukung anggaran pemerintah Kepulauan Solomon. Selain itu, Tiongkok juga setuju mendanai perluasan bandara internasional di Honiara, Kepulauan Solomon.

Dalam pernyataannya Jeremiah Manele menyebutkan, bahwa hubungan kedua negara telah berkembang pesat sejak pembentukan kemitraan bilateral dengan Tiongkok lima tahun lalu, dan bahwa Tiongkok telah memberikan bantuan berupa “proyek-proyek transformatif” (kepada Kepulauan Solomon).

Kepulauan Solomon dulunya merupakan sekutu diplomatik Republik Tiongkok (Taiwan), namun memutuskan hubungan diplomatik dengan otoritas Taiwan pada tahun 2019 dan beralih untuk menjalin hubungan diplomatik dengan pemerintah komunis Tiongkok. 

Manele terpilih sebagai perdana menteri pada  Mei tahun ini dengan dukungan mantan Perdana Menteri Manasseh Sogavare, yang selama masa jabatannya menandatangani perjanjian keamanan rahasia dan perjanjian kerja sama kepolisian dengan otoritas Beijing, dan menerima sejumlah besar bantuan dan investasi dari Tiongkok. Termasuk membangun stadion besar serta fasilitas medis, menara telepon seluler dan infrastruktur lainnya.

Selama pemilu awal tahun ini, pihak oposisi di Kepulauan Solomon mengecam pemerintah negara tersebut karena menandatangani perjanjian keamanan dengan Beijing, dan mengkritik Sogavare karena mengkhianati Kepulauan Solomon untuk menyenangkan Beijing. Selain itu juga muncul komentar yang menunjukkan bahwa sebagian besar dana bantuan yang diberikan Beijing itu masuk ke kantong para elite penguasa dan tidak bermanfaat bagi masyarakat umum.

Saat ini, ketika banyak instansi dan pemerintah daerah di semua tingkatan di Tiongkok terlilit utang sehingga mengalami kesulitan keuangan, dan banyak tempat menderita kerugian besar akibat banjir, otoritas Beijing malahan mengabaikan rakyatnya yang terkena dampak bencana dan terus menggunakan uang pembayar pajak untuk “ditaburkan” di negara miskin lainnya. Perilaku ini membuat banyak netizen Tiongkok geram.

Beberapa netizen menyampaikan komentar mereka, antara lain : Jumlah dana yang dibelanjakan oleh otoritas Beijing untuk mendukung mahasiswa asing yang belajar di Tiongkok pada tahun 2018 jauh lebih tinggi daripada dana yang dikumpulkan oleh “Proyek Harapan” yang dibentuk oleh Partai Komunis Tiongkok untuk membantu pendanaan bagi pelajar keluarga miskin domestik dalam 30 tahun terakhir. Beberapa netizen mengungkapkan bahwa Cin Canrong, yang oleh PKT disebut “cendekiawan” pernah tak sengaja mengatakan bahwa, negara di Afrika bisa mendapatkan 30 miliar yuan dari Beijing asal saja mau mengakui “Satu Tiongkok”.

Karena sensor ketat terhadap isi berita online di Tiongkok, maka banyak netizen Tiongkok yang menghindari sensor lalu memposting atau meninggalkan pesan dalam bahasa Mandarin di platform sosial online luar negeri untuk mengomentari insiden ini.

Seorang netizen dengan nama online “Wadi Lao Liu” meninggalkan pesan yang mencemooh di platform “X” : “Iuran rutin untuk menjaga legalitas internasionalnya”.

Netizen dengan akun @double7cabatali meninggalkan komentar sinis : “Para warga sipil dalam tembok yang terendam air, segeralah mentas untuk memberikan ‘like’ kepada PKT”.

Netizen Zhuang Qiguang meninggalkan pesan yang mempertanyakan : “Masih ingin menyelamatkan muka walau tidak punya uang. Mengapa tidak mau menyelamatkan para korban bencana ?”

Seorang netizen dengan nama samaran “Jimo bianjie” menulis : “Bermurah hati terhadap sekutu tetapi tanpa peduli terhadap kesengsaraan rakyatnya”. (sin)