Antonio Graceffo
Dalam sebuah upaya yang mendadak dan mungkin putus asa untuk memulihkan perekonomian yang goyah, People’s Bank of China (PBOC) telah memangkas suku bunga. Langkah ini mungkin hanya memberikan bantuan sementara dan berpotensi memperburuk permasalahan jangka panjang.
Kuartal terakhir, produk domestik bruto Tiongkok tumbuh 4,7%, meleset dari target 5% yang ditetapkan oleh Partai Komunis Tiongkok. Perekonomian mendekati deflasi karena aktivitas pabrik menyusut dan belanja konsumen melambat, dengan warga negara yang ragu-ragu untuk berbelanja, meskipun ada dorongan dari Beijing.
Sektor real estat juga sedang berjuang, dengan penjualan rumah di Juni turun 10,1% dari tahun sebelumnya. Harga rumah baru turun rata-rata 4,9%, sementara harga rumah bekas turun 7,9%, menyebabkan puluhan juta apartemen kosong.
Sekitar 25 persen pinjaman bank terkait dengan real estat, dan banyak agen penjual menghadapi kebangkrutan. Bank-bank yang lebih kecil melaporkan hingga 40 persen dari pinjaman mereka bermasalah, yang mengarah pada konsolidasi, dengan bank-bank yang lebih kecil diserap oleh perbankan yang lebih besar, sementara sebanyak 3.800 bank lainnya menjadi terancam.
“Rapat Pleno Ketiga” PKT menekankan tujuan jangka panjang yang ambisius tetapi hanya memberikan sedikit bantuan ekonomi secara langsung. Akibatnya, Oxford Economics menurunkan proyeksi pertumbuhan Tiongkok untuk tahun ini menjadi 4,8%. Sementara itu, PBOC mengambil langkah proaktif untuk menstimulasi ekonomi dengan memberlakukan serangkaian penurunan suku bunga.
Bank sentral telah menurunkan suku bunga utama untuk membuat pinjaman lebih terjangkau dan menstimulasi pinjaman dan pengeluaran. Suku bunga dasar kredit (Loan Prime Rate/LPR) lima tahun untuk KPR dipangkas 10 basis poin menjadi 3,85%, dan LPR setahun diturunkan menjadi 3,35%.
Selain itu, PBOC menurunkan suku bunga the seven-day reverse repo rate menjadi 1,7% dari 1,8% untuk menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam sistem perbankan dan mengurangi tekanan pasar obligasi. Suku bunga overnight dipotong menjadi 2,55%, dengan suku bunga the seven-day reverse repo rate dan sebulan masing-masing diturunkan menjadi 2,7% dan 3,05%. Langkah-langkah ini bertujuan meningkatkan kapasitas bank untuk memperdagangkan lebih banyak aset dengan mengurangi persyaratan agunan untuk fasilitas pinjaman jangka menengah, yang berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Penurunan suku bunga ini dapat segera berdampak pada sektor real estat dengan memberikan keringanan utang kepada para pengembang dan pembeli. Banyak developer kesulitan untuk menyelesaikan proyek-proyek mereka, meninggalkan jutaan apartemen yang belum selesai, yang telah mengikis kepercayaan konsumen dan menyebabkan kesulitan keuangan di antara berbagai perusahaan properti.
Pemangkasan suku bunga bank sentral baru-baru ini bertujuan untuk mengurangi tekanan ini dengan membuat pinjaman lebih murah untuk pengembang dan pembeli rumah, dengan harapan untuk meningkatkan kepercayaan investor. Dengan menurunkan biaya pinjaman, PBOC bertujuan untuk mendorong lebih banyak investasi di sektor real estate dan sektor-sektor lain, sehingga merangsang aktivitas ekonomi.
Namun, harga rumah di Tiongkok sangat tinggi, dan penurunan suku bunga mungkin tidak cukup untuk membujuk masyarakat untuk meningkatkan pembelian rumah secara dramatis. Tanpa peningkatan tajam dalam pembelian rumah, perusahaan properti masih akan menghadapi sejumlah besar hutang, dan bank-bank akan terus memegang portofolio pinjaman yang berpotensi bermasalah.
Pemotongan suku bunga PBOC menurunkan biaya pinjaman untuk bank-bank dan meningkatkan likuiditas sistem keuangan. Akibatnya, bank-bank dapat memegang lebih sedikit obligasi jangka panjang, mengakses sumber pendanaan yang lebih murah dan lebih likuid. Pergeseran ini memungkinkan mereka mengatur risiko suku bunga secara lebih efektif, merealokasi aset ke investasi yang lebih likuid dan menguntungkan, dan meningkatkan pinjaman untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Penurunan suku bunga akan memiliki dampak yang beragam terhadap Amerika Serikat dan negara-negara lain. Dalam ekonomi pasar, mata uang biasanya akan kehilangan nilainya setelah penurunan suku bunga, tetapi yuan, yang telah mengalami tren penurunan selama delapan tahun, hanya terpapar sebagian pada kekuatan pasar. Dampaknya akan tergantung pada tindakan bank sentral untuk mempertahankan yuan. Jika bank sentral membiarkan mata uangnya melemah, volume ekspor Tiongkok dapat meningkat. Namun, nilai total ekspor ini dalam bentuk dolar mungkin tidak akan meningkat secara proporsional, karena setiap unit akan menghasilkan lebih sedikit dolar.
Suku bunga yang lebih rendah di Tiongkok biasanya membuat investasi pendapatan stabil, termasuk obligasi pemerintah Tiongkok, menjadi kurang menarik karena imbal hasil yang berkurang. Hal ini dapat mendorong investor untuk mengalihkan modal mereka ke pasar dengan imbal hasil yang lebih tinggi, seperti sekuritas Treasury AS. (asr)
Antonio Graceffo, PhD, adalah seorang analis ekonomi Tiongkok yang telah menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Mr. Graceffo lulus dari Shanghai University of Sport, memiliki gelar Tiongkok-MBA dari Shanghai Jiaotong University, dan saat ini mempelajari pertahanan nasional di American Military University. Ia adalah penulis buku “Beyond the Belt and Road: China’s Global Economic Expansion” (2019).