Sejumlah Negara Mendesak Warganya Meninggalkan Lebanon Sesegera Mungkin di Tengah Kekhawatiran Meningkatnya Perang

oleh Li Qingyi, New Tang Dynasty Television

Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, pada  Minggu (4 Agustus), berbagai negara mendesak warganya di Lebanon agar segera meninggalkan negara tersebut. Beberapa maskapai penerbangan telah menangguhkan penerbangan keberangkatan serta kedatangan  Beirut, ibu kota Lebanon.

Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di Teheran, Iran, padai Rabu 31 Juli 2024. Beberapa jam sebelum kejadian tersebut, Israel melakukan serangan udara ke Beirut, menewaskan komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr.

Setelah serangan, Iran berikrar akan melakukan pembalasan “keras” terhadap Israel.  Pada  Jumat melalui televisi nasional memperingatkan bahwa “dunia akan menyaksikan pemandangan yang luar biasa.” Pada Minggu, Hizbullah yang didukung Iran menembakkan puluhan roket ke Israel utara, tetapi berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel.

Dikkhawatirkan atas meningkatnya konflik militer antara Iran dan sekutunya dengan Israel, pada Minggu, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Prancis, Italia, Kanada, dan negara lainnya mendesak warganya agar segera meninggalkan Lebanon.

Inggris menyatakan akan mengirim personel militer, staf konsuler, dan petugas perbatasan untuk membantu evakuasi. Dua kapal perang Inggris telah tiba di Lebanon dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris juga mengirimkan helikopter transportasi dalam keadaan siaga. Swedia juga mengumumkan penutupan kedutaan besarnya di Beirut.

Maskapai penerbangan kini menghindari wilayah udara Iran dan Lebanon. Di Bandara Komersial Beirut, semakin banyak penerbangan yang dibatalkan atau ditangguhkan.

Departemen Pertahanan Amerika Serikat menyatakan sedang mengerahkan lebih banyak kapal perang dan pesawat tempur ke kawasan tersebut untuk membantu melindungi Israel dari serangan yang mungkin dilakukan oleh Iran dan sekutunya. (Hui)