Ukraina Gunakan Senjata Buatan AS untuk Menyerang Rusia, Pertemuan Kepala Negara Tiongkok dan Rusia Bahas Kerjasama

Ukraina baru-baru ini untuk pertama kalinya mengakui bahwa mereka menggunakan senjata buatan Amerika Serikat untuk menghancurkan beberapa jembatan di Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (22 Agustus) menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Ukraina dan berharap agar perang Rusia-Ukraina dapat diselesaikan secara damai

NTD

Setelah militer Ukraina menyerang wilayah Kursk di Rusia pada 6 Agustus lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan video dengan pejabat tinggi pada Kamis untuk membahas perkembangan situasi. Putin menyatakan bahwa Ukraina berusaha menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk, yang meningkatkan risiko nuklir. Namun, pihak Ukraina membantah tuduhan tersebut.

“Musuh mencoba menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir (Kursk) tadi malam. Badan Energi Atom Internasional telah diberitahukan,” ujar Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pejabat di wilayah Kursk mengatakan bahwa karena peningkatan signifikan dalam jumlah serangan udara, lebih dari 150.000 orang telah dievakuasi dari wilayah Kursk. Selain itu, di wilayah barat Kursk, direncanakan akan dipasang 60 tempat perlindungan untuk melindungi keselamatan warga sipil.

Pada  Rabu (21 Agustus), pihak Ukraina mengakui bahwa mereka menggunakan sistem roket HIMARS buatan Amerika Serikat untuk menghancurkan jembatan-jembatan Rusia guna memperkuat garis depan militer Ukraina di Kursk.

Pada  Kamis, Presiden Ukraina Zelensky menyatakan bahwa serangan terhadap Kursk dilakukan untuk mencapai penyelesaian damai dalam perang Rusia-Ukraina, meningkatkan posisi negosiasi, dan mempertahankan kedaulatan Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: “Ini semua adalah upaya sistematis kami untuk mempertahankan Ukraina, upaya kami untuk mengakhiri perang dalam kondisi kemerdekaan Ukraina.”

Namun, baru-baru ini, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengunjungi Rusia dan pada Rabu mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Putin. Mereka menyatakan akan memperdalam kerjasama, yang sekali lagi memicu kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi perang di Eropa. Sebelumnya, NATO dan Amerika Serikat telah berulang kali menekankan bahwa Tiongkok adalah dalang sebenarnya di balik perang Rusia-Ukraina.

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump: “Ini adalah perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, yang telah merusak perdamaian di Eropa. Ini adalah perang terbesar (sejak Perang Dunia II) dan akan terus meningkat.”

Sementara itu, pada Kamis, Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi Polandia dan menyatakan bahwa tidak ada konflik yang bisa diselesaikan di medan perang.

Pada  Jumat (23 Agustus), Modi akan pergi ke Kyiv untuk bertemu dengan Zelensky guna menengahi gencatan senjata. Bulan lalu, ia juga mengunjungi Rusia.

Perdana Menteri India Narendra Modi: “Untuk itu, India bersedia memberikan semua dukungan yang mungkin bersama negara-negara sahabat.” (Jhon)