Terungkap Pertarungan di Balik Layar antara Barat dan Partai Komunis Tiongkok Mengenai Kesepakatan Perdamaian Ukraina

Li Haoyue

Sidang ke-79 Majelis Umum PBB tengah berlangsung di New York, Amerika Serikat, di tengah krisis geopolitik dan keamanan yang semakin tidak stabil. Menurut sebuah dokumen pemerintah Ukraina, Tiongkok mengajukan “rencana perdamaian” untuk perang Rusia-Ukraina, yang membuat para pejabat Ukraina sangat khawatir, sementara Amerika Serikat menolak rencana tersebut.

Dokumen yang diperoleh majalah Politico mengungkapkan bahwa Tiongkok berusaha dari balik layar untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara di Amerika Latin, Asia, dan Afrika agar mendukung kesepakatan yang menguntungkan Rusia guna mengakhiri perang Ukraina.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok berharap negara-negara ini mendukung rencana “Perdamaian Enam Poin” yang diajukan bersama Brasil pada Mei lalu. Poin utama rencana ini adalah “mencegah meluasnya konflik, tidak meningkatkan intensitas perang, dan tidak memprovokasi.” Rencana ini akan memungkinkan Rusia untuk tetap mempertahankan wilayah yang sudah dikuasai sambil melanjutkan pertempuran.

Tujuan dari inisiatif Tiongkok, menurut dokumen tersebut, adalah untuk “mencegah Rusia kalah dalam perang.” Tiongkok berencana untuk menggalang dukungan dari sekitar dua puluh negara guna membentuk kelompok inti yang nantinya dapat diperluas untuk melibatkan negara-negara lain dari Afrika, Amerika Latin, dan Asia.

Menurut laporan Politico, negara-negara dari kawasan tersebut sering bersikap netral dalam urusan internasional, sehingga Beijing berusaha memanfaatkan mereka sebagai pendukung rencananya. Amerika Serikat menentang kesepakatan ini, sementara para pejabat Ukraina sangat khawatir, bahkan sampai menyebarkan dokumen ini di kalangan diplomat yang menghadiri Majelis Umum PBB di New York.

Dokumen tersebut disusun oleh pemerintah Ukraina sebelum pertemuan tingkat tinggi PBB minggu ini. Tidak dijelaskan bagaimana Kyiv memperoleh informasi tentang rencana Tiongkok. Perwakilan Ukraina di PBB tidak menanggapi permintaan komentar dari Politico, sementara Kedutaan Besar Tiongkok di Washington menolak berkomentar, hanya menegaskan kembali keinginan untuk menyelesaikan perang melalui jalur diplomatik. Ukraina juga berupaya meyakinkan sekutunya untuk menolak rencana yang diajukan oleh Tiongkok.

Pada Rabu (25/9), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya di Majelis Umum PBB mempertanyakan niat di balik upaya Tiongkok dan Brasil dalam menyelesaikan perang Rusia-Ukraina. Ia memperingatkan bahwa, “Dengan mengorbankan kepentingan Ukraina, kalian tidak akan memperkuat posisi kalian.”

Zelenskyy mendesak para pemimpin dunia untuk berdiri bersama Ukraina dan tidak mencari “jalan keluar” melainkan “perdamaian yang sejati dan adil.” Ia menegaskan, “Setiap upaya perdamaian yang paralel atau alternatif sebenarnya hanya untuk menenangkan perang, bukan mengakhirinya.”

Pada Kamis (26/9), Zelenskyy mengunjungi Gedung Putih untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden. Zelensky mengatakan bahwa ia akan mempresentasikan “rencana kemenangan”-nya di Washington. Pada hari yang sama, pemerintahan Biden mengumumkan paket bantuan militer senilai sekitar 8 miliar dolar untuk Ukraina, yang bertujuan membantu Ukraina memenangkan perang melawan Rusia. (jhon)