Tidak Ingin Dicuci Otak oleh Beijing Hingga Pupusnya Harapan, Permohonan Suaka Warga Tiongkok di Inggris Naik Dua Kali Lipat dalam 11 Tahun

Secretchina.com 

Menurut laporan media Amerika, jumlah warga Tiongkok yang mencari suaka politik di Inggris telah meningkat dari 798 orang pada tahun 2012 menjadi 2.384 orang pada tahun 2023, atau naik sekitar dua kali lipat dalam 11 tahun. Alasan mereka mencari suaka telah berubah dari sekadar pertimbangan ekonomi menjadi pengejaran kebebasan politik dan sosial.

Voice of America (VOA) mengutip data dari UNHCR (Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi) menyebutkan bahwa sejak Xi Jinping menjabat sebagai Presiden Tiongkok dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok pada tahun 2012, jumlah warga Tiongkok yang mencari suaka di Inggris meningkat dari 798 orang pada tahun 2012 menjadi 2.384 orang pada tahun 2023. Bahkan pada tahun 2022, ketika pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19 dicabut, jumlahnya mencapai 2.747 orang. Pengamat mencatat bahwa motivasi para pencari suaka ini telah beralih dari sekadar pertimbangan ekonomi menjadi pengejaran kebebasan politik dan sosial.

Yu Bin, yang pernah bekerja sebagai konsultan bisnis di Shanghai, mengatakan bahwa dia telah tiga kali ditahan karena berpartisipasi dalam unjuk rasa Covid-19 di Tiongkok atau dikenal juga Gerakan Kertas Putih. Setelah tiba di Inggris, dia mengajukan suaka politik karena merasa sangat kecewa dengan lingkungan politik di Tiongkok. 

“Kebijakan ketat selama lockdown membuat saya putus asa terhadap sistem ini. Melihat banyak orang yang berdiri setelah kebakaran di Urumqi, bahkan menyerukan ‘Turunkan Xi Jinping,’ membuat saya sadar bahwa saya tidak bisa terus hidup dalam lingkungan seperti itu,” ujarnya.

Huang Hua, yang bekerja di bidang hukum imigrasi di Inggris, telah menyaksikan perubahan motivasi pencari suaka dari Tiongkok selama 20 tahun terakhir. Huang Hua mengenang bahwa pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, kebanyakan orang Tiongkok yang datang ke Inggris untuk mencari suaka berasal dari Provinsi Fujian. Mereka biasanya masuk ke Inggris secara ilegal dengan tujuan utama untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Para pencari suaka awal ini sebagian besar tidak melakukannya karena alasan politik, tetapi untuk mendapatkan status legal untuk bekerja di Inggris dan meningkatkan kondisi ekonomi mereka, termasuk membayar utang biaya penyelundupan.

Namun, dalam 10 tahun terakhir, kelompok pencari suaka dari Tiongkok telah mengalami perubahan yang signifikan. Semakin banyak pencari suaka yang berasal dari kalangan kelas menengah Tiongkok, terutama kaum intelektual muda dan profesional. Motivasi mereka pun beralih dari tujuan ekonomi murni menjadi pengejaran kebebasan politik dan sosial.

Nyonya Zeng, yang berasal dari Tiongkok Timur Laut, telah tinggal di Inggris selama 10 tahun dan saat ini bekerja di Chinatown. Meskipun hidup di Inggris tidak mudah, dia percaya bahwa lingkungan di sini lebih baik untuk anak-anaknya. 

“Kontrol pemerintah Beijing terhadap pendidikan dan budaya semakin ketat. Saya tidak ingin anak-anak saya tumbuh dalam lingkungan seperti itu,” katanya.

Nyonya Zeng menyatakan bahwa meskipun ada pengorbanan ekonomi, anak-anaknya di Inggris dapat terpapar pada berbagai pemikiran dan budaya yang lebih beragam, serta tidak dipaksa menerima doktrin yang dipaksakan secara satu arah.

Huang Hua juga mengamati tren ini, mencatat bahwa semakin banyak pencari suaka tidak hanya mencari kebebasan pribadi, tetapi juga ingin memberikan anak-anak mereka lingkungan tumbuh yang lebih bebas. Mereka khawatir anak-anak mereka akan dicuci otak secara politik di Tiongkok, sehingga memilih untuk menetap di luar negeri. Banyak dari orang tua ini sebelumnya memiliki kehidupan yang stabil di Tiongkok, tetapi pada akhirnya mereka memilih untuk melepaskan semuanya demi memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka, tanpa cuci otak oleh Partai Komunis Tiongkok.

Tak Lagi Punya Harapan pada Beijing, Penyusupan Ilegal ke AS Meningkat 20 Kali Lipat Tahun Lalu

Menurut laporan CNN, semakin banyak orang Tiongkok yang meninggalkan tanah air mereka karena kesulitan hidup dan menempuh perjalanan berbahaya menuju Amerika Serikat melalui Amerika Selatan. Saat ini, di Ekuador muncul industri bawah tanah yang mencakup layanan penjemputan, akomodasi, dan perencanaan perjalanan.

Pada musim dingin terakhir, puluhan orang Tiongkok berada di sebuah kamp sementara di pinggiran San Diego, California, di dekat perbatasan Meksiko. Mereka adalah orang Tiongkok yang baru saja tiba di Amerika Serikat, menunjukkan tren baru yang mengejutkan. Menurut data dari US Customs and Border Protection (CBP), dari Januari hingga November 2023, lebih dari 31.000 warga Tiongkok ditangkap oleh otoritas AS karena memasuki Amerika Serikat secara ilegal dari Meksiko. Selama 10 tahun terakhir, rata-rata sekitar 1.500 orang ditangkap setiap tahunnya.

Gelombang besar orang Tiongkok yang melintasi perbatasan mencerminkan bahwa meskipun ada retorika “kebangkitan nasional” yang digaungkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping, masih banyak orang yang tergesa-gesa meninggalkan tanah air mereka.

Sebelumnya, selama tiga tahun penerapan pembatasan ketat COVID-19 di Tiongkok, banyak orang kehilangan pekerjaan. Harapan mereka terhadap Partai Komunis Tiongkok, yang semakin memperketat cengkeramannya pada semua aspek kehidupan, telah memudar. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang pernah membuat iri dunia kini mengalami kemunduran, sehingga harapan rakyat akan pemulihan ekonomi pun sirna.

Selain itu, banyak orang merasa terbatasi dalam kehidupan pribadi mereka. Di negara dengan populasi 1,4 miliar ini, kebebasan berbicara, masyarakat sipil, dan agama secara luas ditekan.

Seorang pria paruh baya yang ditanya oleh seorang jurnalis mengapa dia menempuh perjalanan jauh ke Amerika Serikat hanya menjawab, “Kami adalah orang Kristen.”

Menurut analisis terbaru dari CNN terhadap data penegakan hukum, saat ini orang Tiongkok menjadi salah satu kelompok yang paling cepat bertambah jumlahnya dalam penyusupan ilegal ke Amerika Serikat.

Pada Maret 2023, Fox News melaporkan bahwa di salah satu wilayah paling sibuk di perbatasan selatan AS, “Rio Grande Valley,” jumlah imigran ilegal Tiongkok melonjak hingga 900%. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun fiskal 2021, ada 450 warga Tiongkok yang menerobos perbatasan, tetapi pada tahun fiskal 2022 jumlahnya meningkat menjadi 1.176 orang, dan pada tahun fiskal ini, sejak Oktober tahun lalu hingga saat ini, sudah mencapai 4.366 orang. (jhon)