Filipina Kecam Helikopter Militer Tiongkok yang Mengejar Pesawat Patroli Mereka

Pada Rabu (25/9), Dewan Keamanan Nasional Filipina (NSC) mengutuk tindakan provokatif yang dilakukan oleh helikopter militer Tiongkok yang mengejar dan mendekati pesawat patroli milik Departemen Perikanan Filipina saat melintasi wilayah Laut China Selatan yang disengketakan. Ini merupakan salah satu dari serangkaian insiden provokasi yang dilakukan Tiongkok di Laut China Selatan

Haoyue Li – The Epoch Times

Laporan Reuters menyebutkan bahwa NSC menyatakan bahwa insiden terbaru ini terjadi pada Senin (23/9/2024), ketika pesawat Filipina sedang menjalankan misi di sekitar Scarborough Shoal (juga dikenal sebagai Bajo de Masinloc). Meski dalam situasi tersebut, pesawat Filipina tetap berhasil menyelesaikan misi patroli mereka.

Insiden ini merupakan salah satu dari rangkaian konfrontasi antara kedua negara di laut dan udara di wilayah Laut China Selatan yang disengketakan.

Selama beberapa dekade, pemerintah Tiongkok telah berusaha menguasai Laut China Selatan melalui reklamasi pulau, pembangunan pangkalan militer, dan pengerahan pasukan penjaga pantai, milisi laut, serta armada kapal nelayan untuk mengintimidasi negara-negara lain.

NSC dalam pernyataannya menegaskan bahwa tindakan Tiongkok tersebut melanggar regulasi keamanan penerbangan. Kedutaan Besar Tiongkok di Manila belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters terkait insiden ini.

Scarborough Shoal berjarak 200 kilometer dari Filipina dan merupakan lokasi penting bagi nelayan di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (EEZ) Filipina.

 Pada tahun 2016, pengadilan arbitrase internasional menyatakan bahwa klaim Tiongkok atas Laut China Selatan berdasarkan “sembilan garis putus-putus” tidak sah. Garis tersebut mencakup 90% wilayah Laut China Selatan, termasuk wilayah EEZ Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Filipina. Namun, Beijing menolak mengakui keputusan tersebut.

AS Bantu Filipina Menghalau Provokasi Tiongkok

Menurut laporan Associated Press, dua pejabat Filipina yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan pada Rabu bahwa pejabat keamanan Amerika Serikat dan Filipina telah sepakat untuk mempertahankan sistem rudal jarak menengah “Typhon” AS di Filipina utara tanpa batas waktu. Sistem ini dibawa ke Filipina pada April lalu sebagai bagian dari latihan militer gabungan dengan militer Filipina. Rudal tersebut bisa menembakkan rudal Standar 6 dan Tomahawk.

Rudal Tomahawk memiliki jangkauan lebih dari 1.600 kilometer, yang berarti wilayah Tiongkok berada dalam jangkauannya.

Pekan lalu, pemerintah Tiongkok menyatakan “keprihatinan serius” terkait penempatan sistem rudal Typhon di Filipina, dan menuduh Washington memicu perlombaan senjata.

Menteri Pertahanan Filipina, Gilberto Teodoro, mengatakan pada Selasa di sela-sela pameran industri pertahanan di Manila bahwa “Tiongkok mengatakan mereka khawatir, tetapi itu adalah campur tangan dalam urusan dalam negeri kami.” Teodoro menambahkan, “Mengapa mereka (Tiongkok) tidak memberi contoh dengan menghancurkan persenjataan nuklir mereka sendiri dan menghentikan semua kemampuan rudal balistik mereka?”

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Romeo Brawner, juga menyatakan pada Rabu, “Jika saya bisa, saya berharap sistem Typhon dapat selamanya berada di Filipina.” (jhon)