Studi: Makan Makanan Ini Selama Kehamilan Dapat Menurunkan Risiko Melahirkan Bayi dengan Autisme Hingga 20%

EtIndonesia. Makan ikan saat hamil dapat mengurangi kemungkinan seorang anak didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme hingga 20%, menurut sebuah studi baru. Mengonsumsi suplemen minyak ikan tidak menghasilkan hasil yang sama.

“Studi ini memberikan lebih banyak bukti tentang keamanan dan manfaat konsumsi ikan secara teratur selama kehamilan,” kata Dr. Emily Oken, rekan penulis studi dan profesor di Harvard Medical School dan Harvard Pilgrim Health Care Institute. “Manfaat lain yang terbukti termasuk risiko kelahiran prematur yang lebih rendah dan perkembangan kognitif yang lebih baik.”

Wanita hamil disarankan untuk mengonsumsi 8 hingga 12 ons (sekitar dua hingga tiga porsi) makanan laut rendah merkuri per minggu untuk membantu perkembangan otak janin.

Namun, penulis studi baru — yang dipimpin oleh peneliti dari A.J. Drexel Autism Institute, Universitas Drexel — menemukan bahwa sekitar seperempat dari peserta hamil tidak mengonsumsi ikan apa pun.

Para peneliti memeriksa asupan ikan dari 10.800 wanita hamil dan suplementasi minyak ikan dari 12.646 wanita hamil untuk mengetahui hubungannya dengan diagnosis autisme dan ciri-ciri terkait autisme yang dilaporkan oleh orangtua.

Sekitar 65% hingga 85% peserta melaporkan bahwa mereka tidak mengonsumsi minyak ikan atau suplemen asam lemak omega-3.

Kita membutuhkan omega-3 untuk membantu organ-organ tubuh kita berfungsi dengan baik, terutama jantung, otak, dan mata kita.

Nutrisi penting ini dapat ditemukan dalam makanan seperti ikan, kacang kenari, biji rami, dan sayuran berdaun atau dalam suplemen minyak ikan. Tubuh tidak memproduksinya secara alami.

Studi Drexel menemukan bahwa hubungan antara konsumsi ikan prenatal dan prevalensi autisme yang lebih rendah agak lebih kuat pada anak perempuan.

Suplemen omega-3 selama kehamilan tidak dikaitkan dengan diagnosis autisme atau ciri-ciri terkait autisme, kata para peneliti.

Autisme adalah kondisi perkembangan yang memengaruhi cara orang belajar, berperilaku, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini rumit dan tidak dipahami dengan baik oleh para peneliti.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition edisi September. Para peneliti mengakui bahwa mereka tidak dapat memeriksa ikan mana yang dimakan, kapan ikan tersebut dikonsumsi selama kehamilan, dan berapa banyak omega-3 yang terkandung dalam suplemen tersebut.

Mereka menyerukan agar pesan publik yang lebih baik tentang pentingnya mengonsumsi ikan saat hamil. (yn)

Sumber: nypost