23 Perusahaan Baja di Tiongkok Merugi,  Pembangunan Pabrik Baja Dihentikan dan Masalah Over kapasitas Belum Terselesaikan

Tang Rui, dan reporter khusus Luo Ya – NTD

Baru-baru ini Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok  menghentikan pembangunan pabrik baja baru. Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 20 perusahaan baja yang terdaftar di bursa saham Tiongkok mengalami kerugian pada paruh pertama tahun ini. Apa penyebab di balik situasi ini? Berikut  laporan analisisnya.

Seorang pembawa acara online dan komentator baja berkata: “Saya kembali ke Pusat Perdagangan Logam Yangtze hari ini, tetapi lihatlah, ada tujuh crane di sini, dan tidak ada satu pun truk pengangkut.”

Hingga 30 Agustus, 27 perusahaan baja yang terdaftar di Tiongkok telah merilis laporan tahunan paruh pertama mereka. Hanya empat perusahaan, termasuk Nanjing Steel, yang melaporkan laba bersih positif, sementara sisanya terus mengalami penurunan keuntungan dan kerugian yang semakin meluas.

Di antara perusahaan yang melaporkan kerugian, Ansteel Group Corporation berada di posisi teratas dengan kerugian sebesar RMB.2,689 miliar .

Sun Guoxiang, Direktur Institut Penelitian Asia-Pasifik di Universitas Nanhua Taiwan: “Industri baja Tiongkok telah lama menghadapi masalah over kapasitas, terutama dalam konteks pasar real estate yang lesu dan penurunan investasi infrastruktur oleh pemerintah daerah. Hal ini menyebabkan permintaan baja semakin menurun dan harga baja juga turun secara drastis, yang menyebabkan keuntungan industri baja saat ini terkena dampaknya.”

Pembawa acara siaran langsung Da Liu Liao Chang berkata: “Hari-hari sulit benar-benar akan datang. Dalam tiga tahun ke depan, kerugian seluruh pabrik baja pasti akan menjadi hal yang biasa.”

Selain kekurangan permintaan domestik yang serius, analis juga berpendapat bahwa over kapasitas dalam industri baja Tiongkok terkait dengan sistem ekonomi terencana Partai Komunis Tiongkok.

David Huang, seorang ekonom asal Amerika Serikat yang berfokus pada Tiongkok: “Sejak era Mao Zedong, pimpinan Partai Komunis Tiongkok selalu menggunakan produksi baja sebagai indikator industrialisasi negara. Dalam sistem birokrasi dan pembangunan perusahaan milik negara di masa lalu, serta dalam ekonomi terencana, baja dianggap sebagai kapasitas penting. Perusahaan milik negara sering kali menggunakan kapasitas produksi sebagai modal politik dan prestasi politik, jadi mereka berusaha keras untuk memperluas kapasitas.”

Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok pada  Januari, produksi pig iron Tiongkok tahun lalu sekitar 871 juta ton, naik 0,7% dari tahun ke tahun; sementara produksi baja melebihi 1,36 miliar ton, naik 5,2% dari tahun ke tahun.

Sejumlah besar perusahaan baja  mencoba mengatasi kekurangan permintaan domestik dengan meningkatkan ekspor, tetapi justru mengganggu pasar internasional dan mengundang penolakan global.

Sun Guoxiang berkata: “Pembatasan perdagangan oleh negara-negara Barat juga telah memperburuk situasi sulit yang dihadapi oleh industri baja Tiongkok saat ini.”

Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok baru-baru ini mengeluarkan pemberitahuan yang menyatakan bahwa hubungan pasokan dan permintaan di industri baja Tiongkok menghadapi tantangan baru. Mulai 23 Agustus, semua daerah di seluruh negeri telah menangguhkan pengumuman rencana penggantian kapasitas baja baru, yang berarti pembangunan pabrik baja baru dihentikan.

Namun, analis berpendapat bahwa bahkan dengan penghentian pembangunan pabrik baru, masalah over kapasitas tidak dapat diatasi karena penurunan ekonomi secara keseluruhan di Tiongkok dan kesulitan dalam meningkatkan permintaan baja.

David Huang: “Karena baja terutama digunakan untuk sektor konstruksi, real estate, otomotif, dan barang-barang konsumen seperti peralatan rumah tangga. Saat ini, situasi real estate dan infrastruktur di Tiongkok sangat buruk. Tekanan penurunan ekonomi semakin meningkat, dan situasi ekonomi secara keseluruhan  tidak optimis, sehingga kondisi permintaan domestik juga memburuk.” (Hui)