Israel Klaim Telah Menewaskan Komandan Senior Hizbullah yang Diburu oleh AS

Epoch Times

Pada Jumat (20/9/2024), militer Israel dan dua sumber keamanan Lebanon menyatakan bahwa dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut, pasukan Israel menewaskan Ibrahim Aqil, seorang komandan senior Hizbullah. Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah 7 juta dolar AS untuk Aqil.

Militer Israel menyatakan bahwa Aqil pernah bertugas di badan militer tertinggi Hizbullah dan saat ini adalah komandan sementara pasukan elit Radwan Hizbullah. Aqil tewas bersama komandan senior lainnya dalam pasukan tersebut. 

Menurut laporan Reuters, seorang sumber keamanan Lebanon menyebutkan bahwa Aqil tewas saat mengadakan pertemuan dengan anggota pasukan Radwan.

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel mencapai sembilan orang, dengan 59 orang lainnya terluka.

Militer Israel pada Jumat 20 September mengatakan telah melakukan “serangan yang ditargetkan” di Beirut, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut. Serangan ini merupakan pukulan baru bagi Hizbullah, setelah sebelumnya pada hari Selasa dan Rabu, organisasi tersebut menghadapi serangan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ledakan beruntun terjadi pada pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh anggota Hizbullah, menewaskan 37 orang dan melukai ribuan lainnya. Banyak yang meyakini serangan itu dilakukan oleh Israel, meskipun Israel tidak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya.

Kematian Aqil adalah serangan kedua yang menargetkan komandan militer utama Hizbullah di Beirut dalam dua bulan terakhir. Pada Juli lalu, Israel membunuh Fuad Shukr, komandan militer tertinggi Hizbullah, dalam serangan udara.

Aqil Dicari oleh AS dengan Hadiah 7 Juta Dolar AS

Sumber CNN menyebutkan bahwa Aqil adalah target utama dalam serangan Israel di Beirut selatan yang menghancurkan sebuah bangunan, menewaskan setidaknya delapan orang dan melukai puluhan lainnya. Tahun lalu menandai peringatan 40 tahun serangan Hizbullah terhadap Kedutaan Besar AS di Beirut pada 1983, yang mendorong Departemen Luar Negeri AS untuk menawarkan hadiah hingga 7 juta dolar AS bagi informasi tentang Aqil.

AS menuduh Aqil terlibat dalam serangan terhadap Kedutaan Besar pada 1983, yang menewaskan 63 orang. Pada akhir tahun yang sama, dalam ledakan yang menargetkan barak marinir AS di Beirut oleh Hizbullah, 241 personel AS tewas. 

Badan “Rewards for Justice” (Imbalan bagi Keadilan) Departemen Luar Negeri AS menawarkan imbalan bagi siapa pun yang memberikan informasi tentang teroris, dan menyatakan bahwa Aqil pernah bertugas di badan militer tertinggi Hizbullah.

Gedung Putih Mendesak Warga AS untuk Tidak Pergi ke Lebanon

Setelah serangan di Beirut, militer Israel mengatakan sirene berbunyi di Israel utara. Media Israel melaporkan bahwa wilayah utara Israel mendapat serangan roket yang hebat. Hizbullah menyatakan telah menembakkan roket Katyusha ke markas intelijen utama di Israel utara, yang mereka klaim “bertanggung jawab atas operasi pembunuhan.”

Pejabat keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, menyatakan bahwa tidak jelas apakah Israel memberi pemberitahuan kepada AS sebelum serangan di Beirut. Kirby sangat mendesak warga AS untuk tidak pergi ke Lebanon dan meminta mereka yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara itu.

“Perang di sepanjang Garis Biru tidak bisa dihindari. Kami akan terus melakukan segala upaya untuk mencegah perang terjadi,” kata Kirby, merujuk pada perbatasan antara Lebanon dan Israel.

Saksi mata dari Reuters melaporkan mendengar suara pesawat di atas Beirut saat serangan terjadi, dan melihat asap mengepul dari area yang diserang. Militer Israel menyatakan, “Pasukan Pertahanan Israel melakukan serangan yang ditargetkan di Beirut. Saat ini, pedoman pertahanan di komando belakang tidak berubah.”

Video menunjukkan sebuah bangunan di Beirut mengalami kerusakan parah, dengan jalanan dipenuhi puing-puing dan mobil-mobil yang terbakar.

Pada Kamis malam, militer Israel melancarkan serangan udara paling intensif di Lebanon selatan sejak konflik dimulai hampir setahun lalu.

 Konflik Terparah Sejak 2006

Konflik antara Israel dan Hizbullah ini adalah yang terburuk sejak pertempuran antara kedua belah pihak pada 2006. Saat ini, konflik sebagian besar terbatas pada wilayah perbatasan, tetapi kekhawatiran akan eskalasi terus meningkat. Militer Israel menyatakan bahwa Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Herzi Halevi, bertemu dengan komandan Komando Utara dan komandan divisi lainnya pada Jumat pagi (20/9).

Surat kabar Israel melaporkan bahwa mengingat situasi saat ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunda perjalanannya ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB selama satu hari dan akan tiba pada hari Rabu.

Kedutaan Besar Iran di Lebanon mengecam keras “serangan brutal” Israel yang menghantam gedung perumahan di pinggiran selatan Beirut. (jhon)