Personel Intelijen Militer Korsel Dibeli oleh Intel Tiongkok, Membocorkan Rahasia Selama 7 Tahun dan Menerima 120 Ribu Dolar AS

Pada 28 Agustus 2024 lalu, Tim Kejaksaan Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa seorang pegawai sipil di Komando Intelijen Pertahanan Korea Selatan (KDIC) telah ditangkap karena diduga membocorkan rahasia militer. Pegawai berusia 49 tahun ini telah mengakui bahwa pada tahun 2017, ia direkrut oleh agen intelijen Tiongkok dan menerima instruksi dari agen tersebut untuk mengumpulkan informasi dengan cara mencetak, memotret, dan mengambil tangkapan layar. Ia kemudian membawa informasi yang dikumpulkan ke rumah pribadinya di luar kamp militer dan mengirimkannya melalui jaringan cloud Tiongkok. Rahasia militer yang bocor termasuk daftar agen intelijen yang ditempatkan di luar negeri

Secretchina.com

Selama bertahun-tahun, militer Korea Selatan tidak menyadari adanya celah keamanan besar di dalam Komando Intelijen Pertahanan, hingga penyelidikan dimulai pada Juni 2024 lalu. 

Jaksa menyatakan bahwa terdakwa telah mengakui direkrut oleh agen Tiongkok pada tahun 2017 dan menerima uang tunai saat melakukan perjalanan bisnis ke Tiongkok. Terdakwa sebelumnya bertugas sebagai perwira di Komando Intelijen Pertahanan dan dipekerjakan sebagai pegawai sipil pada sekitar tahun 2000, lalu melaksanakan operasi di Tiongkok dan tempat lainnya.

Pada April 2017, saat mencoba menghubungi agen lokal di Bandara Yanji, Tiongkok, ia ditahan oleh pihak berwenang Tiongkok. Ia mengatakan kepada jaksa bahwa ia mulai bekerja sama dengan agen Tiongkok karena merasa keluarganya terancam.

Setelah kembali ke Korea Selatan, ia tidak melaporkan pengalamannya kepada pihak berwenang. Ia mengakui mulai membocorkan rahasia militer sejak November 2017 dan menerima uang tunai selama kunjungannya ke Tiongkok. Ia mengklaim bahwa awalnya ia bertindak di bawah tekanan, tetapi kemudian mengakui bahwa ia secara sukarela mengirim lebih banyak rahasia untuk mendapatkan lebih banyak uang. Jaksa menyatakan bahwa keuntungan finansial adalah motif utamanya.

Jaksa juga mengungkapkan bahwa dokumen yang dicuri diunggah ke jaringan cloud Tiongkok dalam bentuk beberapa file terkompresi, yang masing-masing dilindungi dengan kata sandi. Terdakwa kemudian mengirimkan kata sandi tersebut kepada agen Tiongkok melalui pesan suara dalam aplikasi permainan. 

Penyelidik telah berhasil memulihkan ribuan pesan tersebut. Penyelidikan menemukan bahwa sejak Juni 2022, terdakwa telah membocorkan 30 dokumen militer dan menerima sekitar 160 juta won (sekitar 120 ribu dolar AS) melalui akun fiktif sejak Mei 2019. Dari 30 dokumen militer yang bocor, 12 adalah dokumen tertulis dan 18 adalah pesan suara, termasuk beberapa daftar agen rahasia. 

Jaksa militer menyatakan bahwa karena terdakwa adalah seorang ahli dalam operasi intelijen, ia menggunakan metode yang sangat cermat. Namun, karena kurangnya bukti yang cukup, informasi yang bocor antara tahun 2017 dan awal 2022, serta jumlah uang yang diterima antara tahun 2017 dan 2019, tidak dimasukkan dalam dakwaan.

Pada 27 Agustus, jaksa militer mengajukan tuntutan terhadap petugas intelijen tersebut dengan dakwaan penghianatan, menerima suap, dan pelanggaran Undang-Undang Kerahasiaan Militer. Namun, jaksa militer tidak mengajukan dakwaan spionase, tampaknya karena kasus ini sementara tidak memiliki kaitan yang jelas dengan Korea Utara. Hukum militer Korea Selatan mendefinisikan spionase sebagai kegiatan mata-mata untuk Korea Utara. 

Namun, jaksa mencatat bahwa agen Tiongkok yang disebut terdakwa sebenarnya mungkin adalah agen Korea Utara, dan penyelidikan kasus ini masih berlangsung. Jaksa militer juga menyebutkan bahwa berdasarkan pengakuan terdakwa, pihak yang dimaksud bukanlah polisi Tiongkok, melainkan seorang pejabat badan intelijen, dan orang tersebut berbicara dengan aksen etnis Korea. Namun, karena menggunakan nama samaran, identitas sebenarnya belum dapat dipastikan.

Data Personel Intelijen Militer Korea Selatan Bocor, Operasi Intelijen Luar Negeri Terpaksa Dihentikan

Komando Intelijen Pertahanan Nasional Korea Selatan, yang bertanggung jawab mengumpulkan intelijen, mengalami kebocoran data personel intelijen. Diperkirakan bahwa informasi pribadi ribuan personel aktif mungkin telah jatuh ke tangan Korea Utara. 

Media Korea melaporkan bahwa militer telah meminta personel terkait di luar negeri untuk menghentikan operasi dan kembali ke Korea. Chosun Ilbo mengutip sumber yang mengetahui masalah ini dan melaporkan bahwa sekitar satu bulan yang lalu, ditemukan bahwa data pribadi dari ratusan hingga ribuan personel intelijen telah bocor ke Korea Utara. Meskipun waktu kebocoran tidak pasti, namun terdiri dari sejumlah besar data personel aktif yang bocor, termasuk “agen putih” yang bertugas di luar negeri dengan kedok sebagai diplomat atau pejabat publik lainnya, serta “agen hitam” yang menyamar untuk mengumpulkan intelijen.

Menanggapi hal ini, komando intelijen telah meminta semua personel intelijen aktif yang ditempatkan di luar negeri untuk kembali ke Korea. Karena identitas mereka telah terungkap, mereka mungkin sangat sulit untuk ditempatkan kembali di luar negeri. 

Ada kekhawatiran bahwa operasi pengumpulan intelijen terhadap Korea Utara akan sangat terganggu. Menurut laporan, pada tanggal 26 Agustus, anggota parlemen dari partai oposisi utama Korea Selatan, Partai Demokrat Bersatu, Kim Min-seok, menyatakan bahwa insiden kebocoran data personel intelijen di bawah komando intelijen telah menarik perhatian publik. Militer mengatakan bahwa Komando Pertahanan Kontraintelijen Nasional telah mulai melakukan penyelidikan.

Pada tahun 2018, komando intelijen juga mengalami insiden kebocoran informasi rahasia, ketika seorang perwira tingkat kepala ditemukan telah menjual berbagai rahasia militer kepada Tiongkok dan Jepang sejak tahun 2013, termasuk informasi tentang operasi intelijen di Tiongkok, rencana militer menghadapi Korea Utara, serta informasi intelijen Korea Utara yang diberikan oleh militer Amerika Serikat. (jhon)