Dinas Rahasia AS Sedang Menyelidiki Mengapa Ancaman Penembak Donald Trump Tidak Dikomunikasikan

“Kami masih menyisir berbagai komunikasi dan kapan komunikasi itu disampaikan,” Direktur Dinas Rahasia Amerika Serikat, Kimberly Cheatle

Jack Phillips – The Epoch Times

Direktur Dinas Rahasia Amerika Serikat, Kimberly Cheatle mengatakan kepada panel Pengawasan DPR AS pada  Senin 22 Juli bahwa Dinas Rahasia masih menyelidiki pertanyaan mengapa mengapa rapat umum kampanye Donald Trump dibiarkan terus berlanjut meskipun para peserta kerumunan  melihat Thomas Matthew Crooks berada di atap sebuah gedung.

“Kami masih menyisir komunikasi dan kapan komunikasi itu disampaikan,” kata Kimberly Cheatle mengatakan, seraya menambahkan bahwa Dinas Rahasia akan menghentikan rapat umum kampanye itu jika Dinas Rahasia mengetahui adanya ancaman nyata terhadap mantan Presiden Donald Trump pada  13 Juli.

Ia menambahkan, “Saya tidak tahu semua komunikasi” pada hari itu, dan menambahkan bahwa para pejabat “akan kembali meninjau kembali dan melihat komunikasi-komunikasi untuk mengetahui kapan informasi mengenai orang yang mencurigakan itu disampaikan kepada personel Dinas Rahasia.”

Kimberly Cheatle juga mengatakan bahwa Dinas Rahasia “akan meninjau kembali dan melihat komunikasi untuk mengetahui kapan informasi mengenai orang yang mencurigakan itu disampaikan kepada personel Dinas Rahasia.”

Selama kesaksiannya pada Senin, Kimberly Cheatle menjawab beberapa pertanyaan secara langsung, dengan mengatakan bahwa Dinas Rahasia masih menyelidiki mengapa tidak ada seorang pun agen rahasia ditempatkan di atap tempat tersangka yang berusia 20 tahun itu, Thomas Matthew Crooks, menembaki mantan Presiden Trump awal bulan ini.

Kimberly Cheatle mengatakan bahwa Dinas Rahasia “masih melihat proses terdepan dan keputusan yang diambil” untuk menjawab pertanyaan mengapa seorang agen rahasia tidak ditempatkan di atap gedung itu.

“Bangunan itu berada di luar perimeter pada hari kunjungan. Tetapi sekali lagi, itu adalah salah satu hal bahwa selama penyelidikan, kami ingin melihat dan menentukan apakah ada atau tidak keputusan-keputusan seharusnya sudah dibuat,” kata Kimberly Cheatle kepada Komite Pengawas DPR AS.

Ia menambahkan, “Saya tidak akan menjelaskan secara spesifik jumlah personel yang kami miliki di sana, tetapi kami merasa ada cukup banyak agen yang ditugaskan” untuk rapat umum kampanye Donald Trump. “Kami hanya sembilan hari setelah kejadian ini dan masih ada penyelidikan yang sedang berlangsung.”

Para saksi dan aparat penegak hukum mengatakan tersangka sempat berjalan-jalan di sekitar lokasi setidaknya setengah jam sebelum naik ke atap sebuah gedung yang berdekatan dengan lapangan Butler Farm Show, tempat Presiden Amerika Serikat ke-45 itu sedang berbicara. Ketika banyak penonton berteriak meminta polisi untuk memberi respons, pria bersenjata itu melepaskan tembakan beruntun dengan cepat.

Seorang penembak jitu dari Dinas Rahasia membalas tembakan dalam waktu sekitar 15 detik, membunuh Thomas Matthew Crooks Crooks dengan satu tembakan di kepala, kata para pejabat sebelumnya.

Sebelum penembakan itu, seorang petugas penegak hukum setempat sempat menemui tersangka setelah ia diangkat ke atap gedung itu sebelum Thomas Matthew Crooks mengarahkan senapannya ke arahnya, memaksa petugas itu mundur dan turun ke tanah, demikian kata pihak berwenang setempat.

Kimberly Cheatle Memastikan Rincian Nomor Seri Alat Pengukur Jarak

Kimberly Cheatle mengatakan kepada anggota parlemen dari Partai Republik Jamie Raskin (D-Md.) bahwa tersangka menggunakan sebuah alat pengukur jarak di rapat umum kampanye itu, mencatat bahwa perangkat tersebut tidak dilarang untuk acara publik seperti rapat umum kampanye.

Jamie Raskin, salah satu pejabat di Panitia Pengawas, juga bertanya kepada Kimberly Cheatle mengenai bagaimana tersangka diidentifikasi, dengan catatan bahwa tersangka tidak memiliki SIM atau tanda pengenal lainnya. Kimberly Cheatle memastikan bahwa satu nomor seri pada senapan gaya-AR digunakan untuk mengidentifikasi si penembak.

Saat ditanya mengenai pernyataan yang dikeluarkan juru bicara Dinas Rahasia Anthony Guglielmi terkait akhir pekan itu yang memastikan bahwa Dinas Rahasia menolak beberapa permintaan keamanan yang dibuat oleh tim kampanye Donald Trump, Kimberly Cheatle mengatakan bahwa tidak ada permintaan untuk rapat umum kampanye di Butler itu yang ditolak oleh Dinas Rahasia.

“Saya dapat memberitahu anda secara umum bahwa Dinas Rahasia bersikap bijaksana dalam mengajukan permintaannya,” kata Kimberly Cheatle.

Dalam sidang tersebut, anggota parlemen dari Partai Republik James Comer (R-Ky.) dan anggota parlemen dari Partai Republik Mike Turner (R-Ohio) keduanya menyarankan agar Kimberly Cheatle mengundurkan diri setelah upaya pembunuhan yang menargetkan mantan Presiden Donald Trump, yang melukai telinga kanannya serta menyebabkan satu orang tewas dan dua orang lainnya luka-luka.

“Saya sangat yakin, Direktur Kimberly Cheatle, bahwa anda harus mengundurkan diri. Namun, dengan sangat menentang, Direktur Kimberly Cheatle telah menyatakan bahwa ia tidak akan mengajukan pengunduran dirinya,” kata James Comer. 

“Oleh karena itu, Kimberly Cheatle akan menjawab pertanyaan hari ini dari anggota-anggota komite ini untuk memberikan kejelasan kepada rakyat Amerika mengenai bagaimana peristiwa ini dibiarkan terjadi.”

Kemudian dalam persidangan, Kimberly Cheatle mengatakan bahwa ia yakin ia adalah “orang terbaik” untuk memimpin Dinas Rahasia, menolak seruan untuk mundur. Sebelumnya, ia mengakui bahwa Dinas Rahasia mengalami “kegagalan operasional yang signifikan” selama penembakan di Butler itu.

“Kita harus mempelajari apa yang terjadi, dan saya akan melakukan segala-galanya untuk memastikan kejadian seperti tanggal 13 Juli itu tidak terjadi lagi,” kata Direktur Dinas Rahasia itu. 

“Para agen rahasia, ppetugas, dan personel pendukung kami memahami bahwa setiap hari kami diharapkan mengorbankan hidup kami untuk melaksanakan misi yang tidak akan gagal.” (Vv)