WHO Nyatakan Wabah Mpox di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Global

The Epoch Times

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (14/8/2024) menyatakan wabah Mpox atau yang dikenal dengan cacar monyet, di Afrika sebagai  darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional karena peningkatan kasus dan kematian dalam beberapa bulan terakhir.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengumumkan deklarasi tersebut di Jenewa, Swiss, setelah menerima rekomendasi dari komite darurat WHO.

Tedros mengatakan bahwa telah ada lebih dari 14.000 kasus yang dilaporkan dan 524 kematian yang dilaporkan di Afrika tahun ini, sebuah lonjakan dari tahun lalu. Ia juga menunjuk pada munculnya jenis strain baru Mpox, atau clade, yang menurutnya mengkhawatirkan.

ā€œSelain wabah mpox jenis lain di bagian lain Afrika, jelas bahwa respons internasional  terkoordinasi sangat penting untuk menghentikan wabah ini dan menyelamatkan nyawa,ā€ kata Tedros dalam sebuah konferensi pers.

Mpox adalah virus yang menyerang hewan dan manusia. Mpox dapat menyebar di antara manusia dan menyebabkan penyakit yang biasanya bermanifestasi dengan ruam dan sembuh dalam beberapa minggu. Namun beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.

Mpox sebagian besar menyerang pria yang berhubungan seks dengan pria lain.

Keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, atau darurat kesehatan global, adalah tingkat peringatan tertinggi yang dapat disampaikan oleh WHO. Hal ini dideklarasikan untuk kejadian luar biasa (KLB) yang dianggap sebagai risiko kesehatan masyarakat bagi negara-negara melalui penyebaran penyakit secara internasional.

COVID-19 dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada  2020. Deklarasi tersebut berakhir pada  2023 setelah jumlah kasus menurun drastis.

WHO menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada tahun 2022, tetapi mengakhiri deklarasi tersebut pada 11 Mei 2023. Tedros, pada saat itu, mengatakan bahwa berbagai negara telah mengatasi wabah Mpox,  disebabkan oleh jenis yang dikenal sebagai clade 2b.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika pada awal pekan ini mengumumkan keadaan darurat publik atas wabah Mpox.

ā€œHari ini saya berkomitmen kepada Anda bahwa warga Afrika akan memimpin perlawanan ini dengan setiap sumber daya yang kami miliki,ā€ kata Jean Kaseya, kepala badan tersebut, dalam sebuah pengarahan.

Dia mengatakan Afrika sedang berupaya mendapatkan lebih banyak vaksin, karena saat ini hanya memiliki sekitar 200.000 dosis, tetapi dia memperkirakan akan membutuhkan lebih dari 10 juta dosis.

Kemunculan varian baru, clade 1b, di Republik Demokratik Kongo telah memicu kekhawatiran.

Clade 1, yang juga dikenal sebagai clade Congo Basin, secara historis telah menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada clade 2, yang juga digambarkan sebagai clade Afrika Barat.

Kasus-kasus clade 1b diidentifikasi di negara-negara Afrika lainnya, termasuk Kenya dan Uganda, yang mendorong Tedros mengadakan komite darurat untuk mempertimbangkan rekomendasi agar keadaan darurat kesehatan global diumumkan. Beberapa negara tersebut sebelumnya tidak pernah menemukan kasus Mpox.

ā€œKami percaya bahwa ini sudah menjadi risiko penyebaran internasional. Dan tentu saja, ada juga kemungkinan dapat menyebar di luar Afrika ke wilayah lain di dunia,ā€ kata Tedros.

Semua kasus clade 1 telah diidentifikasi di Afrika, yang berarti bahwa risiko di Amerika Serikat rendah, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Otoritas Eropa juga menilai bahwa risikonya rendah. Namun, para pejabat telah memperingatkan para dokter agar mewaspadai kasus-kasus di antara orang-orang yang baru saja berkunjung ke Kongo atau negara-negara tetangga.

WHO telah berada di lapangan bekerja dengan negara-negara yang terkena dampak di Afrika, menyediakan mesin untuk menganalisis sampel darah dan melatih petugas kesehatan, menurut organisasi tersebut. WHO menyatakan bahwa pekerjaan ini akan menelan biaya sebesar $15 juta dan telah meminta sumbangan untuk menutupi sebagian dari biaya tersebut.

ā€œWHO berkomitmen dalam beberapa hari dan minggu ke depan untuk mengoordinasikan respons global, bekerja sama dengan masing-masing negara yang terkena dampak, dan meningkatkan kehadiran kami di lapangan, untuk mencegah penularan, merawat mereka yang terinfeksi, dan menyelamatkan nyawa,ā€ kata Tedros. (asr)