Presiden Bank of China Mengundurkan Diri

Catherine Yang

Bank of China (BOC) mengumumkan pengunduran diri wakil ketua dan presidennya, Liu Jin, pada  Minggu.

“Liu Jin telah mengkonfirmasi bahwa ia tidak memiliki perbedaan pendapat dengan Dewan, dan tidak ada hal-hal yang perlu disampaikan kepada para pemegang saham Bank,” demikian bunyi pernyataan Bank, dengan mengutip ‘alasan pribadi’ pengunduran dirinya dan tidak memberikan rincian lainnya.

Dalam pengumuman terpisah, dewan direksi dengan suara bulat memilih dan menyetujui Geo Haijiao, ketua, sebagai penjabat presiden direktur.

Dewan Komisaris tidak segera membalas permintaan komentar. Liu tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

BOC, salah satu bank tertua di Tiongkok – tidak sama dengan bank sentral Tiongkok, People’s Bank of China (PBOC) – direstrukturisasi menjadi bank yang sepenuhnya milik negara pada tahun 1994.

Hengkangnya Liu menyusul mantan Ketua Dewan Komisaris Liu Liange, yang mengundurkan diri pada Maret 2023 dan ditempatkan di bawah penyelidikan oleh pengawas anti-korupsi rezim komunis Tiongkok sebelum mengaku bersalah karena menerima suap senilai lebih dari 121 juta yuan (sekitar Rp 262 miliar), ketika Tiongkok mengintensifkan kampanye anti-korupsinya di industri keuangan senilai $66 triliun. Liu Liange kemudian dikeluarkan dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) pada Oktober 2023.

Liu Jin telah menjabat sebagai presiden bank sejak April 2021. Sebelumnya, ia adalah presiden China Everbright Bank, wakil presiden China Development Bank, dan kepala perbankan investasi di Industrial and Commercial Bank of China.

Maret lalu, Liu berbicara di Global Wealth Management Forum dan mengeluarkan peringatan tentang perkembangan keuangan Tiongkok. Ia mengatakan bahwa keuangan harus melayani ekonomi riil, bukannya mendistorsi pasar, karena jika dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan bubble ekonomi. Perspektif Liu bertentangan dengan perspektif para pejabat negara.

Pada saat itu, para ahli memperingatkan akan adanya deflasi dan potensi keruntuhan ekonomi di Tiongkok, sementara para pejabat PKT menyatakan bahwa tidak akan ada deflasi dalam komentar- komentar resminya. PKT telah mengambil pendekatan yang keras terhadap perekonomian Tiongkok, termasuk mengeluarkan miliaran stimulus dan menggunakan pasukan keamanan nasional untuk mengatur sektor keuangan.

Tiongkok memang sedang mengalami guncangan finansial. Sektor real estat, yang mendorong sebagian besar perekonomian Tiongkok, mengalami terjun bebas, dengan sebagian besar grup besar terlilit utang dan banyak yang dituntut oleh investor untuk dilikuidasi. China Evergrande Group, perusahaan dengan hutang terbesar di dunia, telah menjadi contoh dari krisis ini.

Investasi asing di Tiongkok juga berkurang. Data resmi menunjukkan penurunan tajam di awal tahun ini, yang telah dicoba untuk diremehkan oleh rezim ini ketika mereka berusaha untuk menarik investasi asing. Bulan ini, bursa saham Tiongkok berhenti merilis data harian dan real-time mengenai ekuitas asing yang masuk ke Tiongkok, membuat indikator pasar utama hanya tersedia setiap tiga bulan.

Reuters berkontribusi pada laporan ini.