Ada Banyak Rumor tentang Pemimpin PKT dan Vietnam yang Berada dalam Satu Pigura di Beijing

Yang Wei

Pada 19 Agustus, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping yang cukup lama tidak terlihat, telah muncul di hadapan publik dan menyambut Sekretaris Jenderal baru Partai Komunis Vietnam, To Lam yang sedang berkunjung, yang dianggap sebagai semacam sanggahan terhadap banyak rumor dari dunia luar. 

Melihat bahwa Vietnam mungkin akan bermain mata dengan AS dan sekutunya, meskipun Zhongnanhai tidak memiliki dana, mereka tidak punya pilihan lain selain menggunakan bujukan keuntungan untuk mencegahnya jatuh ke dalam kepasifan strategis yang lebih mendalam. 

Dua strategi utama pemimpin PKT telah terungkap baru-baru ini dan dikatakan telah dicemooh secara internal. Penampilan pamer politik ini tidak dapat menyembunyikan rasa canggung Zhongnanhai, juga tidak dapat menghentikan lebih banyak rumor.

Pemimpin PKT Tampaknya Menjanjikan Lebih Banyak Keuntungan bagi Vietnam

Pada 19 Agustus, pemimpin PKT, Xi Jinping mengadakan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, To Lam yang sedang berkunjung ke Beijing. Mereka mengakhiri ketidaktampakan mereka akhir-akhir ini dan sepertinya memang dengan sengaja hendak membantah berbagai rumor yang beredar akhir-akhir ini. Keduanya mengatakan bahwa hubungan Tiongkok-Vietnam adalah “prioritas” diplomatik mereka masing-masing, ini semestinya hanyalah hal yang klise.

Pada 26 Juli, Wang Huning, Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok, pergi ke Vietnam untuk berkabung atas kematian Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, Nguyen Phu Trong. Ketika To Lam bertemu dengan Wang, ia berkata, “Vietnam telah memutuskan bahwa mereka sangat mementingkan dan menganggap hubungan dengan Tiongkok sebagai arah prioritas kebijakan luar negeri Vietnam.”

Pada 27 Juli, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken juga mengunjungi Vietnam untuk memberikan penghormatan terakhir bagi Nguyen Phu Trong. Ketika To Lam bertemu dengan Blinken, ia juga berkata, “Vietnam menganggap AS sebagai mitra strategis terpenting Vietnam dan menyambut komitmen AS yang berkelanjutan untuk mendukung negara yang kuat, mandiri, dan berdaulat, serta Vietnam yang makmur.”

Vietnam juga berada di bawah kekuasaan Partai Komunis dan lokasinya dekat dengan Tiongkok. Seharusnya Vietnam memiliki hubungan yang lebih dekat dengan PKT. Namun, Vietnam justru telah memilih untuk mengembangkan hubungan dengan Tiongkok dan Amerika Serikat pada saat yang sama. Hal ini membuat Zhongnanhai merasa tidak nyaman.

Warisan perang Tiongkok-Vietnam masih jauh dari kata hilang. Vietnam tidak ingin perang dimulai lagi, tetapi menyadari bahwa kekuatannya sendiri lemah dan hanya dapat mengandalkan diplomasi yang beragam untuk menyeimbangkan diri dengan PKT, dan dengan cara ini, mereka mengharuskan Beijing untuk memberikan lebih banyak manfaat ekonomi.

To Lam mengusulkan kepada Xi Jinping secara langsung bahwa ia berharap Beijing akan memberikan pinjaman istimewa, transfer teknologi, pelatihan sumber daya manusia, dan dukungan investasi berkualitas tinggi untuk proyek infrastruktur transportasi utama Vietnam, serta memperkuat kerja sama investasi dalam ekonomi hijau, ekonomi digital, dan lain sebagainya. Kedua belah pihak menandatangani serangkaian dokumen kerja sama, yang mencakup impor dan ekspor produk pertanian, perawatan medis dan kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan perdagangan, industri, perbankan, dan berbagai bidang lainnya.

Sekretaris jenderal baru Partai Komunis Vietnam itu akan segera duduk sama tinggi dengan pemimpin PKT, dan ia akan balik ke tanah air dengan mengantongi banyak manfaat ekonomi. Ia telah memulai tiga langkah pertama setelah menjabat. Sebaliknya, keuangan PKT menjadi semakin ketat, dan harus menjanjikan dana lagi dalam upaya menggaet Vietnam ke sisinya, tetapi tidak diketahui berapa banyak yang akan benar-benar terealisir.

PKT Jatuh ke Dalam Kepasifan Strategis dalam Menghadapi Vietnam

Setelah To Lam bertemu dengan Xi, pernyataan Vietnam bahwa To Lam menekankan, “Vietnam menganut kebijakan luar negeri menerapkan kemerdekaan, kemandirian, perdamaian, persahabatan, kerja sama dan pembangunan, hubungan diplomatik yang beragam dan berbagai kerja sama di bidang lainnya.”

