Posisi Hizbullah Terus Dibombardir, Israel Sebut Mendapatkan Momen Puncak

Pertempuran antara Israel dan Hizbullah Lebanon terus meningkat, dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara lain khawatir akan terjadinya perang habis-habisan di Timur Tengah.

oleh Li Lan, New York – Laporan dari New Tang Dynasty Television

Pemboman Israel terhadap wilayah selatan dan timur Lebanon telah berlangsung sejak minggu lalu. Pada 23 September, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah menghantam 800 posisi Hizbullah di dalam wilayah Lebanon.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan: “Hari ini adalah momen puncak yang penting.”

Gallant menyatakan bahwa serangan kali ini telah menghancurkan “puluhan ribu” roket dari gudang persenjataan besar Hizbullah, yang merupakan pukulan signifikan terhadap kekuatan Hizbullah sejak perang Israel-Hizbullah pada 2006.

Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, mengatakan bahwa serangan ini telah menyebabkan setidaknya 492 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang terluka.

Hizbullah membalas dengan menembakkan roket ke wilayah utara Israel. Militer Israel melaporkan bahwa sekitar 150 roket, rudal jelajah, dan drone diluncurkan dari Lebanon.

Pada 7 Oktober tahun lalu, kelompok  Hamas melintasi perbatasan dan menyerang pemukiman Israel, membantai penduduk dan menewaskan setidaknya 1.200 orang, yang memicu perang antara Israel dan Hamas.

Pengamat militer, Mark, menyatakan: “Setelah setahun perang, data internal Hamas sendiri mengakui bahwa dari sekitar 30.000 personel tempur, setengahnya telah tewas, dan separuh lainnya sudah tidak layak secara fisik maupun mental untuk bertempur. Sekarang, Israel hampir selesai membersihkan Gaza dan mengalihkan perhatian mereka ke Hizbullah.”

Pada 25 Agustus, sebelum serangan Hizbullah, Israel terlebih awal menghancurkan pangkalan rudal Hizbullah. Pekan lalu, terjadi ledakan perangkat elektronik seperti pager dan walkie-talkie, yang menyebabkan lebih dari 3.000 korban di kalangan pejabat tinggi dan anggota Hizbullah. Kemudian, Israel terus membombardir pangkalan Hizbullah, dan komandan tinggi Hizbullah, Ibrahim Aqil, tewas dalam serangan tersebut.

“Hizbullah berada di perbatasan utara Israel dan kapan saja bisa menyerang dengan roket, mengirim infiltrator, atau menyerang penduduk Israel setelah melintasi perbatasan… Dalam situasi ini, ancaman Hizbullah terhadap Israel saat ini adalah yang terbesar,” ujar Dr. Shen Ming-Shih selaku Direktur National Security Research di Institute for National Defense and Security Research (INDSR) di Taiwan.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa mereka akan mengubah situasi di wilayah utara Israel dan berjanji  membawa kembali warga yang telah mengungsi akibat pertempuran.  Hizbullah mengikuti langkah Israel dengan mengumumkan fase baru pertempuran.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan kekhawatirannya bahwa Lebanon bisa menjadi “Gaza berikutnya.” Masyarakat internasional sudah kewalahan dengan krisis kemanusiaan akibat perang di Gaza.

Melihat tren eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan peringatan keras kepada Israel, melarang eskalasi konflik ini menjadi perang besar.

“Amerika Serikat sedang dalam masa pemilihan presiden, meskipun Biden tidak mencalonkan diri untuk pemilihan ulang, tetapi jika perang di Timur Tengah meluas, maka akan mempengaruhi peluang pemilihan Partai Demokrat. Selain itu, jika perang ini menjadi lebih besar atau berkepanjangan, masalah konflik di Timur Tengah akan menjadi semakin sulit untuk diselesaikan.”

Israel menuduh Hizbullah telah mengubah seluruh komunitas di selatan Lebanon menjadi pangkalan militer dan mendesak penduduk selatan Lebanon untuk menjauh dari posisi Hizbullah.

Militer Israel memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak serangan terhadap pangkalan Hizbullah di Lebanon. (Hui)