Tiga Faktor Perlebar Kesenjangan Teknologi Kuantum Tiongkok – AS

Song Tang dan Yi Ru

Gegara pemerintah komunis Tiongkok melakukan penekanan terhadap industri keuangan, yang menyebabkan pengusaha semakin takut mengambil risiko, bahkan di bidang keamanan nasional, yang dianggap penting oleh Beijing juga menghadapi kesulitan dalam menarik investasi. Namun pada saat yang sama, pemerintah komunis Tiongkok yang ingin mendominasi penelitian teknologi kuantum terpaksa harus menjadi petarung tunggal karena menghadapi isolasi dari dunia luar. Ketiga faktor ini mungkin yang membuat kesenjangan dalam teknologi kuantum antara Tiongkok dengan Amerika Serikat menjadi semakin lebar.

Tekanan keras terhadap industri keuangan dan pelarian modal

Modal ventura adalah salah satu sumber inovasi teknologi modern. Namun akibat pemerintah komunis Tiongkok yang lebih menekankan terhadap pengembangan “teknologi keras”, maka modal ventura Tiongkok sedang beralih ke bidang teknologi keras seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, ruang angkasa, dan material baru. Demikian media di daratan Tiongkok melaporkan.

Menurut data yang dikumpulkan oleh “Asset Management Association of China”, di antara investasi baru dana modal ventura pada 2021, dana 70,62% tersebut terinvestasi di bidang aplikasi komputer, kedokteran dan biologi, semikonduktor, peralatan kedokteran serta layanan medis.

Para pengusaha semakin takut untuk mengambil risiko lantaran rezim Beijing terus menindak industri keuangan. Menurut data dari perusahaan riset “Dealogic”, jumlah investasi modal ventura di Tiongkok pada 2023 telah turun 66% dibandingkan 2021. Dan penurunan ini masih berlanjut hingga saat ini.

Apalagi investasi modal ventura yang melibatkan institusi Amerika Serikat, penurunannya bisa mencapai hampir 90% dibandingkan tahun 2021. Hal mana mencerminkan bahwa decoupling antara AS dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) semakin nyata.

Perusahaan modal ventura Tiongkok juga sedang hengkang dari pasar Tiongkok. Media “Financial Times” melaporkan bahwa dana ekuitas swasta terkenal asal Tiongkok seperti “Sequoia Capital” dan “Hillhouse Capital’, telah meningkatkan investasi mereka di luar negeri, atau lebih aktif mencari peluang transaksi di pasar seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Perusahaan dan investor yang mengalami kesulitan memperoleh pembiayaan di Tiongkok ingin pergi ke luar negeri. Media Jepang “Nikkei” melaporkan bahwa banyak pengusaha dan tenaga teknis telah pindah dari Tiongkok ke Jepang.

Dengan ditariknya modal asing dari Tiongkok, modal ventura dalam negeri menjadi lebih berhati-hati. Pemerintah daerah, yang selalu menjadi sumber modal ventura, juga mengalami kemunduran keuangan, sehingga semakin memperparah keadaan mereka.

Laporan “Financial Times” menyebutkan bahwa di puncak investasi modal ventura yang terjadi pada 2018, di daratan Tiongkok telah berdiri 51.302 perusahaan rintisan, tetapi pada 2023, jumlah itu menyusut menjadi hanya 1.202 perusahaan.

Pembiayaan untuk startup bioteknologi dan farmasi pada 2023 turun sebanyak 60% dari puncaknya yang sekitar USD 18 miliar pada 2021.

Menurut sebuah laporan berjudul “Analisis Komparatif Pembiayaan Industri Kuantum AS-Tiongkok” yang dirilis oleh perusahaan konsultan teknologi “ICV” baru-baru ini, disebutkan bahwa pembiayaan modal ventura perusahaan Tiongkok selain tidak lancar juga ada sekitar 2/3 startup kuantum yang belum menerima pembiayaan selama lebih dari setahun. 

Sebastian Mallaby, peneliti senior di Dewan Hubungan Luar Negeri AS mengungkapkan bahwa “mentalitas utang” yang ada di industri modal ventura Tiongkok saat ini menggambarkan bahwa “eksperimen ilmiah dan teknologi mutahir yang dapat mendorong Tiongkok menuju garis depan teknologi akan menyusut”.

