Terungkap Rencana Baru PKT Menggencarkan Kampanye Penindasan Terhadap Falun Gong di Luar Negeri Mulai Memanipulasi Pemerintah, Media Hingga Influencer

The Epoch Times

Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang mengintensifkan kampanye penindasan transnasionalnya terhadap Falun Gong, terutama di Amerika Serikat, menurut tiga orang whistleblowers yang memiliki akses ke informasi internal rezim tersebut.

Strategi baru Beijing melibatkan manipulasi influencer media sosial dan media Barat untuk menyebarkan misinformasi dan tuduhan palsu, dengan tujuan menyebarkan pertikaian publik serta memicu respon penegakan hukum AS terhadap para praktisi disiplin spiritual tersebut, yang mana telah dianiaya secara brutal oleh PKT selama beberapa dekade.

Sementara para pembangkang Tiongkok di Amerika Serikat telah lama menjadi sasaran PKT, kampanye terbaru tampaknya belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala dan kecanggihannya, bahkan “tren ke wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya,” menurut laporan 7 Agustus oleh Falun Dafa Information Center  (FDIC), sebuah lembaga nirlaba yang mendokumentasikan penganiayaan PKT.

“Rezim Tiongkok telah membuat keputusan strategis dengan meningkatkan penganiayaan terhadap Falun Gong di seluruh dunia, memperluas propaganda, disinformasi, dan kegiatan penindasan transnasionalnya untuk menargetkan Falun Gong secara lebih agresif di luar Tiongkok, dan terutama di Amerika Serikat,” tulis laporan tersebut.

“Ini tampaknya merupakan tujuan akhir PKT untuk akhirnya membinasakan Falun Gong,” lanjut isi laporan. 

Para agen PKT diperintahkan untuk memberikan informasi “berbahaya” dan “negatif” tentang Falun Gong kepada outlet media AS serta influencer media sosial, menurut para whistleblower. 

Praktisi Falun Gong mengambil bagian dalam acara mengheningkan cipta untuk mengenang para praktisi Falun Gong yang meninggal dunia selama 25 tahun penganiayaan yang sedang berlangsung oleh Partai Komunis Tiongkok di Tiongkok, di National Mall di Washington pada 11 Juli 2024. (Madalina Vasiliu / The Epoch Times)

Landasan dari kampanye ini adalah untuk membuat jenis tuduhan yang kemungkinan besar akan memicu penyelidikan oleh pemerintah AS, menurut informasi yang diberikan oleh para whistleblowers.

Upaya sebelumnya berakhir dengan dua orang pria Tiongkok yang mengaku bersalah atas penyuapan dan bertindak sebagai agen ilegal Tiongkok. Keduanya menjalankan sebuah komplotan di mana mereka menawarkan 50.000 dolar AS kepada seseorang yang mereka yakini sebagai pejabat IRS, Dinas Pajak AS, sebagai imbalan untuk membuka audit terhadap sebuah organisasi yang berbasis di New York yang dijalankan oleh para praktisi Falun Gong. Pejabat tersebut sebenarnya adalah agen FBI yang menyamar.

Menurut catatan para whistleblower dari pertemuan  Juni yang diadakan oleh Kementerian Keamanan Publik Tiongkok di tingkat provinsi, rezim tersebut berusaha  “memobilisasi agen-agen rahasia untuk menciptakan dan meningkatkan konflik internal Falun Gong, untuk memperluas tanpa henti kekuatan, kedalaman, dan jangkauan [influencer media sosial yang menyasar Falun Gong].”

“Mereka harus menarik perhatian terus menerus dari seluruh masyarakat Amerika Serikat, dan memaksa pemerintah AS untuk menyerang di semua lini, melenyapkan kekuatan Falun Gong,” demikian bunyi catatan tersebut.

Delegasi militer dalam sebuah sesi Kongres Rakyat Nasional, di Beijing, dalam sebuah foto arsip. (Frederic J. Brown / AFP via Getty Images)

Dua set catatan, yang diberikan secara terpisah oleh dua orang whistleblowers dan ditinjau oleh The Epoch Times, merinci pertemuan pada Juni tersebut. Satu set catatan juga mengungkapkan informasi dari pertemuan kementerian sebelumnya.

Sementara itu, para pejabat PKT diberi wewenang untuk “mengaktifkan” agen-agen mereka yang tertanam di dalam komunitas Falun Gong untuk membangkitkan penentangan dan protes terhadap pemerintah AS dan kemudian “menciptakan beberapa insiden” selama protes, untuk memprovokasi pihak berwenang AS, menurut catatan pertemuan  Juni tersebut.

“Itu adalah perkembangan yang mengkhawatirkan,” kata Bradley Thayer, seorang rekan senior di the Center for Security Policy, ahli penilaian strategis Tiongkok, dan kontributor untuk The Epoch Times.

