New Tang Dynasty Television di Washington, D.C.
Beberapa tahun terakhir, tindakan Partai Komunis Tiongkok untuk mengintimidasi di Laut Tiongkok Selatan dan Taiwan semakin meningkat, sering kali memicu ketegangan. Baru-baru ini, Adam Savit, Direktur Proyek Tiongkok di Institute for “America First” Policy menyatakan dalam sebuah wawancara eksklusif bahwa Amerika Serikat harus bekerja sama dengan sekutunya untuk menahan PKT. Selain pencegahan militer, langkah-langkah ekonomi juga bisa menjadi cara yang efektif.
“Sangat jelas bahwa PKT mengklaim seluruh Laut Tiongkok Selatan sebagai miliknya, seperti halnya mereka mengklaim Taiwan. Jadi, baik ketika kapal kita secara rutin melintasi Selat Taiwan atau berlayar di dalam Laut Tiongkok Selatan, PKT menganggap ini sebagai tindakan yang ‘secara simbolis melemahkan kedaulatan mereka,” kata Adam Savit.
Menghadapi ancaman PKT, pada 7 Agustus, pasukan laut dan udara Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Filipina mengadakan latihan militer bersama di Laut Tiongkok Selatan. Savit menekankan bahwa Amerika Serikat membutuhkan dukungan dari sekutu untuk menghadapi ancaman PKT di Laut Tiongkok Selatan.
“Tantangan terbesar yang kita hadapi adalah luasnya kawasan Pasifik, ribuan mil jauhnya (dari Asia). Tentu saja, kita memiliki markas Komando Indo-Pasifik di Hawaii, yang mengurangi jarak hingga setengahnya. Kita juga memiliki Guam, yang memiliki pangkalan militer. Kita memiliki hak untuk menempatkan pasukan di Jepang, di mana terdapat banyak kapal dan aset udara, termasuk sebuah kapal induk yang ditempatkan di sana. Namun demikian, bagaimanapun, kita tetap membutuhkan dukungan dari sekutu,” ujar Adam Savit.
Adam Savit adalah Direktur Proyek Tiongkok di Institute for “America First” Policy dan pernah menjabat sebagai Koordinator Proyek Tiongkok di Center for Security Policy Amerika Serikat. Dia berpendapat bahwa semakin banyak negara, seperti Jepang dan Filipina, berpihak pada Amerika Serikat untuk melawan PKT dan ini adalah hal yang baik.
“Banyak negara sedang memperkuat kekuatan militernya. Ini adalah reaksi langsung mereka demi kepentingan mereka sendiri terhadap rezim agresif PKT di bawah Xi Jinping. Mereka tidak lagi memiliki ilusi tentang PKT, terutama negara-negara seperti Jepang, yang mampu meningkatkan kekuatan militer mereka sendiri dan benar-benar menambah kekuatan kita. Ada juga Filipina, meskipun produk domestik bruto mereka rendah dan kekuatan militer mereka kurang, tetapi mereka telah membuka hak pangkalan bagi militer AS, yang sangat penting,” katanya.
Menurut Savitt, tak hanya pencegahan militer, menghentikan impor energi Partai Komunis Tiongkok juga merupakan cara yang efektif untuk membendungnya.
“Sebagai contoh, Partai Komunis Tiongkok sangat bergantung pada bahan bakar fosil dari Timur Tengah. Bahan bakar ini diangkut dengan kapal kontainer melalui Samudra Hindia ke Laut Tiongkok Selatan, dan mereka harus melalui Selat Malaka di lepas pantai Singapura, yang mana merupakan titik rawan. Jadi, ini adalah titik yang sangat rentan. AS dan ahli strategi Barat lainnya melihatnya sebagai titik rawan, sebuah tuas menghadang Partai Komunis Tiongkok, untuk menghentikan impor energi utamanya, dan menghentikan mesin perangnya,” katanya. (HuI)