Sejumlah Kota di Tiongkok Menggelar Latihan Darurat Menghadapi Pneumonia Misterius, Kematian Mendadak Warga Tiongkok di Luar Negeri

  • Baru-baru ini, banyak daerah di daratan Tiongkok mengadakan latihan darurat terkait apa yang disebut “epidemi pneumonia misterius,” yang mensimulasikan bagaimana menangani infeksi kelompok yang tiba-tiba. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan di kalangan masyarakat, karena sebelum pandemi COVID-19 meledak pada akhir 2019, Wuhan juga pernah menggelar latihan serupa  
  • Kini, dengan skala latihan yang begitu luas , masyarakat mempertanyakan apakah pihak berwenang sedang menyembunyikan kondisi pandemi yang sebenarnya. Sementara itu, di Belanda, beberapa warga Tiongkok meninggal dunia secara mendadak yang diduga akibat penyakit seperti serangan jantung, kasusnya memicu perhatian

Liu Haiying dan Mingyu – NTD

Baru-baru ini, beberapa kota di Tiongkok mengadakan latihan darurat untuk menghadapi “pneumonia misteriusl” yang melibatkan simulasi penanganan infeksi kelompok.

Sejak Agustus, Hainan, Guangxi, distrik Shijingshan di Beijing, Gansu, dan beberapa tempat lain telah mengadakan kegiatan latihan darurat terkait.

Pada Juli, beberapa kota di Jilin, Liaoning, Hunan, Shanxi, Jiangsu, Sichuan, Chongqing, Heilongjiang, dan Zhejiang juga mengadakan latihan darurat terkait epidemi pneumonia tak dikenal ini.

Sebelumnya, beberapa wilayah di Hunan, Jiangsu, dan Hainan juga telah mengadakan kegiatan latihan serupa.

Jonathan Liu, seorang profesor di College of Traditional Chinese Medicine di Kanada dan direktur Kangmei Traditional Chinese Medicine Clinic mengatakan: “Saya pikir hal ini pasti berkaitan. Baru-baru ini, di Guangdong terjadi lonjakan kasus baru COVID-19 yang mencapai puluhan ribu. Jadi, sebenarnya, di daratan Tiongkok, pandemi COVID-19 telah memasuki puncak baru. Inilah alasan utama mereka melakukan latihan ini. Mereka tidak menyebut COVID-19 secara eksplisit untuk alasan politik dan demi menjaga citra para pemimpin.”

Media Tiongkok melaporkan bahwa sejak Februari 2024, banyak daerah di Tiongkok telah melakukan latihan darurat untuk menghadapi epidemi pneumonia tak dikenal ini, terutama setelah Juni, semakin banyak daerah yang ikut dalam kegiatan latihan ini.

Tang Jingyuan, seorang pengamat dan dokter medis yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan: “Latihan darurat penanganan epidemi pneumonia tak dikenal yang diadakan di berbagai tempat di seluruh negeri ini tidak diragukan lagi terkait erat dengan munculnya gelombang baru pandemi di dalam negeri. ‘Pneumonia misterius’ ini adalah istilah baru yang diciptakan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ini sebenarnya menunjukkan bahwa pneumonia ini menular, dan sangat menular. Jika ada orang yang berkumpul, ada kemungkinan tertular.”

Skala besar latihan ini membangkitkan ketakutan masyarakat terhadap lockdown dan tindakan pencegahan lainnya, sementara tanggapan resmi dari PKT cenderung mengabaikan atau mengurangi begitu seriusnya situasi yang terjadi.

Tang Jingyuan melanjutkan: “Alasan utama di balik semua ini adalah alasan ekonomi. Sekarang, karena ekonomi Tiongkok sudah sangat buruk dan terus memburuk. Dalam situasi seperti ini, jika pihak berwenang benar-benar memberlakukan pembatasan terkait COVID-19 lagi, seperti isolasi atau pembatasan pergerakan orang-orang dan barang, maka ini tidak diragukan lagi akan menjadi pukulan berat tambahan bagi ekonomi.”

Banyak pihak mempertanyakan apakah pihak berwenang Tiongkok sedang menyembunyikan kondisi pandemi yang sebenarnya.