Menurut perkiraan “Quantum Insider” bahwa komputasi kuantum berpotensi untuk menghasilkan nilai ekonomi sebesar USD 1 triliun pada 2035. Tetapi tanpa komunitas start-up kuantum yang kuat, Tiongkok mungkin akan kehilangan triliunan dolar pendanaan dalam ekosistem teknologi kuantum global.

Sun, Kuo-Hsiang, seorang profesor penuh waktu di Departemen Urusan Internasional dan Kewirausahaan, Universitas Nanhua di Taiwan, menyatakan kepada “The Epoch Times” bahwa modal ventura memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi tinggi, khususnya di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan kendaraan listrik. Investasi-investasi tersebut memberikan dukungan finansial yang sangat dibutuhkan bagi perusahaan-perusahaan inovatif dan mempercepat komersialisasi serta pengembangan teknologi berskala besar.

Sun, Kuo-Hsiang menyatakan bahwa penindasan pemerintah komunis Tiongkok terhadap industri keuangan telah membuat para pengusaha semakin bersikap hati-hati dan takut mengambil risiko. Jika investor kurang percaya diri, maka dana akan menjadi lebih langka dan penelitian serta penerapan di bidang teknologi kuantum akan semakin terhambat. Meskipun laporan media Tiongkok menyerukan modal sosial dan modal ventura untuk meningkatkan dukungan finansial bagi teknologi kuantum, namun realisasinya bukan hal yang gampang.

Henry Wu, seorang ekonom makro di Taiwan menyatakan kepada “The Epoch Times” bahwa dalam jangka waktu tertentu perkembangan teknologi tidak akan menghasilkan pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan, bahkan masih terus menghabiskan dana. Oleh karena itu, perlu mengizinkan masuknya dana modal ventura. Jauh dari cukup jika mengharapkan perkembangan tercapai hanya dengan mengandalkan laboratorium tingkat nasional, dan bidang teknis seperti sekolah pascasarjana saja.

Lebih lanjut Henry Wu mengatakan bahwa bank komersial biasa hanya berkecimpung dalam penghimpunan dan penyaluran dana dari dan ke masyarakat secara teratur, mereka tidak dapat terlibat dalam investasi modal ventura. Sedangkan modal sosial atau dana negara dapat menggunakan investasi finansial untuk memegang sebagian ekuitas, namun tidak tepat untuk mendapatkan hak dominasi, karena pemegang hak dominasi itu adalah pihak yang mengambil risiko. “Tetapi di Tiongkok, meskipun pihak negara hanya menyertakan 1% modal dalam perusahaan, mereka bisa menjadi pihak yang dominan. Sistem ini tidak cocok untuk pengembangan bidang modal ventura yang sedang berkembang”, kata Henry Wu.

Dominasi negara vs dominasi sektor swasta

Pada 2022, Perusahaan penelitian dan analisis “Global Data” menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, perusahaan swasta memimpin dalam penelitian kuantum, sementara di Tiongkok keahlian semakin terkonsentrasi di lembaga-lembaga milik negara.

Pemerintah Tiongkok telah menginvestasikan sejumlah besar dananya dalam pengembangan teknologi kuantum. McKinsey memperkirakan bahwa pada 2022, pemerintah Tiongkok telah mengumumkan total pendanaan setara USD.15,3 miliar. Namun “Quantum Insider” berpendapat bahwa investasi Partai Komunis Tiongkok dalam pengembangan teknologi kuantum berkisar antara USD.4 miliar hingga USD.17 miliar.

Namun investasi sektor swasta Tiongkok di teknologi kuantum sangat tertinggal. McKinsey memperkirakan bahwa perusahaan rintisan kuantum Tiongkok hanya menerima USD 482 juta dari sektor swasta antara 2001 hingga 2022, jauh di bawah angka investasi dari sektor swasta Amerika Serikat.

Menurut laporan terbaru dari lembaga pemikir AS “Information Technology and Innovation Foundation” (ITIF), bahwa lantaran pemerintah Tiongkok memperketat kendalinya atas penelitian dan pengembangan kuantum telah menyebabkan menurunnya partisipasi dari sektor swasta Tiongkok. Bahkan kedua raksasa seperti Alibaba dan Baidu, mereka sudah hengkang dari penelitian kuantum.

