WHO Pertimbangkan Wabah Virus Mpox Jadi Darurat Kesehatan Global

Mpox, yang juga dikenal sebagai cacar monyet, telah memasuki tingkat mewabah di beberapa negara Afrika, para pejabat memperingatkan

The Epoch Times

Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut sedang mempertimbangkan untuk mengumumkan keadaan darurat kesehatan Global terhadap virus Mpox, juga dikenal sebagai cacar monyet yang mana kini tengah merebak di Afrika.

“Namun diperlukan lebih banyak dana dan dukungan untuk respon yang komprehensif,” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di platform media sosial X pada Minggu, (4/8/2024).  

“Saya sedang mempertimbangkan untuk membentuk komite darurat Peraturan Kesehatan Internasional untuk memberi saran kepada saya apakah wabah Mpox harus dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.”

Pada Selasa, belum jelas kapan WHO akan mengumumkan keadaan darurat atau mengeluarkan peringatan tentang virus tersebut.

Sebuah pernyataan dari Tedros yang diterbitkan oleh jurnal Science menambahkan bahwa “virus ini dapat dan harus diatasi dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang intensif termasuk pengawasan, pelibatan masyarakat, pengobatan, dan penyebaran vaksin yang ditargetkan untuk mereka yang berisiko lebih tinggi terkena infeksi.”

“Peningkatan lebih lanjut dari respons wabah Mpox yang sedang berlangsung di negara-negara yang terkena dampak sangat dibutuhkan di tengah meluasnya wabah ini,” kata pernyataannya, seraya menyerukan “lebih banyak dana untuk respons komprehensif” yang mencakup diagnosa, terapi, dan vaksin.

Keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional adalah sebutan terkuat untuk sebuah wabah. Khususnya, deklarasi semacam itu terhadap virus COVID-19 selama awal pandemi pada  2020.

Kemudian, WHO membuat penetapan untuk wabah virus Mpox yang berlangsung dari tahun 2022 hingga 2023, sementara pemerintahan Presiden Joe Biden menyatakan keadaan darurat atas virus tersebut. Selama wabah tersebut, yang berdampak pada Eropa dan Amerika Serikat, para pejabat mengatakan bahwa virus Mpox terutama menyebar melalui kontak seksual antar pria.

Pengumuman terbaru ini disampaikan ketika Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC) mengatakan dalam sebuah laporan pekan lalu bahwa Mpox kini telah terdeteksi di 10 negara Afrika tahun ini, termasuk Kongo, yang memiliki lebih dari 96 persen kasus dan kematian.

Para pejabat mengatakan hampir 70 persen kasus di Kongo menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun, yang juga menyebabkan 85 persen kematian.

Diperkirakan ada 14.250 kasus sepanjang tahun ini, hampir sama banyaknya dengan tahun lalu, kata CDC Afrika. Dibandingkan dengan tujuh bulan pertama tahun 2023, CDC Afrika mengatakan kasusnya melonjak 160 persen dan kematian meningkat 19 persen, menjadi 456 kasus.

Burundi dan Rwanda keduanya melaporkan virus tersebut untuk pertama kalinya minggu ini, sementara wabah baru baru-baru ini dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Kenya.

“Kami sangat prihatin dengan kasus cacar monyet yang melanda (wilayah ibu kota),” kata Menteri Kesehatan Republik Afrika Tengah, Pierre Somse, pada hari Senin.

Dua kasus telah dikonfirmasi di Uganda, menurut pemberitahuan 4 Agustus yang diterbitkan oleh International Society for Infectious Diseases (ISID), mengutip kementerian kesehatan negara itu.

“Kedua orang tersebut menunjukkan gejala-gejala seperti ruam kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa tidak enak badan, yang konsisten dengan cacar air,” kata Kementerian Kesehatan Uganda.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Kenya baru-baru ini mengatakan bahwa mereka menemukan mpox pada seorang penumpang yang melakukan perjalanan dari Uganda ke Rwanda di sebuah penyeberangan perbatasan di Kenya selatan. Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut mengatakan bahwa satu kasus mpox sudah cukup untuk menetapkan status KLB.

Selama akhir pekan, pejabat kesehatan di Afrika Selatan mengumumkan bahwa negara tersebut kini mengalami 22 kasus mpox, termasuk tiga kasus kematian.

“Kegiatan traking kontak dan pemantauan sedang berlangsung di komunitas yang terkena dampak di kedua provinsi, dan Departemen mendesak semua kontak yang teridentifikasi untuk bekerja sama dengan petugas kesehatan selama penelusuran kontak untuk skrining dan kemungkinan diagnosis untuk mencegah penularan lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah dan diobati ini,” Departemen Kesehatan Afrika Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan, yang diterbitkan pada 4 Agustus.

Adapun tanda dan gejala mpox, menurut situs web CDC Amerika Serikat, meliputi ruam yang mungkin terletak di kaki, tangan, wajah, dada, dan mulut, atau di dekat alat kelamin. Ruam dapat membentuk keropeng dan awalnya terlihat seperti lecet atau jerawat, yang mungkin terasa gatal atau nyeri.

Gejala lainnya termasuk demam, pembengkakan kelenjar getah bening, menggigil, nyeri, kelelahan, dan gejala pernapasan seperti batuk, hidung tersumbat, atau sakit tenggorokan, menurut badan kesehatan. (asr)

Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.