Pernyataan PKT tidak menyebutkan konten ini, tetapi menyebutkan apa yang disebut “enam pembaruan” secara umum tanpa memberikan penjelasan terperinci. “Enam pembaruan” yang tercantum dalam pernyataan Vietnam adalah: Kepercayaan timbal balik politik yang lebih tinggi, kerja sama pertahanan dan keamanan yang lebih praktis, kerja sama praktis yang lebih dalam, fondasi sosial yang lebih kuat, kerja sama multilateral yang lebih erat, dan penyelesaian perbedaan yang lebih baik.

Pernyataan Vietnam juga menyatakan bahwa terkait masalah maritim, perlu “kerja keras untuk mengendalikan dan menyelesaikan perbedaan… perlu menghormati kepentingan sah masing-masing dan menyelesaikan perselisihan melalui cara damai”; juga menegaskan kembali serangkaian hukum dan konvensi internasional, termasuk Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Konvensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di Laut Tiongkok Timur, dan Kode Etik di Laut Tiongkok Timur.

Dalam pernyataan PKT tidak disebutkan isi spesifik ini, tetapi hanya mengatakan secara umum bahwa “Vietnam bersedia bekerja sama dengan Tiongkok untuk mengelola perbedaan maritim dengan baik”.

Pada 9 Agustus, Vietnam dan Filipina melakukan latihan gabungan pertama penjaga pantai mereka di Teluk Manila. Dunia luar percaya bahwa ini adalah sinyal yang dikirim oleh Vietnam ke Beijing. PKT berusaha memberikan tekanan maksimal pada Filipina, tetapi Vietnam bersedia bekerja sama dengan Filipina, yang sama saja dengan menyatakan keengganannya untuk menerima paksaan PKT. Baik Tiongkok maupun Filipina berharap agar AS lebih terlibat dalam urusan regional.

Pada awal Maret, PKT secara sepihak mengumumkan penetapan “garis dasar laut teritorial” baru di Teluk Tonkin antara Tiongkok dan Vietnam. Vietnam kemudian meminta Beijing untuk menghormati hukum internasional dan hak serta kepentingan Vietnam.

Partai Komunis Tiongkok dan Vietnam berbicara tentang kerja sama di permukaan, tetapi mereka telah bersaing satu sama lain di balik layar. PKT telah memprovokasi konfrontasi antara Tiongkok dan AS, dan sejumlah besar rantai pasokan telah dialihkan ke Vietnam. Hanoi telah memperoleh banyak keuntungan secara ekonomi dan terus mengambil kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak inisiatif strategis. Beijing dapat mengklaim sebagai pemimpin secara permukaan, tetapi sebenarnya secara strategis pasif.

Seberapa Efektifkah Hal itu untuk Membantah Rumor?

Baru-baru ini, ada banyak rumor di Beijing, semuanya terkait langsung dengan Xi Jinping, termasuk Xi Jinping yang sakit parah atau bahkan meninggal, karya-karya pilihan Xi Jinping dikeluarkan dari rak dan potretnya diganti, dua wakil ketua Komisi Militer bergabung untuk mengendalikan Xi Jinping, Ding Xuexiang atau Hu Chunhua mengambil alih, dan lain sebagainya.

Para pemimpin puncak Partai Komunis Tiongkok menghilang secara kolektif di Beidaihe, dan rumor dari luar semakin keras dan tinggi; beberapa di antaranya menyesatkan, dan beberapa tampaknya sangat keterlaluan. Setelah masa pemulihan di Beidaihe, dilaporkan bahwa PKT mencapai konsensus 8 poin di Beidaihe, dan Xi Jinping dipaksa untuk membuat konsesi; kemudian Wen Jiabao menunjukkan bahwa Cai Qi dan Li Xi adalah sisa-sisa pemberontak dalam Revolusi Kebudayaan; kegiatan peringatan PKT untuk Deng Xiaoping juga sebagai semacam sinyal politik, dan lain sebagainya.

Dengan Xi Jinping tampil di depan publik bersama Sekretaris Jenderal Vietnam, tampaknya sebagian besar rumor telah terbantahkan. Dunia luar mencoba menemukan beberapa kejanggalan dalam video CCTV, tetapi tampaknya tidak ada tanda-tanda nyata bahwa pemimpin Partai Komunis Tiongkok itu dalam kondisi fisik yang kurang sehat atau kehilangan kekuasaan.

Pemimpin Partai Komunis Tiongkok mungkin telah menggunakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam untuk menghilangkan banyak rumor. Namun, kesulitan internal dan eksternal kubu Zhongnanhai masih tetap ada, dan masih belum ada strategi yang baik untuk mengatasinya. Kekuasaan tingkat tinggi dan rezim Partai Komunis Tiongkok selalu dalam kekacauan. Setelah pertemuan antara para pemimpin partai Tiongkok dan Vietnam, Partai Komunis Vietnam tidak bergantung pada sikap Partai Komunis Tiongkok, tetapi terus menekankan diplomasi multi-aspek. Zhongnanhai tampak pasif dalam menghadapi Vietnam, apalagi dalam menghadapi rencana yang lebih besar. (OSC/whs)