Henry Wu menyatakan bahwa di bidang-bidang yang sedang berkembang dimana teknologi berfluktuasi secara dramatis, pengembangan modal ventura berisiko tinggi harus dikelola oleh perusahaan swasta, biarkan sektor swasta yang menganalisis peluang pasar, menemukan bakat, merancang struktur modal, struktur organisasi, dan sebagainya.

Modal ventura tidak bisa melibatkan diri dalam sosialisme, karena pemikiran ekonomi sosialis selalu menekankan perebutan kekuasaan, dan melakukan pengendalian melalui organisasi partai. Model tersebut sangat bertentangan dengan model kapitalisme. Di samping itu, intervensi dari badan usaha milik negara juga tidak diperkenankan. Karena pengembangan yang dimodali ventura berisiko tinggi maka tidak cocok untuk dilakukan oleh PNS, yang pada dasarnya tidak berani menanggung risikonya, kecuali pengusaha swasta”.

Lai Jung Wei, CEO Asosiasi Inspirasional Taiwan (Taiwan Inspiration Association. TIA), menyatakan kepada “The Epoch Times” bahwa saat ini Tiongkok masih mengandalkan badan usaha milik negara (BUMN) dan modal milik negara sebagai kekuatan dalam perkembangan (teknologi kuantum). Meski kebijakan yang kaya dengan warna sudah diterapkan, tetapi minim dengan hasil.

Ia berpendapat bahwa alasan pertama adalah baik perbankan maupun pemerintah daerah yang sudah didominasi oleh pemikiran politik, tidak mungkin memperhatikan aspek ekonomi, dan bagian teknologi yang lebih profesional. Sedangkan para pegawai negeri, partai, dan tokoh-tokoh pemerintah ini semuanya berada di bawah tekanan politik, yang membuat mereka menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan eksistensinya, yang akhirnya menyebabkan pemborosan dana dan menyia-nyiakan investasi. Tentu saja mereka juga dapat menggunakan penawaran umum. Masalahnya, para pejabat yang duduk sebagai anggota panitia peninjau juga adalah orang-orang yang ditunjuk oleh partai dan tokoh pemerintah. Di saat kekuasaan Kementerian Keamanan Nasional sedang di atas angin seperti sekarang ini, beranikah mereka berbicara secara jujur?

“Kedua, kesempatan bagi mental korup yang bertemu dengan tumpukan dana investasi dari berbagai penjuru. Korupsi di industri chip sudah tidak aneh. Hal ini adalah masalah struktural akibat dari kediktatoran satu partai (Partai Komunis Tiongkok), yang tidak ada cara untuk memperbaikinya”.

Lai Jung Wei menyatakan, banyak orang beranggapan bahwa PKT yang memiliki begitu banyak modal milik negara, ditambah lagi sedang mengeluarkan seluruh kekuatan negara untuk mensukseskan perkembangan di industri semikonduktor. Namun permasalahannya adalah, tujuan pengembangan PKT itu bukan untuk kepentingan masyarakat sipil dan masyarakat dunia, melainkan hanya tertuju untuk memperkuat strategi negara.

“Walau APBN dapat disamakan sebagai patokan untuk bertindak, tetapi jika semua kepentingan itu hanya dituangkan untuk  mensukseskan industri di teknologi keras, maka investasi di bidang lain pasti akan terdesak. Tetapi dalam kenyataannya, tidak ada terobosan yang berarti meskipun teknologi keras telah memperoleh begitu banyak dana untuk pengembangannya”.

Ia mengatakan, pada masa-masa awal, pemerintah Taiwan juga bertindak sebagai pendorong dalam pengembangan semikonduktor, namun kemudian pemerintah secara bertahap beralih menjadi peran pendukung. Setelah teknologi semikonduktor diperluas ke sektor swasta, ternyata sektor swasta mampu membentuk kekuatan yang lebih besar dibandingkan negara. Para bos besar dan profesional di sektor swasta lebih mengetahui banyak hal yang tidak diketahui oleh pejabat pemerintah, karena pejabat pemerintah memang tidak berkecimpung di pasar.

 “Mereka akan memberitahu pemerintah di mana pendanaan tersedia, teknologi apa saja yang masih kita butuhkan, apa yang perlu kita lakukan, dan di mana kita ingin menghasilkan uang, jadi bukan apa dan bagaimana yang dikehendaki pemerintah”.

