Studi: Salah Satu Jenis Serat Bisa Memiliki Manfaat Penurunan Berat Badan Mirip dengan Ozempic

EtIndonesia. Penelitian mengenai mikrobioma usus telah memicu ‘revolusi’ dalam ilmu gizi, dan dalam beberapa tahun terakhir, serat makanan telah menjadi “protein baru” – yang ditambahkan ke makanan dalam jumlah besar untuk memberi nutrisi pada usus dan meningkatkan kesehatan kita.

Namun, sebuah penelitian terbaru pada tikus menunjukkan bahwa tidak semua suplemen serat memberikan manfaat yang sama.

Suatu bentuk yang mudah ditemukan dalam gandum dan jelai atau barley, yang disebut beta-glukan, dapat mengontrol gula darah dan membantu penurunan berat badan pada tikus yang diberi diet tinggi lemak.

Para peneliti di Universitas Arizona (UA) dan Universitas Wina mengatakan ini adalah satu-satunya jenis suplemen serat yang mereka uji yang mampu menurunkan kandungan lemak dan berat badan tikus dalam waktu 18 minggu.

Serat lain yang dipertimbangkan, termasuk dekstrin gandum, pektin, pati resisten, dan selulosa, tidak memiliki efek tersebut, meskipun terjadi perubahan susunan mikrobioma tikus secara signifikan dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi suplemen serat.

“Kita tahu bahwa serat itu penting dan bermanfaat; masalahnya adalah ada begitu banyak jenis serat,” jelas ilmuwan biomedis Frank Duca dari UA.

“Kami ingin mengetahui jenis serat apa yang paling bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan homeostasis glukosa sehingga kami dapat memberikan informasi kepada masyarakat, konsumen, dan kemudian juga memberikan informasi kepada industri pertanian.”

Serat makanan adalah sumber energi utama bagi bakteri yang hidup di usus kita, namun di Indonesia 93,5 persen masyarakatnya masih mengalami kesulitan untuk memenuhi 30 gram serat yang jadi kebutuhan harian.

Untuk mengimbangi hal ini, suplemen serat dan makanan yang mengandung ‘serat tak kasat mata’ semakin populer. Namun serat sangat beragam, jadi yang mana yang kita pilih?

Beberapa serat, seperti oat beta-glukan dan dekstrin gandum, larut dalam air, artinya mudah difermentasi oleh bakteri usus. Lainnya, seperti selulosa dan pati resisten, kurang larut atau tidak larut, artinya mereka menempel pada bahan lain untuk membentuk tinja.

Hingga saat ini, tulis ilmuwan biomedis Elizabeth Howard dari UA dan rekan-rekannya, “belum ada penelitian yang menyelidiki peran berbagai serat dalam satu kelompok.”

Untuk mengatasi hal ini, penelitian ini menguji beberapa bentuk serat pada satu kelompok tikus. Hanya beta-glukan yang ditemukan meningkatkan jumlah Ileibacterium yang ditemukan di usus tikus. Penelitian lain pada tikus mengaitkan bakteri ini dengan penurunan berat badan.

Benar saja, jauh sebelum 10 minggu, tikus yang diberi makan beta-glukan menunjukkan penurunan berat badan dan kandungan lemak tubuh dibandingkan dengan tikus yang diberi serat bentuk lain.

Temuan ini sejalan dengan penelitian terbaru lainnya yang dilakukan Duca, yang memberi makan tepung barley, kaya beta-glukan, kepada hewan pengerat. Meskipun tikus-tikus tersebut terus mengonsumsi makanan tinggi lemak sebanyak sebelumnya, pengeluaran energi mereka meningkat dan berat badan mereka tetap turun.

Hasil serupa juga diamati pada tikus yang diberi makan beta-glukan dalam studi baru. Hewan-hewan ini juga menunjukkan peningkatan konsentrasi butirat di usus mereka, yang merupakan metabolit yang dibuat ketika mikroba memecah serat.

Butirat menginduksi pelepasan peptida-1 mirip glukagon (GLP-1), yang merupakan protein alami yang ditiru oleh obat sintetis seperti Ozempic untuk merangsang pelepasan insulin.

“Salah satu manfaat mengonsumsi serat makanan adalah melalui pelepasan GLP-1 dan peptida usus lainnya yang mengatur nafsu makan dan berat badan,” jelas Duca.

“Namun, menurut kami bukan hanya itu saja efeknya. Kami berpendapat bahwa ada manfaat lain yang dapat diberikan butirat yang tidak terkait dengan peptida usus, seperti meningkatkan kesehatan penghalang usus dan menargetkan organ perifer seperti hati.”

Diperlukan lebih banyak penelitian sebelum hasil ini dapat diterapkan pada manusia, namun temuan ini menunjukkan bahwa beberapa serat mungkin lebih cocok untuk menurunkan berat badan dan mengontrol insulin dibandingkan serat lainnya.

Studi ini dipublikasikan di Jurnal Nutrisi. (yn)

Sumber: sciencealert