Pemimpin Hizbullah Tewas Membuat Iran Khawatir? Calon Pengganti Terkuat Terungkap Hingga Ayatollah Ali Khamenei Dipindahkan 

Secretchina.com

Hizbullah telah mengonfirmasi bahwa pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut. Menurut sumber, pengganti yang paling mungkin adalah Hashem Safieddine, yang juga merupakan sepupu Nasrallah. Safieddine saat ini menjabat sebagai Ketua Komite Eksekutif Hizbullah dan sudah lama dipandang sebagai penerus Nasrallah.

Pada 28 September, kantor berita Turki, Anadolu Agency, melaporkan bahwa Safieddine lahir pada tahun 1964 di desa Deir Qanoun En Nahr, wilayah Tirus, Lebanon selatan. Sejak Hizbullah didirikan pada tahun 1982, Safieddine telah menjadi tokoh inti organisasi tersebut. Dia dan Nasrallah pernah belajar bersama di Qom, Iran, pada tahun 1980-an dan kembali ke Beirut pada tahun 1994. Sejak itu, dia memimpin Komite Eksekutif Hizbullah, yang bertanggung jawab atas urusan politik dan keuangan organisasi.

Safieddine dikenal karena sikap politiknya yang tegas dan pidatonya yang berapi-api, sering menekankan komitmen untuk melawan Israel. Dalam sebuah pidato pada Juli 2024, ia mengatakan, “Kami siap mengorbankan segalanya untuk Lebanon selatan, dan percaya bahwa Allah akan memberi kami kemenangan seperti pada tahun 2006.” Dia juga menegaskan bahwa Hizbullah akan terus mendukung Gaza hingga Israel berhenti menyerang.

Safieddine memiliki hubungan dekat dengan Iran dan pernah belajar agama di Qom untuk waktu yang lama. Ia juga memiliki hubungan keluarga dengan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) yang telah meninggal. Putra Safieddine menikah dengan putri Soleimani pada tahun 2020. Pada tahun 2017, Departemen Keuangan AS memasukkan Safieddine ke dalam daftar hitam teroris versi Amerika.

Kematian Jenderal IRGC Iran

Pada 28 September, media Iran melaporkan bahwa seorang jenderal terkenal dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Abbas Nilforushan, tewas dalam serangan udara Israel di Lebanon.

Menurut Associated Press, kematian Nilforushan merupakan kerugian terbaru bagi Iran sejak pertempuran antara Israel dan Hamas di Gaza dimulai hampir setahun lalu. Ini menambah tekanan pada Iran untuk membalas, terutama karena konflik Israel-Hamas saat ini hampir berkembang menjadi konflik regional yang lebih luas.

Tehran Times melaporkan bahwa Nilforushan, yang berusia 58 tahun, tewas pada 28 September dalam operasi yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Wakil kepala pengadilan Iran, Ahmad Reza Pour Khaghan, mengonfirmasi kematian Nilforushan di Lebanon dan menyebutnya sebagai “tamu rakyat Lebanon,” sambil menegaskan bahwa Iran berhak untuk membalas sesuai dengan hukum internasional.

Departemen Keuangan AS sebelumnya telah menuduh Nilforushan sebagai wakil komandan operasi IRGC dan menjatuhkan sanksi terhadapnya pada tahun 2022 karena perannya dalam memimpin unit yang bertanggung jawab langsung atas penindasan demonstrasi.

Nilforushan juga pernah bertempur di Suriah, mendukung Presiden Bashar Assad selama perang saudara di negara itu.

Pemimpin Tertinggi Iran Dipindahkan ke Tempat Aman

Setelah serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada 27 September yang menewaskan Hassan Nasrallah, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa Lebanon akan membuat Israel “menyesal.”

Pada 28 September, Sky News melaporkan bahwa meskipun Israel telah membunuh Nasrallah, Khamenei mengklaim bahwa kekuatan Israel “terlalu kecil” untuk menimbulkan kerusakan besar pada Hizbullah. Khamenei menyatakan bahwa semua kekuatan perlawanan di wilayah tersebut akan berdiri bersama Hizbullah dan mendukungnya.

Penasihat senior Khamenei, Ali Larijani, menyebut bahwa pembunuhan pemimpin “poros perlawanan” tidak akan menyelesaikan masalah Israel, karena akan ada orang lain yang menggantikannya. Ia juga menyatakan bahwa Israel telah melampaui batas merah Iran, membuat situasi semakin tegang.

Sumber yang dikutip oleh Reuters mengungkapkan bahwa Khamenei telah dipindahkan ke tempat yang aman. Sumber-sumber tersebut juga mengindikasikan bahwa Iran terus berkoordinasi dengan Hizbullah dan kelompok proksi lainnya di wilayah tersebut untuk menentukan langkah selanjutnya setelah kematian Nasrallah.

Diplomat dan Keluarga dari AS dan Jerman Ditarik dari Lebanon

Pada 28 September, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan keluarga staf kedutaan besar di Beirut serta beberapa pegawai untuk meninggalkan Lebanon. Pemerintah Jerman juga mengumumkan bahwa mereka akan mengevakuasi keluarga diplomat yang ditempatkan di Lebanon, Israel, dan Tepi Barat, serta mengurangi jumlah staf di wilayah tersebut.

Menurut AFP, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa karena serangan udara telah membuat situasi di Beirut semakin tidak stabil, mereka memutuskan untuk menarik keluarga staf kedutaan serta beberapa pegawai dari negara tersebut. Selain itu, Departemen Luar Negeri AS juga mendorong warga negara Amerika untuk memanfaatkan kesempatan meninggalkan Lebanon melalui jalur komersial yang masih tersedia.

Kementerian Luar Negeri Jerman juga mengeluarkan pernyataan bahwa pada 28 September, sebuah tim krisis mengadakan pertemuan untuk membahas meningkatnya ketegangan di Lebanon dan kawasan Timur Tengah yang lebih luas. Mereka kemudian memutuskan untuk meningkatkan tingkat kewaspadaan terhadap ancaman yang dihadapi oleh kedutaan besar di Beirut, Ramallah (Tepi Barat), dan Tel Aviv.

Kementerian Luar Negeri Jerman menyebut bahwa keputusan ini berarti keluarga staf yang ditempatkan di lokasi-lokasi tersebut akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman, baik di kawasan tersebut maupun ke Jerman. Selain itu, mereka akan mengurangi jumlah staf di lapangan sambil memastikan bahwa kedutaan besar tetap dapat menjalankan fungsinya. (jhon)