Krisis di Industri Semikonduktor Tiongkok : Pabrik Chip Chongqing Xiangdixian Dibubarkan, 400 Pekerja Menganggur

Huang Yimei/Chang Chun/Chen Jianming

Pada 30 Agustus, pabrik semikonduktor besar di Chongqing, Tiongkok, bernama “Xiangdixian,” mengadakan pertemuan seluruh karyawan dan mengumumkan pembubaran resmi perusahaan. Lebih dari 400 karyawan kehilangan pekerjaan dalam semalam, mengejutkan dalam  industri ini. Namun, Xiangdixian segera mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan bahwa perusahaan hanya sedang menyesuaikan struktur organisasi di tengah tekanan, yang mana dianggap oleh beberapa ahli sebagai upaya untuk meredam dampak negatif di pasar.

Dalam beberapa tahun terakhir, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah berupaya keras untuk mengembangkan industri semikonduktor domestik. Namun, dengan pembatasan chip yang terus diperketat oleh Amerika Serikat, semakin sulit bagi perusahaan semikonduktor Tiongkok untuk bertahan.

Xiangdixian, yang dikenal sebagai “NVIDIA Tiongkok,” didirikan pada tahun 2020 dan telah meluncurkan dua produk GPU, “Tianjun No. 1” dan “Tianjun No. 2.” Pada puncaknya, nilai perusahaan ini pernah mencapai RMB. 15 miliar , tetapi kini tiba-tiba dibubarkan dan bangkrut.

Menurut laporan media Tiongkok, manajemen Xiangdixian mengungkapkan dalam pertemuan tersebut bahwa perusahaan dan investor pernah menandatangani perjanjian investasi seri B senilai RMB. 500 juta , tetapi akhirnya gagal mencapai kesepakatan. Perusahaan tersebut kini digugat oleh pemegang saham, dan rekening banknya telah dibekukan, sehingga tidak bisa mendapatkan suntikan dana baru.

Analisis dari Para Ahli

Para ahli menilai bahwa situasi ini mencerminkan kesulitan yang dihadapi oleh kalangan industri semikonduktor Tiongkok dalam situasi global saat ini. ]

Zhang Xiaogang, seorang pakar Tionghoa di Australia, menjelaskan bahwa Tiongkok kini menghadapi lebih banyak hambatan dalam mengakses produk dan teknologi canggih karena pembatasan dan pemisahan teknologi dari negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

Zhang juga menyebutkan bahwa model pengembangan industri di Tiongkok seringkali didasarkan pada meniru berbagai perusahaan teknologi terdepan di dunia. Misalnya, Huawei diharapkan bersaing dengan Apple, dan sekarang Xiangdixian dimaksudkan untuk bersaing dengan NVIDIA. Namun, Zhang menekankan bahwa pendekatan ini seringkali bergantung pada teknologi luar negeri melalui berbagai cara, seperti menyalin atau mencuri teknologi, yang mana pada dasarnya tertinggal dari kemajuan ilmiah global.

Lan Shu, seorang komentator yang tinggal di Amerika Serikat, juga menyebutkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh industri teknologi tinggi di Tiongkok bukan hanya soal teknologi, melainkan juga masalah sistem. Menurutnya, PKT ingin mengembangkan teknologi tinggi untuk mengancam negara-negara lain, terutama dunia bebas, sehingga pasti akan mendapat perlawanan dari komunitas internasional.

Pada 1 September, Xiangdixian merilis pengumuman yang mengklaim bahwa meskipun perusahaan menghadapi tekanan penyesuaian pasar, tidak ada tindakan pembubaran atau likuidasi yang diambil. Namun, beberapa ahli percaya bahwa pernyataan ini mungkin sebagai upaya untuk meredam dampak negatif di pasar.

Bloomberg melaporkan bahwa pemerintah Belanda sedang merencanakan untuk lebih membatasi ekspor peralatan manufaktur chip ke Tiongkok dari perusahaan ASML. Perdana Menteri Belanda Dick Schoof mengatakan pada 30 Agustus bahwa pemerintah Belanda akan mempertimbangkan kepentingan ekonomi ASML ketika memutuskan untuk lebih memperketat pembatasan ekspor peralatan pembuatan chip ke Tiongkok. (Hui)