Rio Tinto Mendukung Perusahaan Rintisan yang Mengembangkan Teknologi Litium untuk Mengurangi Ketergantungan pada Tiongkok

Epoch Times

Tekanan ekonomi dari Tiongkok memaksa negara-negara Barat mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dalam hal sumber daya penting, yang juga membuka peluang bagi perusahaan asing. Perusahaan rintisan Australia, ElectraLith, yang didanai oleh grup multinasional Rio Tinto, sedang mengumpulkan dana untuk mencapai terobosan dalam teknologi ekstraksi litium, sehingga dapat mengurangi ketergantungan global pada pengolahan litium oleh Tiongkok.

Saat ini, Tiongkok memimpin dalam bidang pengolahan litium. Menurut perusahaan intelijen energi yang berbasis di Norwegia, Rystad Energy, hingga tahun 2021, perusahaan milik negara Tiongkok menguasai 65% kapasitas pengolahan dan pemurnian litium dunia.

 Menurut laporan Financial Times pada 5 Agustus, ElectraLith telah berhasil memproduksi litium hidroksida kelas baterai dari berbagai jenis bahan baku litium. Setelah menarik investasi dari Rio Tinto dan IP Group dari Inggris, ElectraLith berencana mengumpulkan $15 juta untuk membangun fasilitas pertamanya guna lebih mengembangkan dan mengkomersialkan teknologi ini. ElectraLith adalah salah satu dari sedikit perusahaan yang mengembangkan teknologi “ekstraksi langsung litium” (DLE).

Litium adalah komponen penting untuk baterai mobil listrik dan penyimpanan energi terbarukan, produk penting untuk transisi energi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam sebuah laporan tahun lalu, analis dari Goldman Sachs, Hugo Nicolaci, menyatakan bahwa sebagian besar pasokan litium dunia saat ini diproduksi di Australia dan diolah di Tiongkok, tetapi dengan munculnya teknologi baru seperti DLE, keadaan ini mungkin berubah dalam dekade mendatang.

Menurut artikel yang diterbitkan oleh Goldman Sachs Research pada Juni 2023, dampak revolusioner teknologi DLE terhadap ekstraksi litium dapat dibandingkan dengan dampak teknologi serpih terhadap industri minyak. Teknologi DLE akan secara signifikan meningkatkan pasokan litium, hampir menggandakan produksinya, dan meningkatkan keuntungan proyek melalui proses yang lebih berkelanjutan dengan dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan penambangan tradisional.

Berbeda dengan pesaingnya, ElectraLith juga mengklaim dapat mengekstraksi litium melalui proses yang disebut DLE-R. Menurut situs web perusahaan, teknologi DLE-R canggih membawa perubahan revolusioner dalam proses ekstraksi langsung dan pemurnian litium, hanya memerlukan satu langkah modular yang dapat diskalakan untuk mengekstraksi dan menghasilkan litium hidroksida kelas baterai. Langkah ini tidak memerlukan air atau bahan kimia dan sepenuhnya beroperasi dengan energi terbarukan.

Financial Times mengutip pernyataan CEO ElectraLith, Charlie McGill, yang mengatakan bahwa kemampuan untuk mengolah litium menjadi hidroksida dapat memberikan manfaat besar bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia, yang telah mulai merumuskan kebijakan mineral kritis guna mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. “Outsourcing proses pemurnian dapat berdampak besar pada AS. Kami bisa langsung menyediakan air asin (yang mengandung litium) kepada Tesla dan pemerintah AS tanpa perlu keterlibatan Tiongkok,” kata McGill.

 Laporan tersebut juga mengutip pernyataan Direktur Pelaksana IP Group Australia, Mike Molinari, yang mengatakan bahwa mengurangi biaya, meningkatkan produksi, dan mengatasi geopolitik telah menjadi faktor penentu dalam industri mineral kritis. Teknologi yang dapat membantu mengatasi masalah-masalah ini sangat mungkin berhasil, terutama di pasar litium. “Sebagian besar kapasitas ada di Tiongkok, dan ini telah menjadi masalah,” katanya.

Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, Amerika Serikat dan sekutunya telah berupaya mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dalam hal mineral kritis. Ini juga meningkatkan persaingan di antara perusahaan Barat. Perusahaan Baterai Internasional (IBAT) pada 11 Juli menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan teknologi penyaringan litium baru, yaitu teknologi DLE. Terobosan ini mungkin membantu menyediakan pasokan logam baterai mobil listrik yang lebih murah dan lebih cepat.

IBAT menyatakan bahwa mereka telah mulai menerapkan teknologi DLE mereka di tambang litium yang dimiliki oleh US Magnesium di Utah, AS, dengan tujuan meningkatkan produksi tahunan hingga mendekati 5.000 ton. IBAT menganggap ini sebagai awal dari komersialisasi produksi DLE. Perusahaan ini telah bersaing dengan Rio Tinto dan Standard Lithium dalam usaha menjadi yang pertama mengkomersialkan produksi DLE. (jhon)