Konflik Israel-Hizbullah Memanas, AS dan Inggris Imbau Warganya Segera Tinggalkan Lebanon

NTD

Dikhawatirkan akan pecahnya perang skala besar antara Israel dan Hizbullah serta meluasnya konflik di Timur Tengah, Kedutaan Besar Amerika SerikatĀ  di Lebanon pada Jumat (3/8/2024) menyerukan kepada warga negara AS di sana untuk meninggalkan negara itu “jika mereka bisa mendapatkan tiket pesawat.” Pemerintah Inggris juga meminta warga negara Inggris agar segera meninggalkan negara tersebut.

Menurut laporan dari Central News Agency (CNA) Taiwan, Kedutaan Besar Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa meskipun beberapa rute penerbangan dihentikan dan sejumlah penerbangan dibatalkan, “opsi transportasi komersial untuk meninggalkan Lebanon masih tersedia.”

Kedubes AS menyatakan : “Kami mendorong siapa pun yang ingin meninggalkan Lebanon untuk memesan tiket apa pun yang dapat mereka temukan, bahkan jika penerbangan tersebut tidak berangkat segera atau bukan rute pilihan mereka.”

Pada 31 Juli 2024, Amerika Serikat telah menaikkan peringatan perjalanan ke Lebanon ke tingkat tertinggi “Jangan Bepergian”.

Pada 4 Agustus 2024, pasukan Israel dan militan Hizbullah dari Lebanon terus terlibat dalam bentrokan di perbatasan. Roket yang diluncurkan dari Lebanon selatan di atas wilayah Galilea utara di Israel berhasil diintersep oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel. (JALAA MAREY/AFP via Getty Images)

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Inggris juga menyatakan bahwa “selama masih ada opsi komersial yang tersedia,” warga negara Inggris harus segera meninggalkan negara Timur Tengah ini.

Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengatakan, “Ketegangan meningkat, dan situasinya dapat memburuk dengan cepat. Meskipun kami bekerja siang dan malam untuk memperkuat layanan konsuler kami di Lebanon, pesan saya kepada warga negara Inggris di sana sangat jelas: tinggalkan Lebanon segera.”

Kementerian Luar Negeri Inggris juga menyatakan bahwa mereka sedang meningkatkan dukungan kepada warga negara Inggris di Lebanon dengan mengerahkan “pasukan perbatasan, pejabat konsuler, dan personel militer” di wilayah tersebut.

Pernyataan tersebut juga menyebutkan, “Kapal pendarat RFA Cardigan Bay dan kapal perusak HMS Duncan saat ini berada di Mediterania timur, memberikan dukungan bagi sekutu yang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan Angkatan Udara Inggris telah menyiapkan helikopter transportasi untuk keadaan darurat.”

“Dikarenakan eskalasi insiden yang dapat terjadi tanpa peringatan sebelumnya, termasuk kemungkinan jalan keluar dari Lebanon yang mungkin terpengaruh, dibatasi, atau ditutup, pihak berwenang akan terus menghimbau warga negara Inggris untuk meninggalkan Lebanon selama masih ada opsi komersial yang tersedia.”

Foto diambil pada 5 November 2019, memperlihatkan kapal pendarat Inggris, RFA Cardigan Bay, berlayar di perairan Teluk dekat Bahrain selama latihan maritim internasional (IMX). (KARIM SAHIB/AFP via Getty Images)

Sementara itu,  Air France dan maskapai penerbangan berbiaya rendah Transavia France akan menangguhkan penerbangan ke Beirut setidaknya hingga 6 Agustus.

Juru bicara Grup Air France-KLM menyatakan pada Jumat (3 Agustus), “Keputusan  melanjutkan layanan penerbangan akan bergantung pada hasil evaluasi ulang situasi di lapangan.” Dia menambahkan bahwa penumpang yang telah memesan tiket dapat mengubah jadwal penerbangan mereka tanpa biaya tambahan, sementara penerbangan menuju Tel Aviv akan beroperasi seperti biasa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Prancis, Stephane Sejourne dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, telah melakukan diskusi via telepon mengenai situasi yang semakin tegang di Timur Tengah, “Mereka sepakat  menyerukan kepada semua pihak agar menahan diri semaksimal mungkin guna mencegah terjadinya konflik regional yang dapat membawa dampak destruktif bagi negara-negara di wilayah tersebut.”

Juru bicara tersebut menambahkan bahwa kedua pihak juga akan terus bekerja sama  mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan di Gaza.

Pada 3 Agustus 2024, pasukan Israel dan militan Hizbullah dari Lebanon terus terlibat dalam bentrokan di perbatasan. Suasana langit di perbatasan Israel-Lebanon terlihat terang oleh sinar suar yang ditembakkan pasukan Israel. (JALAA MAREY/AFP via Getty Images)

Pada  30 Juli 2024, setelah serangan presisi oleh Israel terhadap kelompok Hizbullah dan Hamas, ketegangan di Timur Tengah meningkat. Beberapa maskapai penerbangan telah membatalkan penerbangan ke Israel. Israel berada dalam siaga tinggi karena kemungkinan serangan balasan dari Iran, dan pihak berwenang menyarankan warga negara Israel di luar negeri untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan pribadi mereka.

Pada  28 Juli, roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel yang menyebabkan tewasnya 12 anak-anak di Dataran Tinggi Golan, wilayah yang dikuasai Israel. Pihak Israel berjanji  membalas serangan tersebut dan menuding Hizbullah sebagai pelaku, meskipun Hizbullah membantah keterlibatannya. Menteri Luar Negeri Israel menyatakan bahwa “perang penuh” dengan Lebanon dan Hizbullah mungkin tidak dapat dihindari.

Pada 3 Agustus 2024, di kota Umm al-Fahem, Israel utara, polisi Israel membubarkan warga Arab-Israel dan aktivis sayap kiri yang menggelar aksi protes menentang perang Gaza dan eskalasi hubungan dengan Lebanon dan Iran. (OREN ZIV/AFP via Getty Images)