Vision Times
Pada Selasa (17/9/2024), sejumlah besar pager (dikenal juga sebagai BB Call) milik Hizbullah di Lebanon meledak hampir bersamaan, menyebabkan korban besar di pihak Hizbullah. Banyak pihak menduga bahwa ini adalah perbuatan agen Israel, meskipun Israel belum mengakuinya. Penggunaan bahan peledak dalam perangkat komunikasi sebagai alat pembunuhan oleh Israel memiliki preseden. Sebelumnya, Israel pernah menyembunyikan bahan peledak di dalam ponsel yang menewaskan Yahya Ayyash, pakar pembuat bom bunuh diri dari Hamas.
Yahya Ayyash adalah pakar bom utama Hamas, yang telah membuat sejumlah bom bunuh diri dan melancarkan serangan yang menewaskan 90 warga Israel. Karena keahliannya, ia dikenal dengan julukan “Insinyur” (Engineer), dan menjadi target utama bagi Israel. Setelah agensi kontra spionase Israel (Shin Bet) berhasil melacak keberadaannya, mereka menyuap paman Ayyash. Shin Bet memberikan sebuah ponsel kepada pamannya dan memintanya untuk menyerahkan ponsel itu kepada Ayyash.
Ponsel tersebut tidak hanya dilengkapi dengan alat penyadap, tetapi juga mengandung 15 gram bahan peledak RDX. Pada 5 Januari 1996 silam, ketika Ayyash menerima panggilan dari ayahnya, Israel yang memantau percakapan tersebut memastikan bahwa Ayyash sedang menggunakan ponsel tersebut. Israel kemudian meledakkan ponsel itu dari jarak jauh, yang langsung menewaskan Ayyash di tempat.
Israel pada waktu itu tidak mengakui keterlibatannya dalam insiden tersebut hingga akhirnya pada tahun 2012, sebuah film dokumenter mengungkap kebenaran cerita tersebut. Paman Ayyash juga menghilang tanpa jejak, dan kabarnya dia menerima uang sebesar 1 juta dolar AS, paspor palsu, serta visa Amerika Serikat.
Ledakan massal pager di Lebanon hingga kini telah menewaskan 9 orang dan melukai hampir 3.000 orang, termasuk Duta Besar Iran untuk Lebanon, Mojtaba Amani. Menurut dua anggota Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, Amani sedang membawa pager pada saat kejadian dan mengalami luka serius. Dia kehilangan satu mata, dan mata lainnya juga terluka parah. Amani akan dipindahkan ke Teheran, ibu kota Iran, untuk menjalani perawatan lebih lanjut.
Laporan dari The New York Times menyebutkan bahwa cedera Amani lebih parah dari yang sebelumnya dilaporkan. Kepala redaksi situs berita utama Pengawal Revolusi, Mashregh, Hossein Soleimani, menulis di platform sosial X bahwa luka Amani sangat serius, terutama pada matanya. Setelah ledakan, Amani dilarikan ke rumah sakit. Dalam video yang dirilis oleh media Iran, Amani terlihat berada di jalanan Beirut yang kacau balau dengan perban di matanya dan kemeja putihnya berlumuran darah.
Kantor Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam pernyataan resminya mengonfirmasi bahwa Araghchi telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Lebanon dan mengutuk serangan tersebut. Iran juga siap memulangkan Amani dan korban lainnya untuk mendapatkan perawatan di Iran, jika diperlukan. Selain Amani, dua pengawalnya juga terluka akibat ledakan pager yang mereka bawa.
Anggota Pengawal Revolusi mengatakan bahwa sebelum meledak, pager tersebut mengeluarkan suara “bip-bip” selama sekitar 10 detik. Hal ini membuat beberapa korban mengangkat pager untuk memeriksa pesan, dan pada saat itu pager meledak.
Iran biasanya menunjuk duta besar di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman dari kalangan anggota senior Pengawal Revolusi, yang juga berperan sebagai penghubung Iran dengan kelompok-kelompok militan. Ledakan ini telah membuat para pendukung pemerintah Iran merasa cemas. Mereka mengungkapkan kekhawatiran mereka di media sosial terkait kemampuan Israel untuk melancarkan serangan jarak jauh secara luas. Selain itu, ledakan ini juga membuka identitas anggota Hizbullah yang selama ini dirahasiakan. (jhon)