Sekjen Partai Komunis Vietnam Berkunjung ke Tiongkok: Analisis—”Satu Ranjang, Beda Mimpi, Sulit untuk Bekerja Sama”

Jin Shi, Tang Rui, dan Kontributor Luo Ya, New Tang Dynasty TV

Sekretaris Jenderal baru Partai Komunis Vietnam, To Lam, sedang mengunjungi Tiongkok. pada Selasa 19 Agustus 2024, ia bertemu dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Xi Jinping di Beijing. Pertemuan ini menarik perhatian karena dipertanyakan perjanjian apa yang akan dicapai oleh kedua belah pihak dan bagaimana Vietnam akan mencari keseimbangan antara PKT dan Amerika Serikat.

Pada 19 Agustus pagi, pemimpin PKT Xi Jinping dan Sekretaris Jenderal Vietnam To Lam menggelar pembicaraan di Beijing. Ini adalah kunjungan luar negeri pertama To Lam setelah ia dilantik sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam pada awal Agustus, dan pilihan pertama untuk mengunjungi Tiongkok menarik perhatian.

Dr. Wang, James W., Ketua Departemen Studi Asia Tenggara Universitas Nasional Chi Nan University Center For Southeast Asian Studies mengatakan tuan utama To Lam mengunjungi Beijing adalah untuk menstabilkan hubungan kedua negara dan memajukan pembangunan ekonomi Vietnam. Ini adalah hal yang paling penting.”

Sebelum mengunjungi Tiongkok, To Lam  telah mengirimkan anggota Politbiro Vietnam, Nguyen Xuan Thang, memimpin delegasi yang mengunjungi Amerika Serikat dari 31 Juli hingga 4 Agustus.

Analisis menunjukkan bahwa hal ini menyoroti upaya Vietnam untuk memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat, sementara pada saat yang sama sulit mencari keseimbangan strategis dengan PKT.

“Pada dasarnya, ini adalah dua strategi. Di satu sisi, berhubungan dengan Tiongkok untuk menstabilkan situasi regional mereka; di sisi lain, juga berhubungan dengan Amerika Serikat, karena Amerika Serikat adalah negara besar yang paling penting di dunia, dan pusat perdagangan internasional masih sangat berfokus pada Amerika Serikat,” ujar Weng Ming-hsie,  professor di Institute of Strategic Studies  Tamkang University, Taiwan .

Sebelum bertemu dengan To Lam, Xi Jinping telah absen dari tampilan publik selama lebih dari 20 hari, yang memicu berbagai spekulasi.

Analisis menunjukkan bahwa undangan PKT untuk kunjungan To Lam ke Tiongkok kali ini memiliki tujuan tersendiri.

Dr. Wang, James W menuturkan, “dalam situasi di mana ekonomi Tiongkok saat ini tidak berkembang, Vietnam memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi Tiongkok. Mungkin Vietnam bisa membantu membuka jalur bagi rantai pasokan Tiongkok untuk terhubung dengan dunia Barat.”

Pada 19 Agustus, kedua belah pihak menandatangani 14 dokumen, termasuk dua dokumen kerja sama kereta api, serta perjanjian yang memungkinkan produk-produk Vietnam seperti durian beku dan kelapa segar diekspor ke Tiongkok.

Namun, analisis menunjukkan bahwa baik PKT maupun Vietnam adalah sama-sama rezim komunis,  interaksi mereka hanya “satu ranjang, beda mimpi”, sehingga sulit untuk memiliki prospek kerja sama yang cerah.

Feng Chongyi, Peneliti Masalah Tiongkok di Universitas Teknologi Sydney berkata: Hubungan antara Vietnam dan PKT sebenarnya adalah ‘satu ranjang, beda mimpi’. Alasannya karena baik PKT maupun Partai Komunis Vietnam sama-sama mempertahankan rezim otoriter. Kedua pihak mengandalkan nasionalisme dan memainkan kartu nasionalisme. Apakah mereka benar-benar melindungi kepentingan negara dan kepentingan nasional adalah hal lain.”

Saat ini, PKT menghadapi masalah baik di dalam maupun luar negeri. Secara internal, mereka terperosok dalam krisis ekonomi yang menyeluruh; secara eksternal, mereka melakukan dumping yang merusak tatanan ekonomi internasional, yang menyebabkan blokade oleh negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.

Analisis menunjukkan bahwa kebijakan diplomasi bambu Vietnam, yang mencari hubungan dengan Amerika Serikat, juga merupakan bukti kegagalan sosialisme.

Dr. Wang, James W mengatakan, meskipun secara ideologis (Vietnam) masih percaya bahwa mereka harus bergantung pada sosialisme untuk mempertahankan kekuasaan mereka, dalam kenyataannya, sistem ekonomi sosialisme tidak dapat secara stabil mempertahankan perkembangan ekonomi mereka.”

Feng Chongyi : “Dari sudut pandang ekonomi, Tiongkok masih merupakan mitra dagang terbesar Vietnam, dan kedua negara saling bergantung dalam tingkat yang signifikan. Namun, dalam tren masa depan, Vietnam menjauhkan diri dari Tiongkok dan berusaha untuk menarik teknologi baru dan investasi dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat.” (Hui)