oleh Zhao Fenghua dan Rong Yu dari New Tang Dynasty Television.
Rusia melancarkan serangan drone terbesar ke Ukraina dalam tujuh bulan terakhir pada Rabu 31 Juli 2024. Pada hari yang sama, gelombang pertama jet tempur F-16 yang disediakan oleh NATO tiba di Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa lebih banyak senjata dibutuhkan untuk melindungi wilayah udara Ukraina.
Gelombang pertama jet tempur F-16 dari negara-negara anggota NATO secara resmi tiba di Ukraina pada Rabu. Langkah ini sangat dinanti-nantikan oleh Ukraina dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi serangan Rusia.
Sebelumnya, gelombang pertama jet tempur F-16 dari Amerika Serikat sudah tiba di Ukraina pada 10 Juli, yang dikirim melalui Denmark dan Belanda.
Angkatan Udara Ukraina menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pada 31 Juli malam, mereka berhasil menembak jatuh sebanyak 89 drone Shahed Iran yang diluncurkan oleh Rusia. Ini merupakan serangan drone Rusia terbesar terhadap Ukraina dalam tujuh bulan terakhir.
Video dari Angkatan Udara Ukraina menunjukkan sebuah drone, yang dilaporkan buatan Iran, meledak setelah berhasil dicegat.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Rabu mengatakan bahwa lebih banyak sistem pertahanan udara dan senjata dengan jangkauan yang memadai diperlukan untuk melawan serangan udara jarak jauh Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: “Sangat penting untuk membangun kemampuan dalam melindungi langit Ukraina. Kami sedang melakukan segala yang kami bisa untuk mencapainya. Jika kami dapat mencapai hasil yang signifikan dalam menangkis drone Shahed, maka ini membuktikan bahwa kami dapat menjadi lebih kuat dalam menangkis rudal dan pesawat militer Rusia. Ini tergantung pada senjata yang dimiliki oleh para pejuang kami.”
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada Rabu bahwa mereka telah memulai latihan penempatan senjata nuklir taktis tahap ketiga.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa latihan ini merupakan respons terhadap “pernyataan provokatif dan ancaman dari beberapa pejabat Barat”. Latihan senjata nuklir taktis ini mencakup bom udara, hulu ledak rudal jarak pendek dan amunisi artileri untuk digunakan di medan perang.
Rusia menggelar latihan senjata nuklir taktis tahap pertama pada Mei tahun ini, dan sekutunya, Belarus ikut berpartisipasi dalam latihan tahap kedua pada Juni. (Hui)