Penurunan Konsumsi di Tiongkok: Lebih dari 10.000 Toko Minuman Tutup dalam Dua Bulan

NTD

Tiongkok dilaporkan mengalami penurunan konsumsi secara signifikan, yang mana berdampak pada penutupan sejumlah besar gerai merek minuman kekinian. Dalam dua bulan terakhir, lebih dari 10.000 gerai minuman di seluruh negari akhirnya tutup. Menurut pedagang barang bekas, banyak peralatan dari toko-toko yang baru beroperasi dua atau tiga bulan, atau paling lama delapan hingga sembilan bulan, sudah dijual kembali.

Pada paruh pertama tahun ini, industri minuman kekinian mengalami perombakan besar dengan gelombang penutupan toko. Pada  Juli, merek minuman yang didanai oleh pembawa acara terkenal Ma Dong, Xiexie Tea, menutup semua gerainya di seluruh negeri.

Pada 18 Juli, Nayuki’s Tea melaporkan hasil kuartal kedua 2024, di mana mereka membuka 48 gerai baru, tetapi juga menutup 48 gerai lainnya, sehingga tidak ada pertumbuhan bersih.

Pada  Agustus, Cha Baidao, yang dikenal sebagai “perusahaan minuman teh kedua,” mengalami kinerja yang buruk. Data pemantauan merek menunjukkan bahwa antara Juni hingga Agustus, Cha Baidao membuka 614 toko baru tetapi menutup 905 toko lainnya.

Di Shanghai, beberapa gerai merek Mosu Yogurt juga tutup pada Agustus, termasuk gerai di pusat perbelanjaan bergengsi. Salah seorang staf mengatakan bahwa situasi bisnis tidak optimis.

Merek minuman  terkenal lainnya, Shuyi Grass Jelly, juga menutup sejumlah besar tokonya dalam beberapa bulan terakhir. Dalam 90 hari terakhir, Shuyi Grass Jelly membuka 496 toko baru, tetapi menutup 1.605 toko lainnya.

Lonjakan penutupan toko membuat bisnis pengumpul peralatan bekas menjadi sibuk. Banyak merek besar seperti Heytea, Nayuki’s Tea, dan Auntie Hu mengalami penutupan yang signifikan pada tahun ini.

Menurut laporan data pihak ketiga, dari Juni hingga Agustus, lebih dari 10.000 toko minuman  telah hilang. Masa hidup toko-toko ini semakin singkat, di mana banyak toko hanya bertahan beberapa bulan sebelum tutup. Bahkan untuk merek besar, yang dulu bisa bertahan dua hingga tiga tahun, kini banyak yang tutup hanya setelah beberapa bulan beroperasi.

Data hingga 5 Agustus 2024 menunjukkan bahwa total ada 431.753 toko minuman teh di Tiongkok. Meskipun ada 167.347 toko baru dibuka dalam setahun terakhir, hanya ada pertumbuhan bersih sebesar 35.518 toko, yang berarti sekitar 130.000 toko telah tutup dalam satu tahun terakhir.

Penutupan besar-besaran juga berdampak pada peningkatan jumlah peralatan bekas dari merek-merek terkenal seperti Cha Baidao dan Guming.

Pedagang peralatan bekas mencatat bahwa merek dengan jumlah penutupan terbesar adalah Cha Baidao, yang menyumbang 20% dari total penutupan. Merek lain seperti Guming juga menyumbang 10% dari penutupan.

Seorang pedagang barang bekas menyatakan bahwa dia tidak akan pernah membuka toko minuman sendiri, kecuali bisnis ini kembali ke prinsip dasar: rasa minuman yang baik. Hanya minuman yang enak yang akan menarik pembeli, tanpa perlu bergantung pada nama merek terkenal. (hui)