“Anda harus khawatir apakah pemerintah AS memiliki kemampuan untuk menyaringnya.”

Catatan whistleblower dari laporan internal Juni oleh China CITIC Foundation for Reform and Development Studies mengungkapkan bahwa rezim tersebut bertujuan untuk “memobilisasi sumber daya media pemerintah pusat, wadah pemikir universitas, dan sumber daya unit lainnya [untuk] secara aktif membagikan informasi yang memfitnah tentang Falun Gong kepada media di luar negeri.”

The CITIC foundation adalah bagian dari CITIC Group, salah satu konglomerat milik negara terbesar di Tiongkok dengan kepemilikan substansial di luar negeri, yang mengindikasikan bahwa serangan tersebut juga melibatkan berbagai entitas besar non-negara yang dikendalikan oleh PKT. Catatan tersebut diberikan kepada FDIC oleh salah satu whistleblowers dan ditinjau oleh The Epoch Times.

Menurut para whistleblower, anggota staf Kementerian Keamanan Publik diperintahkan untuk “memutuskan sepenuhnya saluran komunikasi antara Falun Gong domestik dan luar negeri” untuk mencegah informasi lebih lanjut tentang penganiayaan keluar dari Tiongkok.

Falun Gong, sebuah praktik mencakup latihan dengan gerakan yang lembut dan ajaran didasarkan pada prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar, diperkenalkan kepada publik di Tiongkok pada tahun 1992. Pada akhir dekade tersebut, diperkirakan 70 juta hingga 100 juta orang telah mempraktikkan ajaran ini.

Pemimpin PKT saat itu, Jiang Zemin, yang tidak toleran terhadap kelompok apa pun di luar kendali Partai, meluncurkan kampanye untuk “memberantas” Falun Gong pada tahun 1999.

Sejak saat itu, jutaan orang diseret ke penjara, kamp kerja paksa, dan pusat penahanan, menghadapi cuci otak dan penyiksaan dalam upaya memaksa mereka untuk menghentikan praktik tersebut, menurut laporan kelompok hak asasi manusia. Beberapa investigasi independen telah menyimpulkan bahwa PKT telah membunuh tahanan hati nurani untuk mendukung industri transplantasi organ yang menguntungkan, dengan praktisi Falun Gong menjadi sumber utama organ.

Para whistleblower memperingatkan bahwa PKT memiliki sejumlah besar agen tetapi tidak spesifik agen di dalam komunitas Falun Gong di luar negeri.

FDIC memperoleh kesaksian dari seorang praktisi Falun Gong dari Eropa yang ditahan tahun lalu ketika mengunjungi kerabat di Tiongkok. Saat ditahan, agen PKT mencoba meyakinkan orang tersebut untuk bekerja di sebuah entitas yang didirikan oleh praktisi Falun Gong di Eropa dan memata-matai demi PKT. Orang tersebut dijanjikan bayaran yang besar,  bahkan didorong untuk terus membuat komentar anti-PKT di media sosial demi menjaga penampilan. Ringkasan kesaksian tersebut telah ditinjau oleh The Epoch Times.

Rezim tersebut telah mendorong agen-agennya untuk “mengambil keuntungan dari pemilihan umum AS dan konflik antara kedua partai” untuk memajukan tujuannya, menurut catatan laporan CITIC.

FDIC mendesak masyarakat dan pemerintah AS untuk meneliti setiap klaim yang keterlaluan mengenai Falun Gong.

“Sangat mendesak dan penting bagi pemerintah AS dan masyarakat luas untuk menyadari bahwa sumber sebenarnya dari para komentator dan insiden yang tampaknya ‘independen’ kemungkinan besar adalah aparat keamanan Tiongkok,” kata FDIC.

Organisasi ini juga mendorong pemerintah AS untuk menegakkan hukum yang mewajibkan pendaftaran agen asing dan perusahaan media sosial “untuk mendeteksi dan membatasi penyebaran disinformasi PKT yang menargetkan Falun Gong.”

Gedung Capitol AS di Washington pada 8 April 2024. (Madalina Vasiliu/The Epoch Times)

Pemerintah AS semakin aktif dalam menentang penganiayaan PKT terhadap Falun Gong. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa agen PKT yang menargetkan para praktisi telah ditangkap; Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan beberapa pernyataan yang menyerukan kepada PKT untuk membebaskan para praktisi Falun Gong yang dipenjara.

Bahkan, pada Juni, DPR AS meloloskan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong, sebuah Undang-Undang yang akan memberikan sanksi kepada orang asing yang terlibat dalam pengambilan organ secara paksa di Tiongkok. Sebuah UU Senat pendamping diperkenalkan pada Juli lalu.

