Zhang Qin – New Tang Dynasty Television
Pada 19 Agustus dini hari, terjadi tabrakan antara kapal penjaga pantai Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Filipina di Laut Tiongkok Selatan, mengakibatkan kerusakan pada setidaknya dua kapal Filipina. Insiden ini semakin memperburuk ketegangan antara kedua negara di wilayah yang telah lama menjadi sengketa.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat segera mengeluarkan pernyataan yang mengutuk tindakan PKT sebagai “sengaja” dan meminta menghentikan tindakan “berbahaya” di Laut Tiongkok Selatan. AS menegaskan kembali dukungannya terhadap Filipina dan menekankan bahwa mereka berdiri bersama sekutu mereka dalam menghadapi ancaman.
Menurut laporan, setidaknya ada tiga tabrakan yang terjadi antara kapal Tiongkok dan Filipina pada hari itu. Setelah insiden tersebut, PKT justru menyalahkan Filipina atas tabrakan tersebut, sementara pihak Filipina menolak tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa mereka akan tetap menjaga kedaulatan wilayah mereka.
Duta Besar Uni Eropa untuk Filipina, Luc Veron, menilai manuver angkatan laut rezim Tiongkok “berbahaya” dan “mengganggu”, menurut sebuah unggahan pada 25 Agustus di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“Uni Eropa percaya bahwa penghormatan terhadap hukum internasional termasuk UNCLOS [Konvensi PBB tentang Hukum Laut] sangat penting di Laut Tiongkok Selatan seperti halnya di tempat lain,” tulis Veron.
Australia, Jepang, Selandia Baru,dan Inggris juga telah mengemukakan kekhawatiran mereka.
“Australia berbagi keprihatinan dengan Filipina tentang tindakan berbahaya dan agresif lebih lanjut oleh Tiongkok di laut dan udara, termasuk penabrakan kapal dan meriam air di dekat Sabina Shoal,” tulis duta besar Australia untuk Filipina, Hae Kyong Yu, dalam sebuah postingan di X. “Sengketa harus diselesaikan secara damai sesuai dengan hukum internasional.”
Sabina Shoal, yang juga disebut sebagai Escoda Shoal oleh Filipina dan sebagai Xianbin Reef oleh Tiongkok, merupakan bagian dari Laut Tiongkok Selatan, yang mana bagi Filipina disebut sebagai Laut Filipina Barat.
Duta Besar Jepang untuk Filipina, Endo Kazuya, mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa insiden terbaru ini merupakan “perkembangan yang tidak dapat diterima.”
“Setiap gangguan & tindakan yang meningkatkan ketegangan atau menghalangi kebebasan navigasi tidak dapat ditoleransi. Menegakkan tatanan [internasional] berbasis aturan dan berpegang pada komitmen harus diutamakan,” tulis Kazuya.
Insiden terbaru ini merupakan tabrakan kapal kedua antara kedua belah pihak di dekat Sabina Shoal.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Filipina, Jonathan Malaya, menegaskan bahwa penjaga pantai Filipina akan terus melaksanakan tugas menjaga keamanan di wilayah laut mereka, sambil menghadapi setiap ancaman terhadap kepentingan nasional.
Pernyataan Departemen Luar Negeri AS juga mengkritik tindakan kapal PKT yang disebut “ceroboh” dan “sengaja” menabrak kapal penjaga pantai Filipina, yang menyebabkan kerusakan struktural dan membahayakan keselamatan awak kapal.
AS juga mengingatkan kembali akan Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina dan menyatakan bahwa tindakan Tiongkok sebagai contoh terbaru dari upaya untuk mewujudkan klaim maritim ilegal mereka di Laut Tiongkok Selatan. AS mendesak Beijing agar mematuhi hukum internasional dan menghentikan tindakan yang membahayakan dan merusak stabilitas. (Hui)