Central News Agency
Negara di Himalaya, Nepal, mengalami banjir besar akibat derasnya hujan monsun. Hingga kini telah menewaskan 192 orang. Setelah banjir surut, tim penyelamat pada Senin (30/9/2024) mencari korban selamat di antara bangunan yang rusak di ibu kota, Kathmandu.
Menurut laporan AFP, meskipun musim hujan monsun di Asia Selatan kerap terjadi setiap tahun dari Juni hingga September sering menyebabkan banjir dan tanah longsor yang mematikan, para ahli mengatakan bahwa perubahan iklim memperburuk situasi.
Setelah hujan deras yang terburuk dalam lebih dari 20 tahun, wilayah sekitar Kathmandu terendam. Tanah longsor juga memutuskan jalan raya, sehingga sempat mengganggu akses antara Kathmandu dan daerah lain di Nepal.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal, Rishi Ram Tiwari, mengatakan kepada AFP, “Sebanyak 192 orang dilaporkan tewas, dan 31 orang masih hilang. Saat ini, kami berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan operasi penyelamatan, termasuk menyelamatkan mereka yang terjebak di jalan raya.”
Juru bicara kepolisian Nepal, Dan Bahadur Karki, mengatakan kepada AFP bahwa tanah longsor melanda sebuah jalan raya di selatan Kathmandu dan menghantam sejumlah kendaraan, menyebabkan setidaknya 35 orang tertimbun.
Pusat Pengembangan Terpadu Pegunungan Internasional (ICIMOD) yang berbasis di Kathmandu mengungkapkan bahwa urbanisasi yang tidak teratur di sekitar Sungai Bagmati yang melintasi Kathmandu memperburuk dampak bencana ini.
Militer Nepal melaporkan bahwa lebih dari 4.000 orang telah diselamatkan, dengan helikopter, perahu cepat, dan perahu karet digunakan untuk mengevakuasi warga yang terjebak ke tempat yang lebih aman.
Departemen Meteorologi Nepal menyatakan bahwa data awal menunjukkan, hingga 28 September pagi, stasiun cuaca di 14 distrik mencatat curah hujan dalam 24 jam yang memecahkan rekor sepanjang sejarah.
Sebuah stasiun pemantau di bandara Kathmandu mencatat curah hujan kumulatif mencapai 240 mm, tertinggi sejak tahun 2002. (hui)