Meningkatkan Taruhan, Putin Membuat Langkah Gila

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin (16/9) menandatangani dekrit presiden yang memperluas kekuatan angkatan bersenjata Rusia dengan menambah 180 ribu personel, sehingga total menjadi 2.389.130 orang, di mana 1,5 juta di antaranya adalah personel militer. Dekrit yang dipublikasikan di situs web resmi pemerintah Rusia ini akan berlaku pada 1 Desember tahun ini, dan Putin juga menginstruksikan pemerintah Rusia untuk mengalokasikan anggaran federal untuk Kementerian Pertahanan Rusia

www.aboluowang.com

Keputusan Putin untuk memperluas kekuatan militer datang di tengah perang agresi penuh Rusia terhadap Ukraina, yang telah berlangsung lebih dari dua setengah tahun. Situasi di medan perang saat ini masih buntu, dengan kedua belah pihak mengalami kerugian besar. Militer Ukraina mengklaim telah menghancurkan lebih dari 600 ribu tentara Rusia.

Ini merupakan kali ketiga Rusia memperluas kekuatan angkatan bersenjatanya sejak invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Sebelumnya, Rusia melakukan ekspansi pada Agustus 2022 dan Desember 2023. Sembilan bulan lalu, pada Desember 2023, Rusia memperluas jumlah personel angkatan bersenjata menjadi 2.209.130 orang, dengan 1,32 juta di antaranya adalah personel militer. Kali ini, tambahan 180 ribu orang semuanya adalah personel militer.

Menurut laporan Associated Press, pasukan elit Rusia saat ini sedang melancarkan serangan di garis depan Donbass di Ukraina timur, dan telah mencapai beberapa kemenangan kecil dalam beberapa bulan terakhir. Pada Juni lalu, Putin mengungkapkan bahwa sekitar 700 ribu tentara Rusia sedang terlibat dalam apa yang disebut “operasi militer khusus” di Ukraina.

Meskipun Rusia memiliki keunggulan jumlah tentara dan persenjataan di Ukraina, mereka tetap kesulitan mengalahkan tentara Ukraina yang berjuang mempertahankan negaranya. Pada musim gugur 2022, militer Ukraina melancarkan serangan balik besar yang memaksa Rusia mengerahkan 300 ribu tentara cadangan ke medan perang. Sejak saat itu, Rusia lebih mengandalkan tentara sukarelawan yang tertarik dengan gaji militer yang tinggi.

Menurut para analis yang dikutip Associated Press, Kremlin kini enggan memanggil tentara cadangan lagi, karena khawatir hal itu dapat memicu ketidakstabilan politik dalam negeri. Pada 2022, saat Rusia pertama kali menerjunkan tentara cadangan, ratusan ribu orang melarikan diri dari Rusia untuk menghindari perang.

Pada 6 Agustus, tentara Ukraina melancarkan serangan lintas perbatasan ke wilayah Kursk di Rusia, berhasil merebut sebagian besar wilayah perbatasan antara Rusia dan Ukraina. Para pengamat militer berpendapat bahwa kekurangan personel di perbatasan adalah salah satu alasan utama keberhasilan serangan Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa tujuan utama serangan lintas perbatasan Ukraina adalah untuk memaksa Rusia menarik pasukan elit dari garis depan di Ukraina timur, sehingga mengurangi tekanan pada tentara Ukraina di sana. Namun, pihak berwenang Rusia tampaknya tidak terpengaruh, dan memilih untuk memindahkan pasukan dari wilayah lain di Rusia untuk memperkuat pertahanan di Kursk, daripada menarik pasukan dari garis depan di Ukraina timur.

Inilah salah satu alasan mengapa Rusia belum bisa mengusir tentara Ukraina yang menyerang wilayah Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pada hari Senin bahwa pasukan Rusia di Kursk telah merebut kembali dua desa dari tangan tentara Ukraina. Namun, ada laporan bahwa tentara Ukraina telah menyerbu wilayah Rusia dari titik lain di Kursk, dengan tujuan mengepung pasukan Rusia di sana.

Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat juga kembali meningkat saat Putin memerintahkan perluasan kekuatan militer Rusia. Amerika Serikat dan Inggris sedang berdiskusi apakah akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh yang disediakan oleh kedua negara tersebut untuk menyerang sasaran di wilayah dalam Rusia. Pekan lalu, Putin memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat dan Inggris mengizinkan hal tersebut, itu berarti NATO sedang dalam kondisi “berperang” dengan Rusia.

Putin juga berkali-kali menyatakan bahwa dukungan militer Barat kepada Ukraina dapat menyebabkan perang nuklir antara Rusia dan Barat. Namun, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy pada hari Minggu menyatakan bahwa ancaman Putin hanyalah “gertakan” belaka.

“Saya rasa tindakan Putin hanyalah taktik mengacau,” ujar Lammy dalam wawancara dengan BBC. “Ada banyak gertakan. Itu adalah pola perilakunya,” tambah Lammy. (jhon)