Menargetkan Shen Yun

Sebagian besar informasi yang bocor menggambarkan strategi PKT untuk menyabotase Shen Yun Performing Arts, sebuah perusahaan tarian klasik Tiongkok berbasis di New York yang didirikan oleh para praktisi Falun Gong pada tahun 2006.

Shen Yun dipandang sebagai ancaman oleh rezim komunis karena menampilkan budaya Tiongkok yang tidak tercemar oleh pengaruh rezim, menurut FDIC.

Pertunjukan, “Flowing Sleeves,” dari program Shen Yun Performing Arts 2009. Rezim Tiongkok telah menargetkan perusahaan ini selama hampir dua dekade. (Shen Yun Performing Arts)

“Dengan sebuah pertunjukan tunggal, Shen Yun mendemonstrasikan keagungan budaya Tiongkok sebelum kebangkitan komunisme, dan dengan demikian, menawarkan sebuah visi tentang betapa indahnya Tiongkok tanpa PKT,” demikian bunyi laporan tersebut.

Beberapa tarian Shen Yun menggambarkan kisah-kisah zaman modern, seperti para praktisi Falun Gong yang menghadapi penganiayaan di Tiongkok.

Perusahaan ini telah menjadi kekuatan budaya utama, berkembang menjadi delapan ansambel tari, masing-masing dengan orkestranya sendiri, yang tampil di hadapan sekitar 1 juta penonton teater setiap tahunnya. The Epoch Times adalah sponsor media dari perusahaan ini.

Shen Yun telah menjadi target utama PKT, menurut Casey Fleming, kepala eksekutif BlackOps Partners dan ahli keamanan siber, risiko strategis, dan analisis risiko perusahaan.

“Kehadiran Shen Yun saja sudah mempermalukan PKT,” katanya kepada The Epoch Times.

Casey Fleming, kepala eksekutif di BlackOps Partners Corporation, berbicara pada konferensi Borderless Cyber di Washington pada 4 Oktober 2018. (Samira Bouaou / The Epoch Times)

Strategi baru PKT berfokus pada menciptakan tuduhan yang dapat memicu penyelidikan terhadap perusahaan seni pertunjukan oleh pemerintah AS, informasi whistleblower menunjukkan Shen Yun dipandang sebagai ancaman oleh rezim komunis karena menampilkan budaya Tiongkok yang tidak tercemar oleh pengaruh rezim, menurut FDIC.

“Dengan sebuah pertunjukan tunggal, Shen Yun mendemonstrasikan keagungan budaya Tiongkok sebelum kebangkitan komunisme, dan dengan demikian, menawarkan sebuah visi tentang betapa indahnya Tiongkok tanpa PKT,” demikian bunyi laporan tersebut.

Sarana untuk kampanye ini tampaknya adalah para influencer media sosial, terutama dua orang yang telah memproduksi dan mempromosikan konten anti-Falun Gong dan anti-Shen Yun di YouTube dalam beberapa tahun terakhir.

Salah satu dari mereka adalah mantan karyawan yang tinggal di Jepang dari sebuah media yang dikelola PKT. Yang lainnya adalah seorang imigran Tiongkok di Amerika Serikat yang telah membuat berbagai komentar mengancam terhadap personel Shen Yun dalam videonya.

Tahun lalu, FBI mengeluarkan peringatan kepada pejabat setempat di New York bahwa pria tersebut “berpotensi bersenjata dan berbahaya,” setelah dia terlihat di dekat pusat pelatihan Shen Yun. Saat ini dia menghadapi tuduhan atas kepemilikan senjata api ilegal.

Catatan whistleblower dari pertemuan  Juni menyatakan bahwa “semua pemerintah tingkat provinsi [harus] menyediakan sumber daya untuk mendukung sepenuhnya [kedua orang berpengaruh dan lainnya] untuk melawan Falun Gong.”

“Berikan semua informasi jahat tentang Falun Gong yang dikumpulkan oleh Kementerian Keamanan Publik secara internal,” kata catatan tersebut.

Kedua YouTuber tersebut telah mewawancarai beberapa mantan artis Shen Yun yang tidak puas yang dikeluarkan dari perusahaan karena melanggar kebijakan atau gagal membuat karya yang artistik, menurut laporan FDIC.

“Tampaknya mereka menyimpan dendam terhadap Shen Yun, orang-orang ini sering mencampurkan kebohongan terang-terangan dengan distorsi peristiwa atau orang yang sebenarnya untuk menciptakan gambaran menyesatkan tentang Shen Yun,” kata laporan FDIC.

FDIC mengatakan bahwa “hasil akhir dari cerita-cerita fantastis ini adalah sebuah narasi dirancang untuk menghasut penduduk AS untuk berbalik melawan Shen Yun dan Falun Gong.”