Jonathan Liu menambahkan: “Di daratan Tiongkok, kita melihat banyak pejabat senior PKT yang terkenal, dari berbagai tingkatan, termasuk di militer, media, dan dunia hiburan, meninggal dunia mendadak, termasuk yang masih muda. Hal ini sulit dijelaskan. Jika ini hanya penyakit menular biasa, umumnya orang muda memiliki daya tahan tubuh yang kuat, tetapi kita melihat banyak yang masih muda, bahkan atlet berusia 17 tahun meninggal dunia secara mendadak. Ini tidak bisa diabaikan kemungkinan disebabkan oleh COVID-19.”

Sementara itu, Sean Lin, ahli mikrobiologi dan asisten profesor di Departemen Ilmu Biomedis di Feitian College, mengatakan bahwa dalam konteks ekonomi yang lesu dan tingkat pengangguran yang tinggi, “latihan semacam ini mungkin merupakan sinyal politik khusus, dan  pihak berwenang sedang berusaha untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar terhadap masyarakat dengan alasan kesehatan.”

Pada 15 Agustus, topik “Gejala COVID-19 pada Kaum Muda di Guangdong Lebih Jelas” menjadi tren di Weibo.

Tang Jingyuan menyatakan: “PKT sekarang menutup telinga dan menolak mengakui adanya pandemi COVID-19, jadi mereka mengganti namanya menjadi ‘pneumonia tak dikenal.’ Ini bukan karena PKT tidak tahu penyebabnya, PKT  menyadari bahwa ini adalah COVID-19.”

Menurut laporan media Tiongkok, Yan Wensen, Wakil Direktur Departemen Pengobatan Respiratori dan Perawatan Kritis di Rumah Sakit Rakyat Kedua Provinsi Guangdong, mengatakan bahwa baru-baru ini pasien COVID-19 yang datang ke klinik kebanyakan adalah kaum muda, yang menunjukkan gejala seperti sakit tenggorokan, demam, dan nyeri otot, dan kasus-kasus ini biasanya tersebar.

Jonathan Liu menambahkan: “Banyaknya kaum muda yang terinfeksi juga menyangkut masalah lain, yaitu efektivitas vaksin di Tiongkok sangat rendah, tidak memberikan perlindungan yang sebenarnya, dan bahkan menyebabkan efek samping yang serius. Saya memperkirakan ini adalah alasan di balik banyaknya kasus yang muncul. Sebenarnya, setelah vaksinasi, sistem kekebalan tubuh mereka mungkin justru menurun.”

Data yang dirilis oleh Biro Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Guangdong minggu lalu menunjukkan bahwa jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 di Provinsi Guangdong pada  Juli adalah 18.384 kasus, meningkat 10.138 kasus dibandingkan dengan  Juni. Situasi sebenarnya mungkin lebih serius.

Banyak netizen juga meninggalkan komentar di media sosial, mereka menulis tentang berbagi  gejala yang mereka alami setelah kembali terinfeksi COVID-19.

Pada 15 Agustus, Kedutaan Besar Tiongkok di Kerajaan Belanda mengeluarkan pengumuman yang menyebutkan bahwa baru-baru ini, beberapa warga Tiongkok di Belanda meninggal dunia secara mendadak akibat penyakit seperti serangan jantung, yang memicu perhatian. 

Pengumuman tersebut tidak menyebutkan pandemi COVID-19, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini memperingatkan bahwa di setidaknya 84 negara di seluruh dunia, mengalami kembali peningkatan pandemi COVID-19. Di Eropa, Amerika Utara, dan beberapa bagian Asia, jumlah kasus infeksi meningkat. 

Para ahli memperingatkan bahwa pada paruh kedua tahun ini, pandemi mungkin akan menjadi lebih serius. Beberapa bulan mendatang, rumah sakit mungkin akan kembali penuh dengan pasien. Sementara itu, situasi di  daratan Tiongkok lebih serius dan pihak berwenang berusaha keras untuk menyembunyikannya.

Pada awal pandemi, Pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi, dalam tulisannya yang berjudul “Rasional” telah memperingatkan:  “Saat ini wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT.”

Guru Li Hongzhi juga memberikan petunjuk untuk menghindari bahaya: “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan.” (Hui)