Lai Jung Wei menyatakan bahwa di bawah struktur masyarakat yang dikendalikan oleh negara-partai, sulit bagi teknologi untuk mencapai terobosan, karena jika teknologi selalu harus mempertimbangkan kepentingan politik yang berada di luar profesionalisme, maka semuanya akan tergantung pada preferensi pimpinan partai dan Xi Jinping. Lama kelamaan, jalan terdahulu akan digunakan lagi, jadi mulai menggunakan beberapa produk generasi kedua.

Bertarung sendirian vs bekerja sama dengan sekutu memperlebar kesenjangan

Teknologi kuantum merupakan sebuah upaya interdisipliner yang kompleks dan hanya sedikit negara yang dapat mempertahankannya secara mandiri dalam hal teknologi dan bakat.

Laporan ITIF menyebutkan bahwa strategi kerja sama global Partai Komunis Tiongkok yang terbatas akan mengurangi kemampuannya dalam mempertahankan kemajuan berkelanjutan di teknologi kuantum yang kompleks.

Sementara itu, Amerika Serikat dapat memperoleh keuntungan strategis dengan bekerja sama dengan sekutu dan membangun kemitraan yang mendalam dengan negara-negara yang memiliki kekuatan yang saling melengkapi untuk membangun ekosistem kuantum yang kuat dan tangguh. Misalnya, Jerman telah menunjukkan kinerja yang baik dalam penginderaan kuantum, dan perusahaan-perusahaan rintisan di Australia dan Inggris mendorong pengembangan industri kuantum.

Ketika Partai Komunis Tiongkok bertarung sendirian, sikap isolasi Partai Komunis Tiongkok terhadap teknologi kuantum telah menjadi kelemahan yang fatal bagi mereka sendiri.

Pada saat yang sama, Amerika Serikat juga memperkuat kontrol ekspor teknologi kuantum. Pada 5 September, AS mengumumkan rencananya untuk memperketat kontrol ekspor komputasi kuantum. Pada Agustus tahun lalu, pemerintahan Biden mengumumkan pembatasan investasi kuantum di Tiongkok, yang semakin memperlebar kesenjangan teknologi kuantum antara kedua negara tersebut.

Henry Wu menyatakan bahwa Amerika Serikat bekerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk menghubungkan pencapaian talenta-talenta luar biasa dari berbagai negara untuk menutupi kekurangan AS, pada saat yang sama, talenta-talenta dari berbagai negara termasuk Yahudi, Eropa Timur, Rusia, Asia, dll. telah diserap oleh Amerika Serikat dan digunakan oleh para talenta dunia.

Ia mengatakan, meski Tiongkok memiliki basis populasi yang besar, namun jika dilakukan secara tertutup, dan hasil inovasinya kurang memiliki perlindungan hukum, yang pada akhirnya akan “dirampas” (oleh pemerintah). Setelah semua orang memahaminya, maka semua struktur operasional akan tidak berarti.

“Jika PKT tetap mengandalkan pengawasan negara, atau melakukan nasionalisasi, maka kesenjangan pasti akan semakin lebar di kemudian hari”.

Lai Jung Wei menyatakan bahwa kini RRT jelas merupakan musuh negara-negara Barat, dan terdapat banyak pembatasan politik dalam berurusan dengan negara asing. Ketika RRT sudah tidak dapat berintegrasi secara efektif dengan negara-negara lain di dunia, apakah ia dapat bersaing secara terbuka dengan seluruh dunia? Menembus ambang batas teknologi yang semula? Ini adalah masalah besar bagi PKT.

Apakah PKT akan menjadi siklus yang terus menerus tertutup secara internal sehingga terjadi involusi? Dengan kata lain, teknologi tidak bisa membuat terobosan, namun tetap melakukan hal-hal yang tidak efisien bahkan membuang-buang waktu dan uang.

“Mungkin di bidang teknologi tingkat rendah, seperti deep AI, yang membuat foto dan teks palsu, teknologi tersebut sudah matang dan sudah menyebar luas, namun AI-nya terjebak pada level ini dan tidak bisa menuju Tingkat yang lebih tinggi”, kata Lai Jung Wei.

Ia mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak terbuka terhadap persaingan, yang pada akhirnya membuat mereka tidak mempunyai cara untuk menerobos teknologi-teknologi baru. Mungkin di kemudian hari nanti, kita akan menemukan bahwa barang-barang yang diperoleh dan dipakai oleh masyarakat Tiongkok adalah buatan teknologi yang relatif lebih rendah, produk-produk yang kalah canggih. (sin/whs)