Upaya PKT untuk mempromosikan narasi palsu di antara media AS tampaknya telah menemui kesuksesan. Selama lebih dari setengah tahun, The New York Times telah memiliki dua reporter yang bekerja pada sebuah cerita yang tampaknya didasarkan pada klaim para seniman yang tidak puas, demikian The Epoch Times melaporkan pada  Maret.

(Ilustrasi oleh The Epoch Times, Samira Bouaou/The Epoch Times)

“Tampaknya ada tumpang tindih antara narasumber yang diwawancarai dengan [salah satu YouTuber] dan dengan reporter dari New York Times, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah pemberitaan surat kabar tersebut terpengaruh oleh kampanye fitnah yang didukung oleh PKT,” demikian bunyi laporan FDIC.

Telah terjadi peningkatan insiden yang menargetkan Shen Yun dalam beberapa bulan terakhir, FDIC mencatat, termasuk akun X yang menyamar sebagai anggota staf Shen Yun dan membuat “pernyataan yang keterlaluan.”

“Akun-akun tersebut telah dihapus oleh perusahaan media sosial setelah ada keluhan yang diajukan, namun hal ini menunjukkan adanya kampanye yang lebih besar untuk memanipulasi opini publik secara online, terutama di kalangan penutur bahasa Mandarin,” kata laporan tersebut.

Upaya Sebelumnya

FDIC sebelumnya telah mendokumentasikan lebih dari 100 upaya PKT untuk menyabotase Shen Yun, yang paling sering dilakukan dengan mengintimadasi gedung teater atau pejabat pemerintah agar membatalkan pertunjukan perusahaan di bawah ancaman membahayakan hubungan dengan Tiongkok.

Ada juga beberapa kejadian di mana ban bus tur Shen Yun disayat sedemikian rupa sehingga ban tersebut akan meletus di tengah jalan. Beberapa insiden masuk tanpa izin dan pengrusakan properti di kampus perusahaan di bagian utara New York telah dilaporkan. Anggota keluarga artis Shen Yun di Tiongkok telah dianiaya.

Departemen Kepolisian Costa Mesa merinci “sayatan sekitar 7 inci di dinding samping” ban pada bus tur Shen Yun, pada 15 Maret 2024. Ban tersebut dipotong sedemikian rupa sehingga tidak akan mengempis namun akan meledak ketika dikendarai di jalan bebas hambatan. (Courtesy of Shen Yun security)

Dua agen PKT yang mencoba menyuap agen FBI yang menyamar sebagai pejabat IRS pada Mei lalu juga berusaha menggunakan gugatan lingkungan yang menargetkan fasilitas latihan dan sekolah Shen Yun untuk “menghambat” pertumbuhan mereka, menurut dokumen pengadilan.

Sementara itu, seorang warga Amerika Serikat yang memiliki hubungan bisnis dengan Tiongkok telah mengajukan tuntutan hukum yang tidak beralasan terhadap Shen Yun dalam beberapa tahun terakhir.

Pada  Maret, kampus Shen Yun serta tempat-tempat yang menyelenggarakan pertunjukannya di Amerika Serikat dan Taiwan menjadi sasaran serangkaian ancaman bom melalui email dan ancaman penembakan massal.

Penari Shen Yun berlatih tarian klasik Tiongkok secara rutin di fasilitas mereka di Orange County, N.Y., dalam foto file ini. (Courtesy of Shen Yun)

Metadata email, yang diperoleh oleh The Epoch Times, menunjukkan bahwa beberapa ancaman berasal dari akun sungguhan di Kementerian Kehakiman Taiwan. Dengan demikian, pelakunya pasti telah mendapatkan akses ke akun-akun tersebut, seperti melalui peretasan, atau memalsukannya untuk menciptakan tampilan email resmi, kata beberapa ahli keamanan siber kepada The Epoch Times.

“Ini akan menjadi masalah besar bagi seseorang yang hanya memiliki masalah dengan Shen Yun,” kata Fleming.

Setelah memeriksa metadata bersama timnya, ia menyimpulkan bahwa PKT kemungkinan besar adalah pelakunya, meskipun ia memperingatkan bahwa atribusi definitif memerlukan proses yang teliti dan bisa memakan waktu berbulan-bulan.

“Dari permukaan, Anda harus melihat siapa yang paling diuntungkan, siapa yang memiliki konflik terbesar, dan  kemungkinan besar adalah PKT,” katanya.

Gary Miliefsky, seorang spesialis keamanan siber dan salah satu anggota pendiri Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, menyuarakan pendapat serupa.

“Jika berjalan seperti bebek, berbunyi seperti bebek, dan terlihat seperti bebek, mungkin itu adalah bebek,” katanya melalui email. “Saya tidak ingin terlibat dalam politik internasional, tetapi jelas sumbernya bukan di Taiwan.”