Tren Pelarian Korea Utara dari Berbagai Kalangan Meningkat! Berpotensi Mengguncang Kekuasaan Kim Jong Un

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memerintahkan pembangunan kembali tembok perbatasan, memperkuat penjagaan pos-pos perbatasan, dan menanam lebih banyak ranjau darat dalam upaya menghentikan rakyatnya melarikan diri ke Korea Selatan. Namun, tindakan ini tidak dapat menghentikan kreativitas warga Korea Utara untuk melarikan diri.

www.aboluowang.com

Laporan dari The Wall Street Journal menyebutkan bahwa pada Selasa (20/8/2024) pagi lalu, terjadi insiden pelarian yang mengejutkan, Seorang tentara Korea Utara berjalan kaki melintasi Zona Demiliterisasi (DMZ) yang dijaga ketat antara Korea Utara dan Korea Selatan untuk mencari kebebasan, menjadi tentara aktif pertama yang membelot sejak 2019.

Peningkatan kasus pembelotan dari kalangan elit yang dilindungi di Korea Utara mengonfirmasi penilaian bahwa ketidakpuasan yang saat ini sedang dihadapi Kim Jong Un berpotensi mengancam kekuasaannya.

Saat ini, Korea Utara sedang mengalami kekurangan pangan, ekonomi yang terpuruk akibat sanksi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang semakin parah. Dalam beberapa tahun terakhir, rezim Kim Jong Un telah memperketat penjagaan untuk mencegah pelarian warganya, bahkan dengan perintah untuk menembak mati di tempat.

Namun, di antara sedikit warga Korea Utara yang berhasil melarikan diri, semakin banyak yang berusaha melarikan diri ketika ada kesempatan. Menurut data dari Kementerian Unifikasi Korea Selatan, jumlah pembelotan dari kalangan elit seperti diplomat dan mahasiswa luar negeri Korea Utara telah mencapai angka tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Tentara Korea Utara yang membelot beberapa hari lalu, yang identitasnya belum diketahui, masuk ke Korea Selatan dari ujung timur Zona Demiliterisasi sepanjang 240 kilometer.

Media setempat mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa tentara pembelot ini diyakini berusia 20-an tahun dengan pangkat militer yang relatif rendah. Dia kemungkinan harus menghindari kawat berduri, melewati ladang ranjau, dan menyelinap di bawah pengawasan patroli sebelum akhirnya dibantu oleh tentara Korea Selatan untuk mencapai kebebasannya.

Pembelotan tentara ini menggoyahkan citra Kim Jong Un yang menggambarkan Korea Utara sebagai surga sosialisme.

Kang Dong-wan, mantan kepala pusat bantuan penempatan kembali untuk pembelot, mengatakan bahwa peningkatan ketidakpuasan terlihat jelas karena semakin banyak orang yang mengabaikan kontrol perbatasan dan memilih rute ekstrem untuk melarikan diri. Kang Dong-wan, yang kini menjadi profesor di Universitas Dong-A, Korea Selatan, menambahkan, “Berbagai hambatan di perbatasan menunjukkan bahwa rezim Kim Jong Un menyadari ketidakpuasan di dalam negeri dan berusaha untuk menghentikan arus pembelotan.”

Sebelum pandemi COVID-19 meletus, lebih dari 1.000 warga Korea Utara melarikan diri ke Korea Selatan setiap tahun. Namun, menurut data dari pihak berwenang di Seoul, hanya ada 105 pembelot pada paruh pertama tahun 2024, dan kurang dari 200 orang sepanjang tahun 2023.

Meskipun jumlah pembelot menurun, rute yang dipilih semakin tidak konvensional. Pada awal Agustus ini, seorang warga Korea Utara berhasil menyeberangi perbatasan laut barat saat air surut dan mencapai pulau terdekat di Korea Selatan. Tahun lalu, sekelompok warga Korea Utara menyeberangi perbatasan laut dengan perahu kayu, dan seorang diplomat Korea Utara yang ditempatkan di Kuba berani melarikan diri ke Korea Selatan.

Kim Jong Un telah dengan jelas menyatakan bahwa dia tidak ingin rakyatnya melarikan diri ke Korea Selatan. Pada Januari, Korea Selatan dinyatakan sebagai musuh utama Korea Utara, diikuti dengan kampanye untuk memberantas produk-produk dari Korea Selatan serta pemutusan semua saluran komunikasi antara kedua negara.

Menteri Unifikasi Korea Selatan, Kim Young-ho, mengatakan pada Juni lalu kepada anggota parlemen bahwa “ketidakpercayaan rakyat Korea Utara terhadap rezim tampaknya semakin meningkat.” Tindakan Kim Jong Un dalam mengubah kebijakan terhadap Korea Selatan bertujuan untuk mengalihkan ketidakpuasan rakyat atas kondisi di Korea Utara ke Korea Selatan. (jhon)