Anggota Parlemen Dari 15 Negara Menyerukan Kepada Rezim Tiongkok untuk Mengakhiri Penganiayaan terhadap Falun Gong

Tanggal 20 Juli menandai peringatan 25 tahun dimulainya penganiayaan Beijing terhadap Falun Gong

The Epoch Times

Lebih dari 130 anggota parlemen dari 15 negara menyerukan agar rezim komunis Tiongkok mengakhiri penganiayaannya terhadap Falun Gong, menurut sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat.

Dalam sebuah pernyataan bersama, para anggota parlemen mengatakan mereka “mengecam keras penganiayaan hak asasi manusia terhadap para praktisi Falun Gong selama 25 tahun di Tiongkok.” Mereka mendesak rezim Tiongkok untuk “segera menghentikan” penganiayaan yang telah berlangsung selama 25 tahun itu dan “membebaskan tanpa syarat semua praktisi Falun Gong yang ditahan dan tahanan hati nurani lainnya.”

Pernyataan tersebut diorganisir oleh Friends of Falun Gong, yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 2000. Alan Adler, direktur eksekutif organisasi nirlaba tersebut, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Friends of Falun Gong memang “mensponsori kampanye ini untuk membantu memperkuat suara mereka yang ingin mengakhiri penganiayaan yang tidak adil ini.”

“Dengan semua tanda tangan ini, kami menunjukkan bahwa sementara Partai Komunis Tiongkok mungkin berupaya melakukan kejahatan itu secara sembunyi-sembunyi, kebenaran telah terungkap,” kata Alan Adler. 

“Para anggota terkemuka dari komunitas internasional ikut mengutuk kejahatan terhadap kemanusiaan ini, dan kita bersama-sama akan mengembalikan kebebasan dan keadilan kepada sekelompok orang berkeyakinan yang dirugikan secara tidak sah.”

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual yang terdiri dari ajaran moral berdasarkan prinsip Sejati, Baik, Sabar, dan latihan-latihan meditasi dengan gerakan yang lambat. Falun Gong diperkenalkan kepada masyarakat umum di Tiongkok pada tahun 1992 dan menjadi sangat populer, dengan perkiraan 70 juta hingga 100 juta orang melakukan praktik ini pada akhir dekade ini, menurut perkiraan resmi pada saat itu.

Partai Komunis Tiongkok memandang popularitas Falun Gong sebagai ancaman terhadap aturan otoriternya dan meluncurkan kampanye untuk memberantas Falun Gong pada 20 Juli 1999. Sejak itu, jutaan orang ditahan di dalam penjara, kamp kerja paksa, dan fasilitas lainnya, dan ratusan ribu orang disiksa saat dipenjara dan jumlah korban tewas yang tak terhitung jumlahnya, menurut Pusat Informasi Falun Dafa.

Banyak praktisi Falun Gong meninggal akibat pengambilan organ secara paksa yang direstui negara Tiongkok. Pada tahun 2019, China Tribunal, sebuah pengadilan rakyat independen di London, menyimpulkan bahwa rezim Tiongkok telah mengambil paksa organ dari para tahanan hati nurani selama bertahun-tahun “dalam skala besar,” di mana praktisi-praktisi Falun Gong sebagai sumber utama organ-organ tersebut.

Pernyataan bersama tersebut mengutip sebuah resolusi yang disahkan oleh Parlemen Eropa pada Januari. Resolusi itu menyerukan penyelidikan internasional terhadap kampanye penindasan yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong.

Tuntutan Internasional

Untuk menandai peringatan 25 tahun penganiayaan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok terhadap Falun Gong, para praktisi Falun Gong mengadakan rapat umum dan parade di kota-kota di seluruh dunia bulan ini, termasuk di Toronto dan Vancouver, Kanada; Taipei, Taiwan; Sydney dan Melbourne, Australia; Osaka, Jepang; Seoul, Korea Selatan; di wilayah Indonesia digelar di Jakarta, Surabaya, Bali dan Batam, di Inggris digelar di London sedangkan di Amerika Serikat digelar di San Fransisco; Los Angeles; Kota New York; dan Washington.

