Hindari Pembunuhan, Pemimpin Hamas “Menyamar Sebagai Perempuan” dan Bersembunyi di Antara Pengungsi

www.aboluowang.com

Melansir laporan The Mirror Minggu (25/8/2024) baru-baru ini muncul kabar bahwa pemimpin Hamas berusia 61 tahun, Yahya Sinwar, telah keluar dari jaringan terowongan bawah tanah yang rumit di Gaza dan bersembunyi di antara para pengungsi Palestina.

Menurut sumber, sebelumnya tentara Israel hampir menangkap Sinwar dalam penggerebekan terowongan bawah tanah di Gaza, “hanya terpaut beberapa menit.” Mengenai operasi ini, Brigadir Jenderal Dan Goldfus, komandan Divisi 98 Angkatan Pertahanan Israel yang akan segera pensiun, merasa kecewa dan mengatakan kepada media, “Kami sudah sangat dekat dengannya, tepat di kompleks bawah tanahnya.” “Kopinya masih panas.”

Sejak serangan pada 7 Oktober tahun lalu, Sinwar telah menjadi target utama Israel. Dengan tewasnya beberapa tokoh penting Hamas seperti Mohammed Deif dan Ismail Haniyeh, posisi Sinwar menjadi semakin terdesak.

Dilaporkan bahwa Israel telah berupaya keras mencari keberadaan Sinwar. Mereka percaya bahwa hanya dengan membunuh Sinwar, Hamas bisa dibubarkan, bahkan mungkin menghilang sepenuhnya. 

Namun demikian, menariknya, Sinwar selalu berhasil melarikan diri. Mantan pemimpin Shin Bet, Shalom Ben Hanan, mengatakan, “Sebenarnya, lebih dari sekali kami hampir menangkapnya dalam hitungan menit,” “Seperti yang kami temukan dalam operasi lain, Sinwar tidak akan tinggal di terowongan bawah tanah atau area khusus lebih dari 24 hingga 36 jam.”

Shalom memiliki tiga divisi yang memantau Sinwar secara ketat. Dia mengatakan kepada media bahwa Sinwar sangat menyadari bahwa Israel akan menggunakan teknologi canggih untuk menemukan tempat persembunyiannya. Dia juga tahu bahwa jika dia membuat kesalahan atau dikhianati oleh informan, dia akan segera ditangkap.

Shalom memperingatkan, “Jadi dia harus bergerak untuk menghindari kesalahan fatal.” Untuk menghindari pembunuhan, dilaporkan bahwa Sinwar sekarang hanya bisa “menyamar sebagai perempuan” dan bersembunyi di antara warga sipil.

Seorang sumber senior mengatakan kepada Sunday Express, “Kami sedang menggunakan teknologi dan kecerdasan buatan untuk mencari Sinwar, dan kami yakin dia mungkin bersembunyi di tempat yang terlihat oleh banyak orang.”

Akan tetapi, dalam negosiasi gencatan senjata di Kairo minggu lalu, Sinwar, demi alasan keamanan, telah meminta agar sebuah klausul ditandatangani untuk memastikan bahwa dirinya tidak akan menjadi sasaran balas dendam Israel.

Seorang pejabat Mesir mengatakan kepada Daily Express bahwa, “Sinwar menekankan bahwa keamanan dan kesejahteraan hidupnya harus dijamin.” Yang perlu dicatat adalah bahwa setiap negosiasi sangat sulit bagi Sinwar, mengingat “beberapa informasi darinya membutuhkan waktu hingga tiga minggu untuk sampai.”

Sinwar mulai berkuasa pada tahun 2017, namun sejak itu dia selalu sangat waspada. Seorang sumber mengungkapkan bahwa sebelumnya, Sinwar menggunakan banyak orang untuk menyampaikan pesan, namun sejak pusat komunikasi miliknya dibongkar, informasi membutuhkan waktu lama untuk disampaikan.

Hal ini membuat dialog antara Hamas dan Israel semakin sulit, seperti yang dikatakan oleh Megan Sutcliffe dari Sibylline, sebuah firma penasihat risiko dan ancaman strategis yang berkantor pusat di Inggris Raya, “Ini merupakan kemunduran bagi negosiasi gencatan senjata yang rapuh.” (jhon)