Serangan Udara Besar-Besaran Israel terhadap Hizbullah, AS Kirim Pasukan ke Timur Tengah

Pada  Selasa (24 September), Israel melanjutkan serangan besar-besaran terhadap Lebanon. Kini telah membom lebih dari 1.600 markas Hizbullah, dengan hampir 500 orang tewas. Israel juga mengumumkan status “darurat” selama seminggu.  Sementara itu, Amerika Serikat mengirimkan tambahan pasukan ke Timur Tengah untuk menghadapi situasi tak terduga

oleh Shu Can – NTD

Militer Israel melancarkan serangan paling mematikan terhadap Hizbullah sejak 2006. Namun, militer Israel menyatakan bahwa serangan tidak ditujukan kepada warga sipil Lebanon, melainkan menyerang 1.600 target Hizbullah, termasuk peluncur roket, dan  mengonfirmasi kematian komandan senior Hizbullah, Ibrahim Qubaisi.

“Tujuan kami membuat operasi berlangsung sesingkat mungkin, ini alasan mengapa kami melakukan serangan intensif. Namun, kami juga harus bersiap untuk waktu yang lebih lama. Pada akhirnya, misi kami adalah mencapai tujuan perang dan memastikan warga di wilayah utara dapat kembali ke rumah dengan aman,” ujar Mayor Jenderal Daniel Hagari, juru bicara militer Israel.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, saat mengunjungi pangkalan militer di utara Israel, mengatakan bahwa Hizbullah telah menerima “pukulan serius” dari militer Israel. Sejak Senin (23 September), serangan udara Israel di Lebanon telah menyebabkan 558 kematian dan 1.835 orang terluka.

Sebagai tanggapan, Hizbullah Lebanon meluncurkan sejumlah besar roket ke pangkalan udara Israel, menyebabkan kebakaran di beberapa lokasi di wilayah utara Israel.

Amerika Serikat dan Kanada, selama Sidang Umum PBB, menyerukan agar Israel dan Lebanon tetap menahan diri.

“Perang total tidak menguntungkan siapa pun. Meskipun situasinya telah meningkat, solusi diplomatik masih mungkin,” ujar Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menambahkan: “Kita perlu melindungi nyawa warga sipil. Kita harus memastikan bahwa kawasan ini bergerak menuju perdamaian dan stabilitas.”

Saat ini, Israel telah memasuki status darurat selama seminggu. Sementara itu,  Amerika Serikat mulai mengirim tambahan pasukan ke Timur Tengah. Gugus Tugas Kapal Induk USS Abraham Lincoln telah siap siaga di dekat kawasan tersebut untuk menghadapi berbagai kemungkinan. (Hui)