Pada rapat umum di Sydney pada 18 Juli, Senator federal untuk New South Wales David Shoebridge mengatakan adalah saatnya untuk merenungkan apakah pemerintah Australia telah berbuat cukup banyak untuk memperkuat undang-undangnya “untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang berasal dari Tiongkok atau rezim lain mana pun dan terlibat dalam pengambilan organ secara tidak etis.”

Anggota parlemen dari Partai Libertarian di negara bagian Victoria, David Limbrick, menyebut peringatan 25 tahun tersebut sebagai “hari inspirasi” dalam sebuah pernyataan.

“Partai Libertarian percaya bahwa pemerintah-pemerintah di mana pun harus melakukan lebih banyak upaya untuk mengakui sejarah penindasan ini serta menjaga kebebasan dan keyakinan [untuk para praktisi Falun Gong],” katanya.

Anggota Majelis Tinggi Jepang Hiroshi Yamada menyebut penganiayaan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok itu adalah “biadab dan tidak manusiawi” dalam sebuah pernyataan. Ia mengatakan bahwa Tokyo harus “mengajukan protes keras” kepada Beijing atas penganiayaan tersebut.

Anggota Dewan Kota Taipei di Taiwan, Hung Chien-yi meminta Partai Komunis Tiongkok untuk mengakhiri praktik pengambilan organ secara paksa saat rapat umum di Taipei pada 20 Juni, dengan mengatakan bahwa “hak asasi manusia adalah nilai-nilai universal.”

Anggota parlemen Konservatif Kanada Michael Cooper membagikan foto-foto dirinya yang berpartisipasi dalam rapat umum Falun Gong di Edmonton di platform media sosial X.

“Terlepas dari kebrutalan Partai Komunis Tiongkok, [praktisi-praktisi] Falun Gong telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Kanada harus bergabung dengan sekutu-sekutunya untuk meminta pertanggungjawaban Partai Komunis Tiongkok atas kejahatan genosida yang dilakukannya,” tulisnya.

Anggota House of Lords Inggris Baroness Cox mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Tidak boleh ada pemerintah yang membunuh warganegaranya hanya karena keyakinannya. Hal ini tidak dapat diterima di dunia saat ini.”

Engin Eroglu, seorang anggota Parlemen Eropa, menyampaikan di X bahwa peringatan 25 tahun tersebut harus menjadi pengingat bagi “semua orang di Tiongkok yang tidak diberi kebebasan beragama.”

Di Amerika Serikat, anggota parlemen bipartisan dari Komite Pemilihan DPR mengenai Partai Komunis Tiongkok menyerukan dukungan untuk para praktisi Falun Gong.

“Saya akan selalu membela kebebasan beragama dan hak asasi manusia melawan rezim-rezim yang menindas seperti Partai Komunis Tiongkok,” tulis anggota parlemen dari Partai Republik Michelle Steel (R-Calif.) dalam sebuah posting di X.

“Sebagai rakyat Amerika, komitmen kami terhadap kebebasan beragama dan hak asasi manusia di Republik Rakyat Tiongkok dan seluruh dunia adalah tidak tergoyahkan,” kata anggota parlemen dari Partai Republik Raja Krishnamoorthi (D-Ill.), anggota pemeringkat komite tersebut, dan anggota parlemen dari Partai Republik Haley Stevens (D-Mich.) mengatakan dalam pernyataan bersama.

“Kita harus terus-menerus mengecam dengan tegas perlakuan Partai Komunis Tiongkok terhadap para praktisi Falun Gong sambil membela komunitas Falun Gong dan semua orang lainnya yang menghadapi penganiayaan agama di Republik Rakyat Tiongkok.” (Vv)