Pada Kamis (1 Agustus), persemayaman jenazah pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh, digelar di Teheran. Iran mengumpulkan para sekutunya untuk rapat dan bersumpah membalas dendam, sementara militer Israel dalam kondisi siaga tinggi dan bersiap menghadapi segala kemungkinan perang. Jenazahnya kemudian diterbangkan ke Qatar untuk pemakaman
oleh Zhao Fenghua dan Yu Wei dari New Tang Dynasty Television
Pada 1 Agustus, pemerintah Iran menyelenggarakan prosesi persemayaman pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. Setelah itu, pejabat tinggi Iran mengadakan pertemuan dengan proksinya seperti Hamas, Jihad Islam, pemberontak Houthi dari Yaman, dan Hizbullah dari Lebanon untuk membahas cara membalas dendam terhadap pihak yang mereka anggap sebagai pelaku pembunuhan—Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Kamis menyatakan bahwa militer Israel sudah berada dalam keadaan siaga tinggi.
“Israel selalu siap menghadapi situasi apapun, baik secara defensif maupun ofensif. Kami akan memberikan harga yang sangat mahal kepada setiap agresi yang datang dari arah manapun,” katanya.
Selain itu, pada Kamis, militer Israel mengonfirmasi bahwa komandan militer Hamas, Mohammed Deif, telah tewas dalam serangan udara di Gaza pada 13 Juli.
“Hari ini, kami dapat memastikan bahwa kepala staf Hamas, Deif telah dieliminasi. Deif bertanggung jawab atas pembantaian teror pada 7 Oktober tahun lalu dan banyak serangan pembunuhan terhadap warga Israel,” katanya.
Pada hari yang sama, Wakil Duta Besar Israel untuk PBB, Jonathan Miller, berbicara di Sidang Umum PBB yang diadakan atas permintaan Iran dan menekankan hak Israel untuk mempertahankan diri.
Jonathan Miller, Wakil Duta Besar Israel untuk PBB berkata: “Iran menggunakan proxy-nya, Hamas, Houthi, dan Hizbullah untuk menyerang Israel dan warga kami dari berbagai arah.”
Miller menyatakan bahwa pekan lalu, Hizbullah yang didukung Iran melancarkan serangan roket ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, mengakibatkan kematian 12 anak-anak dan remaja di sebuah lapangan sepak bola.
“Kami akan membela diri dan dengan kekuatan besar melawan siapa pun yang menyakiti kami.Kami akan terus mengambil tindakan untuk melindungi seluruh rakyat Israel,” katanya.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, pada Kamis menyatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah siap untuk menghadapi serangan.
“Pada Selasa malam (30 Juli), kami melakukan serangan di Lebanon dan berhasil mengeliminasi komandan Hizbullah, Fouad Shukr, melalui serangan udara yang tepat. Saya tegaskan bahwa tidak ada serangan udara lain yang dilakukan,” katanya.
Saat ditanya tentang peran Israel dalam kematian Ismail Haniyeh, Hagari mengatakan bahwa setelah serangan udara di Beirut, tidak ada serangan tambahan yang dilakukan oleh Israel di wilayah Timur Tengah pada malam itu.
Sejauh ini, Israel belum memberikan komentar publik mengenai kematian Haniyeh. (Hui)