Kemenangan “Spiritual” Pemimpin Tertinggi Iran! Hizbullah Meminta Bantuan, Iran Memberi Penghiburan: “Anda Sudah Menang”

www.aboluowang.com

 Baru-baru ini, dalam konflik antara Hizbullah di Lebanon dan Israel, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Lebanon. Beberapa komandan penting Hizbollah tewas dalam serangan ini. Menanggapi situasi tersebut, Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, menekankan bahwa Hizbullah tetap “meraih kemenangan” dalam konflik tersebut dan menegaskan bahwa Hizbullah masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi tantangan di masa depan. Hal ini menunjukkan ketahanan Hizbullah dalam menghadapi kesulitan dan tekad mereka untuk tidak mudah menyerah meskipun mengalami kerugian besar.

Dalam serangan udara ini, Israel mengerahkan lebih dari 100 pesawat tempur dan menembakkan ribuan rudal, menyebabkan sekitar 2.500 korban, serta membuat banyak warga kehilangan tempat tinggal. 

Meskipun Hizbullah segera membalas dengan meluncurkan roket, perbedaan kekuatan militer antara Hizbullah dan Israel sangat besar sehingga serangan balasan Hizbollah tidak memberikan dampak yang signifikan. Hizbullah masih harus bergantung pada dukungan negara besar lain untuk mencari solusi.

Israel menunjukkan kemampuan intelijen yang kuat dalam serangan ini, berhasil menyusup ke dalam jaringan Hizbullah dan menargetkan sasaran penting mereka, termasuk melenyapkan anggota inti Hizbullah dengan menggunakan bahan peledak mikro. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi Hezbollah, dengan ribuan anggota terluka atau tewas, serta lebih dari 20 komandan terbunuh.

Meski Iran dikenal sebagai pendukung utama Hizbullah, menurut intelijen Israel dan Amerika Serikat, Iran mengambil sikap konservatif dalam merespons serangan ini dan tidak segera membantu Hizbullah. Dilaporkan bahwa Hizbullah telah meminta bantuan Iran untuk melancarkan serangan balasan terhadap Israel, namun Iran menolak dengan alasan “waktunya tidak tepat”.

Diplomasi Lebanon mencerminkan situasi sulit mereka. Di satu sisi, Menteri Luar Negeri Lebanon mengungkapkan ketidakpuasan terhadap ketidakaktifan Amerika Serikat di PBB, namun di sisi lain, Lebanon tetap harus mencari bantuan dari Amerika, yang dianggap sebagai satu-satunya negara yang bisa menyelesaikan konflik Lebanon-Israel. Situasi dilema ini menunjukkan ketidakberdayaan Lebanon dalam permainan kekuatan besar.

Meskipun Hizbollah dan Iran sama-sama khawatir akan risiko konflik berskala besar, Hizbullah memiliki kemampuan untuk mengubah Lebanon menjadi medan perang seperti Gaza. Namun, mereka ragu untuk mengambil risiko besar karena konsekuensi penghancuran dari konflik skala penuh. Iran juga enggan terlibat perang, karena hal itu bisa menimbulkan kerugian besar bagi negara tersebut. Oleh karena itu, baik Hizbullah maupun Iran mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati untuk menghindari konflik besar.

Namun, masa depan Lebanon tetap tidak pasti. Keterlibatan negara besar seperti Rusia di Timur Tengah terbatas karena masalah internal mereka, sementara masalah internal dan eksternal Lebanon semakin memperumit situasi. 

Krisis kemanusiaan yang dihadapi Lebanon saat ini bukan hanya masalah nyata, tetapi juga menandakan tantangan berkelanjutan di masa depan. Meskipun Hizbollah, Iran, dan sekutu mereka mungkin mencari balas dendam di masa depan, Lebanon tetap tidak bisa lepas dari posisinya sebagai negara kecil dalam permainan kekuatan besar. (jhon)