Serangan Rusia Terhadap Akademi Militer Ukraina, Setidaknya Menewaskan 51 Orang dan Ratusan Terluka

oleh Zhao Fenghua dan Tian Yuan dari NTD Television

Presiden Rusia Vladimir Putin pada  Selasa (3 September), bertemu dengan Presiden Mongolia untuk mendorong rencana pembangunan pipa gas alam antara Rusia dan Tiongkok. Pada hari yang sama, militer Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Ukraina, menyebabkan lebih dari 300 korban tewas atau luka-luka. Menurut laporan dari Reuters yang mengutip pejabat Amerika Serikat, pemerintah AS hampir menyetujui pengiriman “rudal jelajah jarak jauh” kepada Ukraina.

Pada  3 September, Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Mongolia. Ini adalah kunjungan pertamanya ke negara anggota Mahkamah Pidana Internasional sejak ia dikeluarkan surat perintah penangkapan internasional.

Sebelumnya pada hari itu, Putin bertemu dengan Presiden Mongolia Ukhnaa Khurelsukh. Dalam konferensi pers pasca-pertemuan, Putin mengumumkan rencana pembangunan pipa gas alam yang menghubungkan Rusia, Mongolia, dan Tiongkok, dengan persiapan yang telah selesai.

Presiden Rusia Vladimir Putin: “Rusia adalah salah satu mitra ekonomi utama Mongolia. Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, volume perdagangan kami meningkat lebih dari 21%.”

Saat Putin mengunjungi Mongolia, Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke kota Poltava di wilayah timur-tengah Ukraina pada hari Selasa. Dua rudal menghantam sebuah lembaga pendidikan dan sebuah rumah sakit.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: “Orang-orang terjebak di bawah reruntuhan. Banyak yang berhasil diselamatkan. Lebih dari 180 orang terluka. Sayangnya, banyak yang tewas. Hingga saat ini, sudah 41 orang yang meninggal.”

Zelensky sekali lagi mendesak sekutunya untuk memberikan senjata anti-pesawat guna membantu menghentikan serangan mematikan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: “Sayangnya, setiap hari penundaan berarti lebih banyak nyawa yang hilang.”

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Georgiy Tykhyi, dalam unggahannya di media sosial X, mengatakan, “Penolakan pemerintah Mongolia untuk melaksanakan surat perintah penangkapan internasional terhadap Putin adalah pukulan serius terhadap otoritas Mahkamah Pidana Internasional. Kami akan bekerja sama dengan mitra kami untuk memastikan Ulaanbaatar bertanggung jawab atas tindakannya.”

Pada Maret 2023, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin, menuduhnya bertanggung jawab atas kejahatan perang, terutama terkait pemindahan ilegal anak-anak Ukraina ke Rusia. (hui)