Serangan Udara di Beirut Memakan Banyak Korban Jiwa, AS Desak Warganya Meninggalkan Lebanon Sesegera Mungkin

Israel melancarkan serangan udara ke sebuah gedung di Beirut, Lebanon, yang menargetkan para pemimpin militer Hizbullah yang sedang mengadakan pertemuan. Jumlah korban tewas akibat serangan ini meningkat mencapai hampir 500 jiwa. Konflik yang semakin memanas antara kedua pihak memicu kekhawatiran akan potensi terjadinya perang besar

NTD

Pada 21 September, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mendesak warga negaranya di Lebanon agar segera meninggalkan negara itu selagi masih ada penerbangan komersial. Seruan ini menyusul serangan udara Israel yang menyasar wilayah Lebanon selatan, termasuk Nabatiyeh dan Jezzine, di mana Israel mengklaim telah menghancurkan ribuan peluncur roket dan sekitar 180 sasaran lainnya.

Di sisi lain, Hizbullah yang didukung oleh Iran, mengklaim telah meluncurkan roket ke tujuh posisi militer Israel di wilayah utara dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

Dalam pengumuman terbaru, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, “Mengingat ketidakpastian berlanjutnya konflik antara Hizbullah dan Israel, serta serangkaian ledakan yang terjadi di berbagai wilayah Lebanon termasuk Beirut, Kedutaan Besar AS mendesak warga negara AS untuk meninggalkan Lebanon selagi pilihan penerbangan komersial masih tersedia.”

Mereka menambahkan bahwa, “Masih ada penerbangan komersial, tetapi kapasitas penumpang berkurang. Jika situasi keamanan semakin memburuk, mungkin tidak akan ada lagi pilihan penerbangan komersial.”

Pada akhir Juli, setelah serangan Israel di selatan Beirut yang menewaskan seorang komandan tinggi Hizbullah, Amerika Serikat meningkatkan peringatan perjalanan ke Lebanon ke tingkat tertinggi, yaitu “Jangan Bepergian.”

Orang-orang menyaksikan kerusakan setelah serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada 20 September 2024. (AFP melalui Getty Images)

Pada 20 September, Israel kembali melancarkan serangan terhadap wilayah selatan Beirut, yang menargetkan dan menewaskan pemimpin utama serta komandan lain dari Pasukan Radwan, pasukan elit Hizbullah. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan tersebut menewaskan 37 orang.

Sebelumnya dalam minggu ini, sejumlah anggota Hizbullah tewas ketika alat panggil dan radio dua arah yang mereka gunakan diledakkan setelah ditanam bom. Peristiwa ini menyebabkan puluhan korban tewas dan ribuan lainnya terluka.

Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, di lokasi serangan di Beirut selatan pada  20 September, alat berat terus bekerja di antara reruntuhan. Jumlah korban tewas yang dilaporkan pada  21 september meningkat dari 31 menjadi 37, termasuk 3 anak-anak dan 7 perempuan.

Pada 21 September 2024, pelayat menghadiri pemakaman seorang anggota Hizbullah di kota Qaaqaiyet Al-Jisr, Lebanon selatan. (MAHMOUD ZAYYAT/AFP melalui Getty Images)

Pada  21 September, gambar dari Agence France-Presse (AFP) menunjukkan para pelayat berkumpul di ibu kota Lebanon, Beirut, untuk menghadiri pemakaman komandan operasi Hizbullah, Ibrahim Aqil, dan dua anggota penting lainnya yang tewas dalam serangan Israel.

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, tidak hanya mengutuk aksi militer Israel, tetapi juga mengumumkan bahwa ia membatalkan rencananya untuk menghadiri Sidang Umum Tahunan PBB di New York karena perkembangan situasi terkait agresi Israel.

Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan bahwa situasi mendesak ini membutuhkan de-eskalasi segera. Pasalnya, konflik Israel-Hamas di Jalur Gaza bisa meluas ke Lebanon. PBB juga mengungkapkan kekhawatirannya tentang peningkatan eskalasi dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri sebisa mungkin. (Hui)