Iran Ancam Balas Israel, AS dan Sekutunya Siap Menghadapi

Epoch Times

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan dalam rapat kabinet bahwa Israel telah memulai “perang multi-lini” melawan Iran dan para sekutunya, sementara Amerika Serikat dan sekutunya sedang mempersiapkan diri untuk melindungi Israel dari serangan balasan guna mencegah konflik regional yang lebih serius.

Israel dan Hamas telah berperang di Jalur Gaza selama hampir 10 bulan. Pekan lalu, seorang komandan senior Hizbullah dan seorang pemimpin Hamas terbunuh di Lebanon dan Iran, yang meningkatkan ketegangan secara drastis. Iran dan sekutunya menuduh Israel sebagai pelaku serangan tersebut dan mengancam akan membalas. Hamas menyatakan telah mulai membahas pemilihan pemimpin baru.

Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden AS Joe Biden akan mengumpulkan tim keamanan nasionalnya di Situation Room pada Senin (5 Agustus) untuk membahas perkembangan di Timur Tengah, dan dia juga akan berbicara dengan Raja Abdullah dari Yordania

Axios mengutip tiga sumber yang menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam pertemuan Menteri Luar Negeri G7 pada  Minggu mengatakan bahwa Iran dan Hizbullah mungkin akan menyerang Israel dalam 24 hingga 48 jam ke depan. Ini berarti, Iran bisa saja menyerang Israel secepatnya dalam waktu dekat.

Pada  Minggu, Netanyahu menyatakan dalam rapat bahwa Israel telah siap untuk segala kemungkinan. Sebagai bagian dari upaya diplomatik, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengunjungi Iran dan mengatakan, “Kami berharap situasi tidak semakin memburuk.”

Pada  Jumat pekan lalu, Pentagon mengumumkan akan mengerahkan kelompok serangan kapal induk USS Abraham Lincoln, serta lebih banyak pesawat tempur dan kapal perang ke Timur Tengah.

Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jonathan Finer mengatakan dalam program “Face the Nation” di CBS, “Tujuan utama adalah menurunkan suhu di wilayah ini, menghalangi dan membela dari serangan-serangan ini, dan menghindari konflik regional.”

Finer menambahkan bahwa Amerika Serikat dan Israel sedang mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan. Associated Press melaporkan bahwa beberapa warga Israel telah mempersiapkan bunker perlindungan dan khawatir Iran mungkin melancarkan serangan udara seperti pada bulan April lalu.

Pada Apri 2024 lalu, serangan yang diduga dilakukan oleh Israel menyebabkan kematian beberapa orang, termasuk dua jenderal Iran, di kompleks Kedutaan Besar Iran di Suriah. Setelah itu, Iran secara tidak terduga melancarkan serangan militer langsung terhadap Israel. Saat itu, Israel menyatakan bahwa hampir semua drone, rudal balistik, dan rudal jelajah yang diluncurkan oleh Iran berhasil dicegat.

Organisasi penyelamat nasional Israel Magen David Adom melaporkan bahwa pada Minggu, sebuah serangan dengan pisau terjadi di dekat Tel Aviv, menewaskan seorang wanita berusia tujuh puluhan dan seorang pria berusia delapan puluhan, serta melukai dua orang lainnya. Polisi menyatakan bahwa pelaku serangan adalah seorang militan Palestina yang telah “ditangkap”.

Di Gaza, Kementerian Kesehatan yang dikuasai Hamas menyatakan bahwa serangan Israel terhadap dua sekolah di Kota Gaza menyebabkan setidaknya 25 orang tewas dan 19 orang terluka. Militer Israel mengatakan mereka menyerang pusat komando Hamas. Namun, Israel sering menuduh Hamas bersembunyi di daerah sipil.

Sebelumnya, serangan Israel lainnya menyebabkan setidaknya 18 orang tewas. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa salah satu serangan mengenai kamp tenda di halaman rumah sakit. Namun, militer Israel mengatakan serangan tersebut menargetkan seorang militan Palestina dan menyebabkan ledakan kedua, “menunjukkan adanya senjata di daerah tersebut.”

Militer Israel menyatakan bahwa militan Palestina di Gaza menembakkan setidaknya lima roket ke komunitas Israel di dekat perbatasan, tetapi tidak menyebabkan korban jiwa atau kerusakan.

Militer kemudian menginformasikan penduduk di beberapa bagian Kota Khan Younis di selatan Gaza untuk mengungsi.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa serangan Israel telah menyebabkan setidaknya 39.580 orang Palestina tewas, namun kementerian tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang.

Sejak perang di Gaza dimulai, Hizbullah dan Israel terus terlibat baku tembak di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon, dengan intensitas yang meningkat setiap harinya. Hizbullah menyatakan bahwa ini dilakukan untuk mengurangi tekanan terhadap Hamas. Setelah seorang komandan senior Hizbullah dibunuh pekan lalu, semakin banyak negara, termasuk Amerika Serikat, yang mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon. (Jhon)