Serangan Udara Israel terhadap Militan di Sekolah-sekolah Gaza Mungkin Kembali Menghambat Perundingan Perdamaian

NTD

Pada  Sabtu (10 Agustus 2024) lalu, Hamas menuduh Israel menyerang sebuah tempat perlindungan di Gaza, yang mengakibatkan sekitar 100 warga Palestina tewas. Israel menyatakan bahwa serangan tersebut ditujukan kepada pusat komando militan, dan menuduh Hamas melebih-lebihkan jumlah korban.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Brigadir Jenderal Daniel Hagari, mengatakan, “Dini hari ini, Pasukan Pertahanan Israel melakukan serangan presisi terhadap teroris di sebuah bangunan tertentu di kompleks tersebut. Berdasarkan intelijen kami, tidak ada wanita dan anak-anak di tempat itu.”

Hamas mengklaim bahwa Israel menyerang sebuah sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan di Gaza pada  Sabtu (10 Agustus), yang menyebabkan sekitar 100 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka. Israel mengakui telah melakukan serangan udara, namun menyatakan bahwa target mereka adalah pusat komando militan di dalam sekolah tersebut. Mereka merilis video serangan itu, menekankan bahwa bom yang dijatuhkan secara presisi tidak mungkin menyebabkan kematian massal.

Hagari menambahkan, “Kami juga memiliki intelijen yang menunjukkan bahwa Ashraf Juda, komandan Brigade Kamp Pusat Organisasi Jihad Islam, berada di kompleks tersebut.”

Namun, Hamas menyebut serangan ini sebagai tindakan kriminal yang mengerikan dan memperparah situasi. PBB, Kementerian Luar Negeri Mesir, dan lainnya mengecam serangan ini.

Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, juga memberikan pernyataan mengenai serangan tersebut pada  Sabtu.

Kamala Harris mengatakan, “Israel berhak mengejar teroris Hamas. Namun, seperti yang telah saya katakan berulang kali, saya percaya bahwa mereka juga memiliki tanggung jawab penting untuk menghindari korban sipil.”

Selain itu, mediator dari Mesir dan Qatar memberi tahu Israel bahwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, ingin mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza. Amerika Serikat juga mendesak Israel dan Hamas untuk melanjutkan negosiasi gencatan senjata pada Kamis depan (15 Agustus).

Kamala Harris menambahkan, “Yang pertama dan terutama, Presiden dan saya telah bekerja siang dan malam untuk hal ini. Kami perlu membebaskan para sandera. Kami perlu mencapai kesepakatan mengenai sandera, dan kami perlu gencatan senjata.”

“Sekali lagi, terlalu banyak warga sipil yang terbunuh,” kata Wakil Presiden dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris sambil menegaskan kembali seruan untuk gencatan senjata Gaza.

“Kami sangat prihatin dengan laporan korban sipil di Gaza menyusul serangan oleh Pasukan Pertahanan Israel di kompleks yang mencakup sebuah sekolah,” tambah Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Israel sebelumnya menyatakan akan mengirim delegasi untuk melakukan negosiasi. Namun, serangan pada  Sabtu dapat menghambat upaya untuk melanjutkan pembicaraan gencatan senjata. (jhon)